Jadi apa yang sebenarnya disukai oleh Ness? pertanyaan itu berputar di benak Kaiser, dia bingung bagaimana cara untuk menenangkan Ness setelah seharian dikejar hal - hal yang tentu saja membuat dia lelah.
"Apa gue ajak jalan jalan ke taman aja kali ya? besok sekolah jd gabisa pulang malem - malem, tapi nanti malem Ness tidur dimana?" Kaiser berpikir dalam benaknya.
Terlalu banyak pertanyaan yang menghantui pikiran Kaiser, dia sepertinya juga cukup lelah dengan hari ini, apalagi dia yang masih mengurus dan mengorganisir banyak kegiatan di sekolah "Yaudah deh gue ajak ke pasar malem aja, paling ga bakal se-malem itu kan pulangnya" Pikir Kaiser.
Kaiser pun perlahan mendekati Ness
"Ale, aku denger deket sini ada pasar malem, kesana bareng yuk"Ness hanya menangguk lalu mereka berdua pun pergi ke tempat parkir, Ness berjalan masih dibantu oleh Kaiser karena dia belum cukup kuat setelah kejadian tadi.
Kaiser naik terlebih dahulu lalu menunggu Ness untuk naik. Setelah Ness naik, Kaiser pun menyalakan mesin motor Kawasakinya.
Kaiser menggenggam tangan Ness "hah... k-kak Kaiser..." Kaget karena gerakan Kaiser secara tiba-tiba. Kaiser menarik lengan Ness agar bisa merangkul pinggangnya.
"Pegangan. Nanti lo jatuh, gue mau ngebut dikit" Dan perkataan Kaiser bukan hanya omongan untuk alibi mesra mesraannya, dia sungguh-sungguh mengebut dan dia tidak hanya 'mgebut sedikit' seperti yang dia katakan.
Ness pun merangkul Kaiser dengan erat, angin malam yang sejuk rasanya seperti menusuk-nusuk kulitnya.
Ness menikmati momen ini, setelah kejadian-kejadian yang terjadi hari ini tadi yang membuat pikirannya berantakan, Kaiser datang bagaikan seorang pahlawan, pangeran...
Motor Kaiser melaju membelah jalanan, surai dwiwarnanya yang terbawa angin membuat Ness makin terpesona. Kenapa Ness tiba-tiba merasakan itu? the butterfly.
Langit sangat bersahabat malam ini, tidak mendung. Ness dapat melihat bulan dan banyak bintang yang bertaburan di langit yang luas. Indah, hanya satu kata yang ada di pikirannya sekarang. Indah, kata yang menggambarkan langit malam ini, atau? Kaiser?..
Tak lama mereka pun sampai ke pasar malam yang dimaksud oleh Kaiser. Ramai sekali, banyak food stand, games, tempat yang menarik.
Kapan terakhir kali Ness ke pasar malam? saat umurnya 7? ah, dia tidak ingat dan tidak ingin ingat, dia hanya ingin mengalihkan perhatiannya dari semua masalah yang menghantui isi kepalanya.
Kaiser memarkirkan motornya di tempat parkir yang tak jauh dari pintu masuk pasar malamnya. "Rame ya? pegang tangan gue aja, biar lo ga ilang ato nyasar" Kaiser tertawa kecil dan menawarkan tangannya kedepan Ness.
Ness mengambil tangan Kaiser dalam genggaman tangannya dan mereka berjalan bersama, banyak sekali suara tertawa dan obrolan orang-orang yang masuk dan keluar dari telinga Ness.
Ternyata pasar malam itu juga digabung dengan festival musik, banyak sekali musik dan alat musik yang ditampilkan. Ada satu pamggung yang mencuri fokus kedua orang yang sedang bergandengan itu, panggung yang menampilkan lagu-lagu classic yang sangat menenangkan.
Tanpa mereka sadari, mereka mulai berdansa, menyenangkan. Ness butuh berjinjit agar tingginya agar bisa berdansa, namun dia tidak peduli lagi. Ness ingin, ingin untuk waktu ini Kaiser hanya memfokuskan ke dirinya.
Jatuh cinta
Berjuta rasanya
Biar siang
Biar malam
Terbayang wajahnya...Jatuh cinta
Berjuta indahnya
Biar putih
Biar hitam
Manislah tampaknya...Waktu yang sungguh menyenangkan bagi dua orang ini, masing-masing yang saling memendam rasa yang sama? namun tak mau mengungkapkan.
