Perjalanan di kota

2 0 0
                                    

Pagi yang cerah dimulai, tapi tidak dengan suasana hati Ellard sekarang. Mimpi buruk semalam benar-benar membuat dirinya terpuruk, kenangan yang seharusnya dilupakan justru muncul begitu saja.

Ellard membasuh wajahnya dengan air yang terasa dingin, matanya sembab, dan tubuhnya terlihat lemas. Memang benar mimpi semalam membuat Ellard terpuruk, tapi itu tidak akan merubah apapun. Dia tidak bisa bermalas-malasan meskipun hanya satu hari, jika ingin bertahan hidup Ellard harus berusaha dengan keras.

Seperti yang dilakukannya sekarang, di pagi buta di saat langit masih gelap, Ellard sudah bersiap untuk pergi menuju ke kota untuk menjual kayu yang dikumpulkannya. Ellard akan menjual kayu-kayu itu kepada bibinya, karena hanya dialah yang mau membeli.

Jarak rumah Ellard dengan kota cukup jauh, apalagi jika itu harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Ellard menghirup udara dingin sambil melihat matahari yang mulai muncul dengan perlahan.

Ellard mendongak menatap langit. "Apakah indah berada di atas sana?" Ellard tersenyum tipis yang nyaris tak terlihat.

Seiring dengan matahari yang mulai naik ke atas, Ellard sudah melangkahkan kaki dengan tumpukan kayu yang sangat banyak di punggungnya. Dia harus melalui jalanan landai yang terkadang juga menanjak, berlumpur–licin, berbatu, dan masih banyak lagi.

Setelah satu jam perjalanan, akhirnya Ellard pun sampai di rumah bibinya yang berada di pinggiran kota. Ellard berjalan melewati pagar rumah Bibi Nel, halaman depannya sungguh luas, dengan berbagai tanaman-tanaman yang aneh.

Ada sepetak kolam di pojok, persis di bawah pohon besar, dan terdapat hewan seperti kucing–berbulu lebat–sedang berenang kesana kemari.

Rumah Bibi Nel lima kali lebih besar jika dibandingkan dengan rumah Ellard. Rumahnya berbentuk setengah lingkaran dengan dua lantai, serta memiliki dua cerobong asap. Dindingnya di cat warna merah muda dan terlihat sangat meriah dengan berbagai lukisan bunga-bunga.

Saat Ellard sedang memandangi rumah Bibi Nel, tiba-tiba dari arah samping rumah ada seekor anjing putih berbulu lebat berlari ke arahnya.

Detik berikutnya terdengar suara Bibi Nel yang tampak marah. "... Anjing itu susah sekali … sudah beberapa kali dia melarikan diri." Suaranya semakin dekat, langkah kakinya di hentakan, dan pada akhirnya Bibi Nel tersenyum ketika melihat Ellard dan melupakan amarahnya untuk sesaat.

Bibi Nel bertubuh gemuk; pendek dan lehernya nyaris tidak kelihatan; rambutnya pirang, serta beralis tebal; wajahnya terlihat sangat ramah, meskipun begitu dia adalah penyihir yang mahir. Bahkan Bibi Nel pernah mengusir preman-preman berwajah seram yang berusaha mencuri di rumahnya.

"Baguslah, akhirnya kamu datang Ell, cadangan kayu bakar bibi mulai habis. Tapi sebelum itu, biarkan bibi mengurus anjing nakal itu terlebih dahulu." Bibi Nel berjongkok lalu merentangkan tangannya. "Kemarilah Puppy, kamu mengganggu Ellard … tubuhmu kotor Puppy … cepat kemarilah dasar anak nakal!" geram Bibi Nel.

Anjing berbulu lebat berwarna putih itu terus menyeruduk-nyerudukan kepalanya di kaki Ellard. Dia sepertinya tidak mengerti apa yang diucapkan Bibi Nel, atau mungkin sengaja tidak mendengarkannya, karena anjing putih itu langsung menurut dengan apa yang dikatakan Ellard.

"Dengarkan Bibi Nel Puppy, jika tidak maka aku tidak akan mau bermain denganmu lagi." Ellard mengelus-elus kepala Puppy.

Dan beberapa detik setelahnya anjing putih itu langsung berlari ke pelukan Bibi Nel yang langsung dijunjung dan dihujani kecupan di kepala.

"Lihat! Bahkan kau lebih mematuhi Ellard daripada mama, Puppy," Bibi Nel menghela nafas, "Padahal aku yang selalu merawatmu, Puppy." Sekarang ia memeluk anjingnya dengan sangat erat, sampai-sampai Puppy memberontak, terlepas dari pelukan, dan langsung berlari kabur ke samping rumah.

Ellard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang