Love can not be forced

84 11 0
                                    

Tak terasa, aku dengan Alendra hari ini tepat satu bulan, aku tak menyangka sebahagia ini hidupku setelah aku menunggu selama ini dan aku mendapatkannya.

Memasuki ruang kelas pun rasanya berbeda, pagi pagi telah di sambut oleh nya beda dengan waktu 4 tahun yang lalu, selalu saja membuatku terluka tetapi atas usahaku selama ini akhirnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan. "Haii sayang" ucap Alendra yang duduk tepat di bangku ku "haii" ucapku dengan senyuman, "Nanti pulang kita pergi yuk, sekarang hari jumat ini" ucapnya sambil memainkan jemari tanganku "Gak janji ya". Tiba tiba Chantiya menarik tanganku "Alexa ikut aku sini buruan, kamu dicariin Adit" Wajahnya sangat panik dan gelisah saat menarik tanganku "Ada apa" ucapku penuh tanda tanya "udah gausah banyak ngomong di tunggu Adit diluar" akhirnya aku dan Chantiya keluar kelas dan ada Aditya. "Ikut gue yuk, mau ngomong kita ke kantin aja sebentar" ucapnya sambil mengajak aku dan Chantiya. Perjalanan menuju kantin aku bertemu dengan Aliansyah, Ayshana, Dianthy dan mereka ikut kami. "Lex gue mohon jangan marah atau nangis ya saat gue bilang kenapa gue sama Chantiya panik kaya gini" ucap Aditya, aku sangat heran dengannya ada apa ini sebenarnya? "Masalah Al-" Chantiya dan Ayshana membekap mulut Dianthy dan berkata "sutt biar Adit yang jelasin" ucap Chantiya. "Ada apa Dit sebenernya?" Ucapku kebingungan "Saat ini tepat satu bulan lo sama Alendra kan?" Ucap Adit "iya Dit kenapa? Udah ceritain aja kalau emang lo mau cerita" ucapku membuat semua mata tertuju padaku. "Janji gak akan nangis atau marah?" Ucapan Adit semakin membuatku bertanya tanya "gak bisa janji masalah itu tapi bakal di coba kok, ada apa" "Gini Lex, maaf baru bisa kasih tau sekarang. Sebenernya Alendra nembak lo itu terpaksa dia sebenernya gak sayang sama lo tapi acting dia jago di depan lo jadi lo selama ini kaya percaya percaya aja" ucapnya sambil melihat arah mataku.

Apa perkataan yang ia ucapkan itu benar? Kalau ternyata Alendra tidak sayang kepadaku? Air mata yang ku tahan pun akhirnya pecah, tak kuat rasanya mendengar ini sesak dan sakit itu yang ku rasakan saat ini. Entah beribu banyak panah yang menusuk tubuhku sakit rasanya mendengarkan semua ini. "Sorry Lex, ini ada buktinya" Ia memberiku ponselnya dan aku mendapatkan Adit chat dengan Alendra.
Alendra : "Besok gue mau jalan nih coy sama cewe baru, ikut yuk"
Aditya : "Al lu inget, lu punya Alexa yang jauh lebih sayang sama lu"
Alendra : "halah dia lagi, gue aja nembak dia Terpaksa"
Aditya : "gak nyangka gua sama lu"

Tes, semakin deras air mata ini Chantiya, Ayshana dan Azzahra menyemangatiku untuk bersabar. "Maaf baru kasih tau sekarang ya Lex, bukan bermaksut pho dan Rania pun salah satu dari cewe yang Alendra deketin" Semakin banyak panah yang menusuk diriku saat aku mendengar nama Rania Sovia, Sahabat terbaikku sejak kecil dan saat ini ia menusukku dari belakang? "Gila tuh Alendra" ucap Dianthy yang tak percaya dengan perkataan Aditya. "Yaudah elap air matanya dulu Lex kalau emang mau bilang ke Alendra silahkan tapi baik baik ya. Udah bel yuk masuk kelas" Kami ber 6 pun masuk ke dalam kelas.

*kringgg*
Jam pulang tiba, Hari ini aku banyak lebih memilih duduk bersama Fania temanku yang duduk di pojok belakang. Tangisanku selalu pecah saat berada di kelas dan saat ini aku akan pulang kerumah. "Sayang bisa kan pergi?" Ucap Alendra menghampiriku, aku tidak bisa menahan tangisanku lagi akupun menangis di hadapannya. "Kamu kenapa?" Ia memegang tanganku, "kita pergi ke restaurant yang di saat ulang tahunku ke 16 ya Al" ucapku sambil menangis.

Keadaan di mobil pun hanya ia yang bisa berucap kata sedangkan aku, tidak halnya.
"Kamu sebenernya ada apa sih cerita aja?" Ucapnya sambil berhenti di pinggir jalan, "Jangan di sini di deket Restaurant itu ada taman kita kesana ya" hanya perkataan itu yang bisa kulontarkan, akhirnya aku dan Alendra sampai di taman.

"Al aku mau ngomong" ucapku sambil menahan tangisan ini, "ada apa sih cerita aja" ucapnya seperti tidak tahu menau, "Kalau emang semuanya terpaksa, lebih baik aku nunggu lama daripada aku harus kaya gini" Tangisanku pun tak kuat untuk ku tahan lagi aku pun melanjuti perkataan ku "Kalau emang kamu gak sayang, aku gapapa gak dapetin kamu. Ini jauh lebih sakit dari pada aku nunggu kepastian dari kamu sejak 4tahun yang lalu Al" tangisan mengiringi perkataan ku "maksut nya apa sih? Aku gak ngerti" ucapnya dengan wajah tak salah "Aku mohon kamu jujur" ucapku sambil menatap matanya "kamu dikasih tau adit? Tapi itu kemarin saat ini aku udah sayang banget sama kamu" ucapnya sambil menggengam tanganku "Al, kamu mau sayang sama aku 5tahun lagi itu hak kamu. Tapi Al semuanya udah terjadi, aku minta maaf kita sampai sini aja ya" ucapku sambil menghilangkan air mata ini "putus? Apaan sih Lex" ucapnya kaget "iya Al, aku pulang duluan ya" ucapku sambil meninggalkan tempat itu berlari menuju jalan raya dan aku pun men stop taxi.

Menangis, hanya itu yang aku bisa rasakan saat ini. Kecewa yang kurasakan, mengapa hal ini harus terjadi? Aku lebih baik menunggunya lebih lama dari pada ia harus mencintaiku terpaksa. Banyak cara yang ia lakukan untuk membuatku gagal melupakannya tetapi banyak cara pula yang ia lakukan untuk aku terluka kembali disaat semuanya berjalan baik. Cinta emang gak bisa dipaksa, semuanya harus tulus dari hati.

Aku pun sampai dirumah, aku menghampiri bundaku dan mencium tangannya "mata kamu kenapa Lex? Kok merah? Kamu nangis?" Ucap bundaku tak pernah meleset tetapi saat ini aku tidak bisa memberitahu "Bun aku masuk kamar dulu ya" dan bunda hanya menganggukan kepalanya.


Hai haii, aku besok libur makannya aku post chapter. btw jangan jadi silent readers dongg udah sampe 12 chapter dan kalian tetap diam... sorry makin tijel loh haahahahah

All the love, D

Try or GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang