Kamis pukul 11.35, SMA Internasional Blue Lock, Michael Kaiser sedang berada di ruang OSIS bersama rekan - rekannya sampai dia teringat sesuatu. "oy Rin!" kata Kaiser memanggil adik kelasnya yang juga rekannya.
"ha? apa?" sahut yang dipanggil dari sebrang meja di hadapannya. "pacar lu kan sekelas sama Ness tuh"
"iya..? terus?" jawab Rin masih bingung tentang pertanyaan Kaiser. "dia punya nomernya Ness ngga?" jawaban itu membuat semua OSIS perempuan yang ada dalam ruangan itu terkejut dan langsung menoleh. "apa? gue cuma tanya" kata Kaiser sambil melihat sekeliling lalu kembali ke Rin. "mungkin iya tapi gue ngga begitu tau, tumben lu tanya kek gini naksir lu sama si Ness?" pertanyaan Rin tambah membuat perempuan - perempuan di ruangan menoleh padanya lalu kembali ke Kaiser. "ngga! dih sotoy lu mah.." setelah Kaiser mengatakan itu semua perempuan diruangan kembali mengerjakan tugasnya masing masing.
Sepulang sekolah Ness sedang menunggu bus di halte dekat gerbang sekolah, lima menit menunggu tiba tiba seseorang datang, Kaiser. "Ness, lu nunggu bis ya?" pertanyaan itu membuat Ness yang dari tadi melihat ke jalan menengok kaget. "kak Kaiser! ngagetin..!" muka Ness kaget, tapi itu terlihat lucu di hati Kaiser. "maaf, lagian lu ngapain ngeliatin jalan sambil ngelamun gitu, nanti kesurupan"
"ihh.. lagian kaka ngapain kesini? bukanya tadi bawa motor?" Ness bertanya, posisinya duduk di bangku halte sedangkan Kaiser masih berdiri di sebelahnya. "iya sih, gue kesini mau ngajak lo pulang bareng, mau ngga?" Kaiser sekarang mengarap tidak ada denial apapun dari Ness. "a-aduh kak kan rumah kita ngga searah lagian gimana helmnya"
"dah itu gampang lagian gue bawa dua helm dan lu ngga boleh nolak, ayo" Kaiser menarik tangan Ness, tidak terlalu kasar, Kaiser menarik Ness menuju parkiran motor dan memberikan Ness satu helm pada Ness, Ness berusaha memakai helmnya tapi kait helm tersebut sangat sulit untuk nya dan Kaiser yang melihat itu langsung membantunya, tak peduli dengan dia yang mengikis jarak diantara mereka. "oh iya sekalian temenin gue ke toko dulu ya nanti" pinta Kaiser setelah memasang klip helm Ness.
"aku nurut aja kak, kan kaka yang bawa motornya" jawab Ness setelah menyamankan posisi helmnya. "yaudah ayo naik" Kaiser mengajak Ness naik ke motor sportnya, setelah Ness naik ke bagian jok belakang. "pegangan" Kaiser menyuruh Ness berpegangan pada dirinya, bukan di pundak tapi di pinggangnya tapi Ness malah memegang pundak Kaiser. "kalo kamu cuma pegang disitu nanti kamu jatuh cantik" kata Kaiser sambil menggoda Ness.
"aku cowo! dan aku ngga bakal jatuh!" Kaiser terkekeh mendengar jawaban Ness yang menolak dipanggil cantik padahal dimata, pikiran, dan hati Kaiser adalah fakta bahwa Ness itu cantik. "emang gaboleh cowo itu cantik? lagian kamu cantik itu fakta" Kaiser tambah lebih menggoda Ness lagi. "buaya! buaya!"
"ganteng gini kamu bilang buaya" kalau kalian bertanya apa isi pikiran Kaiser sekarang ini isinya : "ganteng gini dibilang buaya, padahal aku calon pacar kamu hahay" itulah isi pikiran kaiser sekarang. Akhirnya Kaiser menyalakan motornya, dia maju perlahan tetapu saat masuk ke jalan raya dia menambah kecepatan yang menagetkan Ness dan Ness pun langsung merangkul pinggang Kaiser karna takut jatuh
"kak! jangan kenceng kenceng!" Ness meletakan kepalanya di punggung Kaiser sambil menutup matanya, hal itu membuat Kaiser tambah senang karena sang gebetan yang dekat dekat dengannya. "ya makanya kamu pegangan" Kaiser mengatakan itu sambil tersenyum kegirangan. "iya ini udah"
setelah beberapa menit mereka sampai di toko, hanya Kaiser yang masuk dan setelah ia dapat apa yang dia inginkan dia kembali ke Ness yang masih menunggu di sebelah motornya. "udah kak?" tanya Ness sambil melihat pada kantong plastik yang Kaiser pegang. "udah" jawab Kaiser sambil menunjukkan plastik yang isinya rokok.
"kak Kaiser ngerokok?" Ness bertanya setelah Kaiser naik ke motornya. "iya? kamu ngga suka orang yang ngerokok ya?" Kaiser takut kalau ternyata Ness tidak suka pada perokok Ness akan menjauhinya. "iya sih.. tapi yaudah kalo kak Kaiser ngerokok, tanggung sendiri" Kaiser sedikit lega dengan jawaban Ness yang tidak terlalu blak blakan bilang 'tidak suka' jadi Kaiser tidak dijauhi Ness.
Kaiser mengantar Ness tapi Ness hanya ingin diantar sampai depan gang jalan rumahnya, Kaiser hanya mengiyakan, setelah beberapa menit mereka sampai di depan gang jalan rumah Ness, Kaiser yang melihat keadaan sekitarnya langsung tidak yakin tetapi diyakinkan oleh Ness. Setelah Kaiser pergi dari depan gang, Ness pun langsung berjalan di jalanan yang gelap, agak kumuh itu, lampu dijalanan itu redup hampir tidak terlihat jalannya tapi setelah beberapa langkah dari gang depan Ness sampai dirumahnya.
Baru saja dia membuka pintu dan pemandangan yang Ness lihat adalah pertengkaran orang tuanya yang sudah menjadi bagian hari - harinya. "Alexis pulang..." katanya diam - diam yang membuat kata itu tak terdengar apalagi disandingkan dengan suara teriakan kedua orang tuanya itu. Ness langsung ke kamarnya, berganti pakaian dan langsung mengerjakan tugas sekolahnya, ia selesai saat malam dan setelah ia beranjak dari kursinya dia menuju kelemari kecidi sebelah kasurnya dan mengambil obat - obatan yang didapatkannya kemarin, disitu tertulis bahwa obat itu harus diminum setelah makan tetapi Ness belum makan dari tadi siang, Ness tidak peduli, dia langsung meminum obat itu lalu beranjak ke kasurnya.
Ness diatas kasurnya memaksa matanya untuk tidur dan memaksa telinganya tidak mendengar segala teriakan dan bentakan kedua orang tuanya masing masing, Ness menangis tapi hanya mengeluarkan air mata, tidak ada suara atau senggukan yang dia buat, sudah berapa kali dia menangis tahun ini? dia bahkan tidak tahu dia terlalu lelah untuk menghitung sebanyak apa dia sudah menangis, akhirnya setelah sekitar 45 menit dia selesai dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
I've Tried My Best {KaiNess}
قصص عامة" To kiss in cars and downtown bars Was all we needed You drew stars around my scars But now i'm bleedin' " -Cardigan, Tyalor Swift Menceritakan seorang Alexis Ness yang berusaha untuk menjaga mentalnya sendiri sambil memendam 'rahasia' yang j...