Dia jauh
Aku cemas
Tapi hati rindu...
Dia dekat
Aku senang
Tapi salah tingkah...Dia aktif
Aku pura-pura
Jual mahal...
Dia diam
Aku cari perhatian...
oh, repotnyaAh, damai sekali hidup Ness ketika Kaiser berada di dekatnya. Lagunya hampir berakhir, kepala mereka mendekat... semakin dekat... apa ini? apakah ini saatnya? mungkin, tapi ternyata semesta mungkin belum merestui mereka berdua. Mereka dihentikan oleh kalimat terakhir lagu itu.
Oh, asyiknya...
Seperti yang mereka lalui malam ini. Kalimat yang sungguh 'relate' bagi mereka, namun keduanya saling menarik kepala mereka menjauh namun tangan mereka masih tetap berpegangan dalam posisi berdansa, bedanya Mess sudah tidak berjinjit.
"Pendek" Ejek Kaiser yang dijawab dengan muka cemberut dari Ness yang terlihat imut di mata Kaiser "INI MAKHLUK APA SIH YA TUHAN, GEMES BANGET GAKUATTTT" Pikir Kaiser yang melihat muka imut Ness dengan mukanya sendiri yang memerah gemas.
"Kakak aja kali yang ketinggian, itu badan apa tiang? tinggi sih tapi badannya kaya badan om-om" Ledek Ness mengembalikan ejekan dari Kaiser. "ya gue sering work out, badan lo tuh krempeng" Aslinya di pikirannya sudah hal-hal yang sangat tidak senonoh.
Contoh pikiran tidak senonohnya seperti.... memilirkan bagaimana dia bisa dengan mudah merangkul Ness saat sedang melakukan 'itu'
Memang anak SMA yang satu ini sungguh sangat... yaa... padahal dia juga OSIS, bagaimana bisa dia memberi contoh yang baik? dia bahkan sudah sering terlibat pertengkaran walaupun rencananya hanyalah melerai.
Setelah jam menunjukkan pukul 21.30, mereka pun pergi, namun Ness tidak punya tempat untuk singgah. Rumahnya berantakan seperti kapal pecah.
Pada akhirnya Kaiser memberi tau kepada orang tuanya tentang kejadian hari ini, orang tuanya setuju untuk menampung Ness, lagipula mereka juga butuh babysitter untuk menjaga anak mereka walaupun Ness harus sering membagi waktu, untung saja orang tua Kaiser mengerti bahwa dia juga harus memiliki waktu untuk sekolahnya, bahkan mereka mau membayar biaya sekolah Ness dan menganggapnya seperti anak mereka sendiri.
Ness diberi ruangan untuk kamarnya di ujung lorong lantai 3 di sebelah kamar Kaiser, saat ia membereskan bersama ibu Kaiser dan Kaiser bersama. Ness selalu berterimakasih kepada ibu Kaiser yang sudah mau membantunya.
"makasih ya tante, maaf ngetepotin..." Ucapan maaf yang keluar entah sudah berapa kali
"Sudah tidak apa-apa nak, apapun demi pacarnya Michael"
"HAH?!" Sontak kaget dari Kaiser dan Ness, itu seperti baru saja ibu Kaiser merestui hubungan mereka
"M-mah kita ga pacaran mah, dia adek kelasku, mah" Kaiser menjelaskan dengan sedikit gugup dan salah tingkah kepada ibunya, menjelaskan bahwa dia tidak (belum) berpacaran dengan Ness
"Lah?? kamu nyeritain dia melulu habis pulang sekolah?" Jawab ibu Kaiser dengan senyum sok polosnya
"MAAAAA!!!!" Teriak Kaiser dengan malu dan muka merahnya, hanya dijawab denga tertawa dari ibunya lalu ibunya pergi meninggalkan mereka berdua.
"sorry ya, ale. nyokap gue emang gitu.." Kaiser mencoba menjelaskan dengan rasa malu sampai lidahnya seperti ditahan oleh sesuatu yang berat. Ness hanya tersenyum dan tertawa kecil sambil merapikan sisa-sisa barang berantakan di kamar barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I've Tried My Best {KaiNess}
Fiksi Umum" To kiss in cars and downtown bars Was all we needed You drew stars around my scars But now i'm bleedin' " -Cardigan, Tyalor Swift Menceritakan seorang Alexis Ness yang berusaha untuk menjaga mentalnya sendiri sambil memendam 'rahasia' yang j...