Bill Kovach

65 4 2
                                    

Siapa sangka ini di bulan ke 5 ku jadi anak SMP, aku dan kawan kawanku sudah mulai sulit dipisahkan. Hihihi. Yaa udah mulai kompak uye.

Hari ini hariiii... hmmm... tar hari apa sekarang? Oh ya. Hari kamis. Judulnya sih sekolah seperti biasa, jujur ya aku males banget. Tapi semales malesnya aku ga tau kenapa ga bisa jalan sante kaya orang lain. Ngebut. Zeet. Zeet. Zeet. Wush. Yaa gitulah.

Antara ngantuk dan dingin aku berjalan dengan tempo cepat. Samar samar aku mendengar pengumuman. Kepada mang Ade di tunggu di sumber suara, ada tamu dari pertamina.

Mataku yang asalnya tinggal 5watt langsung nyalang. Kalau ada tamu kemungkinan besar bakal ada jam kosong alias gak belajar. Huhuy. Aku akhirnya memutuskan untuk berlari ke lantai 2. Kelasku.

Napasku terengah engah sesampainya di atas.

Huft.

"Ku naon atuh ceu?" Tanya Aurum.

"Ehehe, gak papa. Habis lari aja." Aku lalu masuk ke kelas.

Seperti biasa, kelasku sudah ramai meski pagi pagi. Ada yang main hp, baca novel, ngobrol, ngerjain peer, apalagi ya? Hmm... tapi ada aja yang sendirian.

"Oy, kayanya bakalan ada free class nih, hihihi." Kataku sambil berjalan ke bangkuku di sisi sebelah kanan kelas, aku berada di urutan ke 4 dari depan.

"Wah?"

"Masa?"

"Beneran nih?!"

"Ayey"

"Waduk ah."

"Iih ngapain atuh kita bawa buku beurat beurat."

Berbagai tanggapan muncul dari mulut teman temanku.

"Tapi , ga tau juga sih. Semoga aja free class." Kataku lagi.

"Heuu."

"Tong beja ateuh."

"Hehe." Aku hanya terkekeh.

Mengeluarkan diaryku. Sebuah buku setebal 200 halaman berukuran A5 dengan sampul kulit sintetis berwarna hijau daun juga lembaran lembaran tipis berwarna broken white. Melihatnya saja sudah membuatku senang.

Bel masuk berbunyi. Anak anak berhamburan masuk ke kelas. Duduk dengan rapi tapi masih di selingi cekikian. Dua puluh menit berlalu belum juga muncul sebatang hidungpun guru. Baguslah, jam kosong pikirku.

Anak anak satu kelas anteng dengan gadgetnya, ada juga yang asik ngobrol sampe ketawa keras keras. To be honest , aku muak sama keadaan kelas yang kaya begini.

Sampai akhirnya suara Bu Anna membuyarkan lamunanku. Yak, sedari tadi aku memang sedang melamun. Kepada anak anak kelas 8 juga 7 A dan B di harap berkumpul di Aula, akan ada pengarahan.

Masa bodoh dengan pengumuman kelasku malah di penuhi bisikan. Sampai akhirnya KM ku pun muak dan berteriak.

"Oyy, ke aula oyy. Cepetan bawa alat tulis!" Iya dia Abang.

Dengan malas teman teman sekelasku menuruti perintahnya. Aku membawa seperangkat alat tulis, cielah seperangkat banget. Yang pasti aku membawa buku hijauku juga handphone. Aku dan teman sekelasku lalu menuju ke aula dengan gontai, malas. Sebenernya aku senang senang saja, artinya kita bakalan ga belajar tapi malesnya itu takut kalau nanti pemateri di aula ngebosenin abis.

Di aula kami bergabung dengan puluhan siswa lainya.

Pertamina leadership sharing program

Sebuah spanduk mamprang dengan angkuh di dinding aula. Semoga ga bosenin.

ÀBŚŤRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang