//dalam ingatan Ness yang masuk ke mimpinya//
Ness berdiri dibelakang pintu kamar orang tuanya mendengarkan orang tuanya bertengkar dan meneriaki satu sama lain, alasannya? karena Ness memiliki kanker leukimia dan mereka menyalahkan satu sama lain karena itu, Ness hanya mengangis diam-diam lalu naik ke lantai dua ketempat kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya, dia naik ke kasurnya lalu meringkuk disitu dan mengeluarkan semua air matanya saat itu juga.
"pasti kalo Lexis ngga lahir ayah sama mama ngga kaya gini..." Kalimat yang keluar dari anak berusia 6 tahun itu, dia merasakan kesedihan yang begitu dalam rasaya seperti hatinya tersayat-sayat, sakit.
//dream end//
Di kasur rumah sakit mata Ness meneteskan air mata saat dia sedang tidur, sangat banyak sampai membasahi pipi lembutnya bahkan Ness sampai membuat sedikit suara lirih yang membangunkan Kaiser dari tidurnya karena lelah sedari tadi menunggu sang gebetan untuk bangun.
Kaiser bangun, berdiri lalu mendekati Ness. "Ness? shh.. udah nggapapa, ada gue..." Suara Kaiser, ia menata suaranya agar tidak mengejutkan Ness. Kaiser mengelus-elus pucuk kepala Ness dengan perlahan, akhirnya air mata Ness berhenti keluar dan Kaiser merasa lega lalu kembali duduk disamping kasur Ness dan menghela nafas panjang.
Tidak ada 10 menit Ness terbangun dia membuka matanya sedikit demi sedikit, melihat lampu-lampu rumah sakit yang terang membuat matanya agak sakit tetapi bayangan sesosok laki-laki menutupi lampu itu jadi dia bisa membuka matanya. stelah beberapa saat dan penyebutan namanya akhirnya dia bisa mengetahui siapa sosok yang dia lihat. Kaiser, melihatnya dengan muka yang sungguh kawathir dan lesu tetapi masih tetap memegang tangan Ness.
"Ness, lu kenapa? mimpi buruk?" tanya Kaiser dengan nada kawatir, Ness menatapnya agak ragu lalu berpaling dan menundukkan kepalanya, tatapannya kosong dan Kaiser pun mengelus punggungnya dengan lembut. "Ness..?" setelah menunggu beberapa saat Kaiser menjetikkan jarinya di depan Ness yang membuat Ness kembali melihatnya.
"h-hah?" Ness menatap Kaiser kebingungan seperti barusaja bangun padahal dia sudah bangun sekitar 40 menit yang lalu. "lu kenapa?" tanya Kaiser lagi sambil menatap mata Ness, Ness merasa gugup karena setiap dia ditatap seperti itu pasti akan terjadi sesuatu yang buruk terjadi padanya. "mimpi buruk?" lanjut Kaiser masih menjaga tatapan mata mereka, Ness hanya mengangguk, matanya terlihat begitu sendu tetapi dia tiba-tiba teringat sesuatu.
"kak, mamaku mana?!" tanya Ness dengan panik, dia takut terjadi sesuatu pada ibunya. "mama lo di ruangan 34, mau cari? aku temenin" tawar Kaiser tetapi Ness menggelengkan kepalanya menjawab tidak pada tawaran Kaiser yang akan menemaninya, saat Ness berdiri dari kasurnya dia hampir saja tumbang dan untungnya dia ditangkap oleh Kaiser. "dah, sini gue temenin" tanpa menunggu jawaban Ness, Kaiser langsung membopong Ness dan mengantarkanya ke ruangan ibunya.
Saat diruangan ibu Ness, disana terdapat kakek dan nenek Ness dari pihak sang ibu tetapi mereka menatapnya dengan sinis. Ness langsung turun dari bopongan Kaiser lalu denan agak cepat mendekati sang ibu agar dirinya tidak terjatuh. "mah..." suara Ness lirih, dia menatap ibunya yang belum siuman lalu dia melihat kearah kakek neneknya. "mendingan kamu pergi aja" kata neneknya, begitu tajam, sangat tajam hingga menusuk hati Ness yang paling dalam. "kasian anak saya punya anak dari orang biadab kaya ayah kamu" lanjutnya, semua kalimat itu didengar oleh Kaiser yang tentu saja membuatnya marah.
Kaiser mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk menjaga emosinya yang hampir membeludak. Kaiser melihat wajah sendu dari seorang Alexis Ness, kata-kata yang sungguh meremukkan hati Ness dan dia tetap diam, tetapi tak lama kemudian sang kakek mendekati Ness lalu menariknya keluar ruangan yang lalu diikuti oleh sang nenek dan Kaiser yang emosinya sudah mencapai puncaknya, kalau bukan karena disana ada Ness dan pria itu adalah kakek Ness yang sudah berumur, pria itu benar-benar menguji kesabarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I've Tried My Best {KaiNess}
General Fiction" To kiss in cars and downtown bars Was all we needed You drew stars around my scars But now i'm bleedin' " -Cardigan, Tyalor Swift Menceritakan seorang Alexis Ness yang berusaha untuk menjaga mentalnya sendiri sambil memendam 'rahasia' yang j...