Chapter Enam

1.2K 22 1
                                    

"Apa benar memegang milik orang lain seperti yang dilakukan perempuan itu benar-benar nikmat?"
"Apa benar menciumi hingga menghisap rudal milik pria lain senikmat seperti yang dirasakan wanita itu?"
"Bahkan saat pejuh mereka menyemprot wajah nya, dan sebagian masuk kemulut lalu di telan. Apa benar senikmat itu?"
Aku terangsang hebat sambil membayangkan hal yang tidak seharusnya kubayangkan. Aneh sekali.
Sepertinya lebih 2 jam aku menonton aksi-aksi seperti itu sambil merangsang tubuh ku hingga pada satu titik saat nafsu ku benar-benar di puncak nya, menganggap semua yang ku rasakan sepertinya memang harus di tuntaskan. Terus ku selami konten yang mengarah lebih banyak tampilan pria disana. Benar-benar tenggelam dalam kebutaan.
Aku sangat menikmati melihat pria yang dipuaskan oleh servis wanita di video itu. Aku juga sesekali membayangkan merasakan juga. Entah lah. Rasanya memang aku sedang gila, tapi persetan dengan semua nya. Aku memang lagi menikmati adegan demi adegan ini. Kadang mulut ku sendiri menganga melihat itu seperti membuat tenggorokan ku sendiri terasa sangat kering. Ah apa benar yang kulakukan?
Akhir puncak nya lagi lagi aku orgasme.
Ini orgasme tercepat ku setelah tadi malam baru saja orgasme. Biasanya jarak nya harus beberapa hari atau hitungan minggu. Tapi ini belum 24 jam!
Aku membersihkan semuanya, dan sekali lagi mandi membersihkan badan. Seperti nya cukup melihat konten seperti itu untuk hari ini.
Sisa nya, siang hingga malam hari ku habiskan untuk keluar dengan motor ku. Hanya sekedar jalan sore ditambah jajan sekedar saja.
Malamnya, sekitar pukul 11 aku juga belum tidur. Padahal sebenar nya seharusnya aku sudah bersiap karena kerja besok dimulai dari pagi hari.
Lagi-lagi aroma bakaran sate yang harum itu masuk ke kamar kost ku.
Aku sudah makan malam tadi. Sudah.
Tapi entah kenapa aku keluar lagi, ingin membeli sate itu. Rasanya terlu semangat.
Ku datangi gerobak itu.
"Mas abis, sate apa mas?"
"Kambing dah bang, satu"
Ucap ku.
Dia menyiapkan pesanan ku.
"Kira in minggu libur bang?"
"Wah nggak mas. Saya libur kalau lagi sakit saja." ucap nya
"Gak ada waktu kosong lah untuk keluarga bang?"
"Istri sama anak saya di kampung Mas. Jadi disini saya cuma tau nya kerja"
"Kok gak diajak tinggal disini aja bang?"
"Waduh, gak kuat sama biaya hidup disini Mas. Di kampung masih banyak saudara, jadi lebih enak hidup nya."
"Kesepian lah kalau gitu" ucap ku. Entah muncul dari mana kalimat tersebut.
"Hehe. Biasa saya balik 3 atau 4 bulan sekali mas. Sayang duit nya untuk ongkos. Mending kirim ke keluarga saya" ucap nya ringan.
Dia memberikan pesanan ku. Aku membayar, dan kembali ke dalam kost ku setelah mengakhiri pembicaraan tadi.
Aneh sekali
"Kenapa aku menikmati ngobrol dengan Bang Jaka ?"
tapi mungkin aku hanya butuh teman ngobrol santai aja belakangan ini.

Perut yang tidak begitu lapar tetap kupaksa makan sate yang dibuat bang Jaka tadi. Rasa nya tetap saja nikmat.
.
.
.

 Rasa nya tetap saja nikmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Buku 18 - MAINAN PENJUAL SATE (ADA BONUS VISUAL DIDALAM SINI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang