Part 2

63 12 0
                                    

Berharap sesekali nggak apa-apa, 'kan? Setidaknya dengan berharap sekarang gue bisa senang, ya … walaupun suatu saat gue bakalan jatuh karena terlalu berharap.
~Erika Jovelyn~

~Erika Jovelyn~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Seorang gadis berambut lurus dan panjang kini sedang mengetuk pintu kamar Regan. Gadis itu juga membawa beberapa buku dan alat tulis. Tidak lama kemudian, pemilik kamar langsung membukakan pintunya.

"Erika?"

"Kak Regan … tolong ajarin gue dong," pinta gadis itu, Erika.

"Pelajaran apa?" tanya Regan sambil bersandar di pintu.

"Kimia."

"Oh, masuk aja." Regan kembali masuk ke kamarnya yang diikuti oleh Erika. Kamar Regan tertata dengan rapi, warna biru langit mendominasi cat dinding kamarnya.

Regan membuka pintu menuju balkon, di sana udaranya sejuk dan cocok untuk belajar. Di balkon kamar Regan terdapat beberapa kertas yang berserakan. Jika sudah berserakan seperti ini, Erika tentu tahu apa yang tadi dilakukan oleh Regan.

Apa sih yang enggak gue ketahui tentang kak Regan?  batin Erika.

Regan segera merapikan kertas-kertas yang berserakan, namun tangan Erika mencegah perbuatan Regan. "Jangan dirapiin dulu, gue juga mau baca puisi yang Kakak tulis tadi."

"Lo tahu aja kalau gue tadi nulis puisi," ujar Regan jengah.

Erika hanya menampakkan deretan giginya yang putih, sedangkan Regan mencari puisi yang baru dibuatnya tadi. Setelah menemukan puisi tersebut, Regan langsung memberikannya pada Erika. Erika mulai membaca isi puisi tersebut.

Kala Pertemuan Pertama

Kutuliskan sedikit tentang pertemuan
Pertemuan pertama yang sulit dibincangkan
Kau tahu? Pertemuan kali ini terlampau receh
Tapi aku menyukainya, walaupun agak aneh

Kau tahu? Jalanan yang pernah kulewati?
Suram, gelap, senyap, dan sepi
Akhirnya jalan yang kulewati mendapat tepi
Dengan secercah cahaya yang menembus hati
Kamulah yang ingin kuselami
Cahaya yang kudapati ingin kumiliki
Itulah kamu, Ri

Regan SA
Balkon, 8 November 2019

Erika tersenyum membaca puisi milik Regan.

Ri? Apakah itu gue?  batin Erika sambil tersenyum. Lagian siapa juga kalau bukan gue? Teman Kak Regan juga nggak ada yang namanya "Ri".

"Sudah baca?" tanya Regan setelah merapikan semua kertas yang berserakan.

"Sudah, puisinya bagus." Erika menyerahkan puisi tersebut, senyuman di wajahnya masih terlihat.

"Makasih, gue mau kasih ke seseorang," ujar Regan sambil tersenyum. Lagi-lagi ia membayangkan wajah gadis itu.

Lame Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang