Chapter Empat

1.5K 24 1
                                    

Aku menghabiskan waktu menonton konten konten itu hingga nyaris pukul 11 malam!
Itu juga ku sudahi ketika aku menonton salah satu adegan dimana wanita yang gilir dengan beberapa pria kekar, mulai dari memberikan service menggunakan mulut nya, hingga bersetubuh beramai ramai dan diakhiri mereka orgasme di wajah wanita tersebut !
Pada saat yang sama aku ikut orgasme. Nafas ku terengah engah akibat nya. Seketika pikiran ku kosong menikmati hal yang baru saja ku alami, hingga beberapa menit lama nya.
"Kenapa aku tertarik begitu ?" Pikirku lagi menyesali yang baru saja kulihat.
Aku sangat bingung. Jujur saja, aku tidak pernah membayangkan pria sebelumnya, meskipun sudah sering kali aku bergaul dengan teman teman ku mulai dari di bengkel saat aku SMK hingga sekarang sudah bekerja.
Aku benar-benar mempertanyakan diri ku atas apa yang sudah kupikirkan saat ini.
Kenapa bisa begini ?

.
.
.

Segera aku membersihkan cairan yang tadi tidak ku tampung dan keluar berantakan mengenai pakaian ku. Aku berganti pakaian setelah nya. Selesai aku "memuaskan" diri, baru kusadari perutku terasa cukup lapar. Ini sudah larut malam. Mau mencari ke luar juga sudah malas. Apalagi badan ku yang baru saja mengeluarkan cairan kenikmatan.

Mungkin ini sebagian keberuntungan ku di malam hari,
Sebuah aroma sedap masuk kedalam kost ku hingga kedalam kamar. Aroma makanan yang aku cukup familiar dengan jenis nya. Aku langsung tersentak bangun dan membuka pintu kost.

"pasti ada penjual sate keliling" pikir ku.
Aku berlari menuju gerbang, ternyata benar saja.
Dari balik gerbang kost sebuah gerobak sate sudah di kerumuni beberapa orang yang ku yakini juga penghuni dari kost ini atau kost Di seberang jalan. Aroma itu nikmat sekali. Atau mungkin karena aku yang sangat lapar sekarang.
Aku berjalan menuju kerumunan itu. Sepertinya sate nya masih cukup banyak. Hanya saja harus mengantri. Ada 8 orang didepan ku yang entah berapa bungkus per orang mereka membeli nya.
Penjual sate itu sibuk membolak balikkan sate yang berada diatas panggangan sekaligus mempersiapkan ketupat untuk tiap bungkus nya.

Liur ku begitu banyak memproduksi akibat aroma ini.

"berapa bungkus mas?" tanya penjual yang menoleh kearah ku berdiri
" 1 saja bang"
"kambing, sapi atau ayam?"
"sapi ya bang" ucap ku.

Abang? Aku reflek memanggil nya dengan sebutan itu. Tapi wajar, terlihat dia belum terlihat tua seperti penjual sate lainnya.

Aku menunggu cukup lama, meskipun masih hitungan menit.

Semua sudah diberikan pesanan masing masing, dan tinggal giliran ku.

"sering lewat sini bang?" tanyaku penasaran
"lumayan mas, tapi memang biasa dapet giliran larut malam area sini. Kadang jam 11, kadang sudah jam 12 malam" jelas nya

"ooo pantes, saya baru lihat soalnya."

"sudah lama nge kost disini mas"

"belum bang. Baru jalan 2 bulan ini."

"pantes baru lihat juga. Biasa kalo malem minggu suka ada yang beli soalnya di kost kost an sini. Tapi mas nya baru keliatan sekarang"

"hehe iya bang. Saya biasa jam segini sering dah tidur kecapekan" jawab ku berbasa basi

"nih pesanan nya. Saya lebihin ketupat nya. Biar langganan" ucap penjual itu.

"waduh jadi gaenak. makasih bang."

Aku sekaligus membayar sate ku yang ternyata cukup murah.

"saya Jaka mas. Langganan ya" dia memperkenalkan diri.

"siap bang Jaka. Saya Abip" balas ku.

Aku kembali ke kamar kost ku.
Ku buka bungkus sate itu. Terlihat nikmat sekali. Apalagi masih panas begini.

Aku langsung menyantap sate tadi dengan sangat lahap. Aneh nya perasaan ku senang. Aku senang sekali berbicara dengan bang Jaka tadi.
Cara dia bicara,
Ramah nya,
Baik,
Dilihat lihat juga badan nya baguuu..

 Cara dia bicara, Ramah nya,Baik, Dilihat lihat juga badan nya baguuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eeh!

Aku menggelengkan kepalaku reflek.
Apa yang ku pikirkan??

Kenapa tiba-tiba aku malah memikirkan bang Jaka, penjual sate itu?

Tapi mungkin aku hanya kagum. Jadi wajar.
Wajah nya, senyum nya, bahkan badan nya berbentuk. Tidak seperti tukang sate biasanya.

Lagi lagi aku menggelengkan kepala ku.

Seperti nya jam malam begini, ditambah badan lelah, dan apa yang baru ku tonton tadi membuat pikiran ku gak karuan.
Aku akhirnya mempercepat  menyantap sate itu dan bersiap untuk istirahat.

Buku 18 - MAINAN PENJUAL SATE (ADA BONUS VISUAL DIDALAM SINI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang