Satu

132 8 0
                                    

Shaffa POV

She's like that


Semilir angin berhembus begitu lembut, membuat pohon-pohon menari mengikuti kemana arah hembusannya. Matahari tak begitu menyengat sampai membakar tubuh siang ini. Sinar ultraviolet yang terpancar terhalangi oleh sejuknya pepohonan yang tertanam di taman belakang sekolah.

Kali ini begitu sunyi dan tenang. Taman yang biasanya dipenuhi oleh murid-murid SMA Merdeka kini hanya disinggahi beberapa saja, termasuk aku. Aku duduk di atas kursi panjang; kursi besi dengan cat putih susu yang bersih. Kaki kananku tertumpu pada kaki kiri sembari bersandar. Telingaku tengah tersumpal headset, dan mataku terpejam mengikuti alunan nada yang sendu.

Hari ini tak ada kelas dan murid-murid dipulangkan--para guru tiba-tiba rapat mendadak. Kalau dalam keadaan seperti ini aku lebih baik pergi ke taman belakang sekolah, mendengarkan lagu-lagu kesukaanku atau langsung pulang saja. Dan kali ini aku pergi ke taman.

"Shaff,"

Sayup-sayup aku mendengar seseorang memanggil namaku. Namun karena suara itu tak jelas aku memilih tak membuka mataku dan menghiraukannya.

"Shaffa!" Aku terlonjak kaget, seseorang menepuk pundakku dari belakang. Secara otomatis aku membuka mata beserta kedua benda yang melekat di telingaku dengan cepat lalu menoleh ke belakang.

"Alga." Dia mengatur nafasnya. "Dia berantem di koridor kelas 11 IPA sama Jesslyn." Ucap seseorang yang menepuk pundaku itu ketika aku sepenuhnya membalikan badan.

Aku mengerutkan dahi, kemudian mengedarkan pandangan ke arah tempat yang tadi ia maksud.

Disana, banyak orang. Aku tak dapat melihat jelas bahwa seseorang yang dikelilingi orang-orang itu Alga. Namun aku tahu, tidak lain tidak bukan itu pasti Alga--tukang ribut dan pembawa masalah.

Dengan cepat aku beranjak dari tempatku berada, berlari menuju gerombolan murid-murid. Tak sadar bahwa seseorang yang memberitahuku tadi sudah hilang saking cemasnya terhadap keadaan sepupuku disana.

"Lo itu maunya apa, hah?! Dasar cewek berengsek!"

Iya, itu suara Alga. Aku menerobos orang-orang yang mengelilingi. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku sudah berada di bagian paling depan, aku menangkap seorang Alga yang begitu berantakan. Tangannya menjambak rambut jesslyn, begitupun sebaliknya.

"Alga!" Aku memanggilnya. Aku tak punya cukup keberanian untuk menarik tangannya supaya berhenti menyakiti orang di hadapannya.

Dia tak menyahut malah terus menjambak rambut lawannya. Dan aku memanggilnya lagi, "Algania!"

Oke, dia tak menyahut lagi. Dengan tak sabaran aku langsung menghampirinya, menarik tubuh Alga menjauh dari Jesslyn.

"Lo, jangan ikut campur urusan gue," responnya dengan suara datar namun serat akan emosi.

Dia kembali. Menghampiri Gadis dengan rambut pirang itu.

"Ada apa ini ribut-ribut?"

Bu Marry datang dengan tak terduga. Semua murid menjauh. " Alga, Jesslyn. Kalian lagi?" Beliau melirik mereka yang sudah diam.

"Ikut ibu ke kantor. Sekarang!" Guru dengan tubuh yang mungil namun mempunyai kegalakan tingkat dewa tersebut berbalik, berjalan dengan cepat ke arah ruang guru.

Dengan malas-malasan Alga mengikuti Ibu Merry terlebih dahulu dibanding Jesslyn yang masih diam di tempat beberapa saat sampai tak ada lagi yang menatapnya, kecuali aku.

***




AlganiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang