Elvard POV
Met her again
Aku menaruh sepatu yang sering aku gunakan untuk latihan ke dalam loker. Hari ini akan lebih ekstra keras berlatih. Minggu depan akan diadakan pertandingan ulang melawan SMU Merdeka lagi, meskipun kemarin telah ditetapkan tim Sekolahku sebagai pemenang, tapi tim dari SMU lawan menginginkan pertandingan ulang. Mereka menganggap tim kami telah bermain curang. Memang berat bagi aku dan kawan-kawan untuk bertanding kembali karena jadwal pertanding dengan SMU lain masih mengantri banyak disetiap minggunya. Tapi apa boleh buat, kami menginginkan tim kami menunjukan bahwa kita memang sudah ditakdirkan untuk memenangkan kompetisi itu.
Keringat bercucuran di area wajahku. Latihan kali ini telah selesai. Saatnya untuk bergegas pulang, beristirahat untuk mengumpulkan kembali stamina tubuh lagi, dan mudah-mudahan pusing yang akhir-akhir ini menerpa tidak lagi datang.
Aku menyandang ransel hitam ke pundak sebelah kanan. Tubuhku yang masih berbalut kostum Jersey berjalan dengan santai menuju parkiran. Aku membuka pintu mobil, masuk dan menghidupkan mesinnya. Aku berencana untuk mampir ke salah satu Minimarket yang hanya beberapa meter dari sekolah untuk membeli sebotol air mineral dan makanan ringan yang selalu menemaniku saat bergadang menyaksikan pertandingan bola nanti.
***
Shaffa POV
Aku berdiri di depan rak yang penuh dengan jenis-jenis makanan ringan. Sudah lebih dari dua puluh menit aku mengelilingi setiap sudut rak di Minimarket ini, dan sampai saat ini belum ada satu barang yang kuambil. Tadinya, aku kesini hanya untuk membeli obat warungan yang biasa meredakan anemia ini. Tapi, setelah berada di dalam Minimarket aku malah kebingungan untuk membelinya.
"Hai,"
Sebuah suara membuatku menoleh ke sumbernya. Pemuda yang aku jumpai di UKS sekolah kemarin, tepat berdiri di sampingku dengan tangan menggenggam beberapa makanan ringan yang baru diambil dari rak didepannya.
"Lagi ngapain?" Tanyanya, sebelum aku membalas sapaannya tadi.
"Tadinya, mau beli obat. Tapi, udah ada disini malah bingung." Aku tertawa ringan.
"Masih sakit?"
"Hmm. Tadinya, cuma pusing-pusing. Karena kehujanan kemarin, jadinya demam, deh."
"Kenapa beli obatnya di Minimarket, bukannya di apotek?"
"Gue nggak biasa beli di apotek kaya gitu."
Dia lalu menggiringku menuju sebuah rak yang berisi berbagai jenis sayuran hijau tanpa meminta persetujuan dariku. Pemuda yang belum aku ketahui namanya itu mengambil sebuah keranjang, kemudian memasukan beberapa sayuran kedalamnya. Sedangkan aku masih mematung, memperhatikan sosok Pemuda yang tengah menjelaskan sesuatu yang tak aku dengar.
"Saran gue, sih, daripada beli obat kaya gitu. Mending banyakin makan sayuran." Dia menyerahkan keranjang yang sudah diisi oleh beragam sayuran. "Lo makan sesering mungkin."
"Waktu itu juga, kan lo sakit. Kenapa malah beli makanan ringan kaya gitu?" Sahutku.
"Terus lo sendiri kenapa tadi berdiri di depan rak makanan ringan?" Dia malah mengajak berargumen, dengan cara bicaranya yang tinggi.
"Gue, kan, nggak ambil makanannya! Lagian kenapa lo sok-sok ngasih saran ke gue?"
Secara refleks pemuda aneh dengan rambut yang sedikit basah itu mengambil satu keranjang lagi, lalu memasukkan makanan yang digenggamnya ke dalam keranjang itu, dan mengambil sayuran yang tadi dia masukkan pada keranjang yang kini sedang aku tenteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Algania
Teen FictionHidupnya berubah, tidak lagi sama seperti dulu. Gadis yang lemah lembut, ceria, dan manja sudah lenyap begitu saja. Hidupnya berantakan, tak tahu arah kemana akan ia tuju. Hatinya dingin dan sering berontak. Apalagi setika mata dan tangannya sudah t...