Time After Time

596 13 9
                                    

if you lost you can look and you will find me, time after time...

Lagu Time After Time milik Cindy Lauper menemaniku berjalan jalan di seputaran kota. I don't have car, but i have a bicycle, so i use it. Hari ini kuliahku sedang libur, by the way aku tinggal di London untuk melanjutkan kuliah S2 ku and this is my last year. I'll be miss this city. The enromous of Buckingham Palace, London's crowded road, and also the London Eye. Dan sejuta keindahan London.

Hari ini aku sedang berada di Jubilee Park, yang cukup ramai hari ini. Rencananya aku ingin naik ke London Eye hari ini, tapi aku memilih untuk duduk sisi Jubilee Park, karena menurutku inilah cara sebenarnya melihat London.

There's so many people here, ada yang berduaan, ada yang piknik keluarga, anak anak yang sedang bermain, pedagang kaki lima yaa pokoknya its crowded here. Ada yang menggelar tikar untuk piknik, makan hotdog, bermain kejar kejaran, ngobrol dan banyak lagi.

Kebiasaanku sejak dulu, duduk dan menunggu keajaiban apa yang akan terjadi. Hahaha i know that's stupid.

Aku merogoh sebuah sandwich kesukaanku dari dalam tas. Menggigitnya perlahan. Sayup sayup keramaian taman kota masih mengisi telingaku.

After a while, i decided to take a photo as often.

Lot of teenage and kids here. It remind me of my childhood. Ketika banyak hal tak disangka datang tiba tiba. Orang orang datang lalu pergi kala itu, tapi masih saja ada yang bertahan hingga detik ini.

Aku membuka diary ku, bukan diary biasa. Aku mempunyai diary digital, aku membuatnya semenjak aku mulai belajar disain grafis. Jadi aku bisa dengan mudah membaca kisahku bertahun tahun yang lalu.

For me memories isnt memories if you cant get something there.

Jubilee masih ramai. The London Eye start spinning. Aku teringat akan tesisku. Aku mendapatkan inspirasi saat aku sedang melamun di sini juga.

Bulan depan aku di wisuda. Hamdalah.

"May i sit here?" Ask a man.

"Sure, make your self comfortable" kataku sedikit menggeser duduk. Laki laki itu duduk dengan santai, memandang ke arah London Eye. Ia membawa sebuah tas ransel sepertiku, tampaknya familiar. Tas ransel natgeo kw super hahaha, what? Seriously?

"Are you Indonesian?" I asked

"Hmm yap, actually i'm sundaness" katanya sambil sedikit tertawa

"Hahaha, ku maha damang?"

"Alhamdulillah, damang, hahaha"

"Gak nyangka, ketemu orang indonesia lagi."

"Loh? Bukanya di kedutaan banyak ya?"

"Banyak sih, tapi bosen juga itu lagi itu lagi. By the way, whats your name?"

"Rahman, or just Rah"

"Im ifa, nice to meet you" kami lalu berjabat tangan

"Me too"

Lalu keheningan seketika muncul.

Aku kembali melamun.

"You can call me anything you want, hahaha. But mostly call me Man. Tapi ada juga yang manggil , Onta ah pokokna mah araneh we."

Aku hanya mengangguk kecil dan masih memakan sandwich yang kubawa.

Ia memakai kacamata hitamnya, bukan kacamata hitam tepatnya polarizer eyeglass.

Familiar hahaha. Kenapa nih orang familiar amat sih.

Ia kembali melihat sekeliling. Terdiam menatapku.

ÀBŚŤRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang