➳ bagian dua ➳

2.8K 328 9
                                    


Katakanlah Revian telah menerima jika sekarang ia telah masuk dalam sebuah kisah, entah apa kabar dirinya di dunia sana, semoga saja tidak mati, karena ia masih memiliki keinginan besar untuk kembali. Lebih baik rasanya setres karena memikirkan tugas kuliah, daripada setres memikirkan hal yang tidak masuk akal seperti sekarang.

Seperti yang diceritakan pengawal pribadinya, sebut saja Jemius. Pangeran Revian ini adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dan adik termudanya adalah Psyche si perempuan tercantik mengalahkan dewi Afrodit, si dewi kecantikan itu sendiri.

Namun sangat disayangkan, kehidupan pangeran Revian tidak begitu baik, sedari kecil ia dikurung dalam kamar tanpa alasan yang jelas, tidak dibiarkan keluar satu langkah pun, bahkan sampai sekarang tidak ada yang mengetahui wajah sang pangeran.

Setelah menginjak usia remaja, barulah sang pangeran diizinkan untuk keluar dari pintu kamar, itupun digunakan untuk berlatih bela diri, pedang, berkuda, dan masih banyak lagi, adapun waktu latihan sang pangeran yaitu saat hari ingin menjemput malam nya, dan harus kembali ke kamar lagi saat mentari mulai terbit, tujuannya hanya satu, agar tidak ada yang dapat melihat wajah sang pangeran. Jemius termasuk kedalam empat orang yang bisa melihat wajah pangeran bersama dengan dokter pribadi kerajaan, Raja dan juga ratu, bahkan dua saudarinya saja tidak mengetahui paras saudara tertua mereka.

Revian terduduk pada kasur, mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Sedangkan Jemius setia berdiri di samping, sudah Revian suruh duduk, tapi pria itu menolak.

Jemius tidak jadi memanggilkan dokter istana, ia diminta oleh pangeran untuk menceritakan segala hal, pikirnya, sekarang pangeran Revian sedang mengalami hilang ingatan mendadak, dan Jemius tidak ingin memberitahukan sang raja Ignatius akan hal ini, merasa kasian pada tuannya yang dikucilkan dan selalu saja mendapatkan perlakuan berbeda. Karena jika sang raja tau, entah hal apa lagi yang akan menimpa pangeran.

"Apakah malam ini pangeran ingin melewatkan latihan?"

Pertanyaan tiba-tiba menyadarkan pria yang masih terlarut dalam kusutnya pikiran. Revian menoleh, setelahnya kepala mengangguk.

"Bodoamat sama latihan latihan itu. Sekarang, gue cuman mau istirahat, dan yang paling penting lo ceritain semua tentang pangeran Rev- maksudnya tentang gue." Binar pada mata tidak dapat menutupi, bahwa begitu besar kebingungan di dalamnya.

Sebelum menjawab, Jemius pandangi tuan nya, lagi-lagi membatin, prihatin akan kondisi sang pangeran, terlihat sangat berbeda dengan kepribadiannya selama ini.

"Baiklah, saya akan menuruti segala perintah yang pangeran berikan. Tapi sebelum itu, tanpa mengurangi segala hormat saya, pangeran harus mengubah gaya bicara anda seperti dulu, saya takut, raja Ignatius akan memberikan hukuman lagi. Jika sulit, pangeran bisa berbicara seperti itu dengan saya, tapi setidaknya jangan kepada raja dan ratu." Ujar Jemius membungkukkan tubuh dengan penuh hormat.

"Ok, gue bakal ingat. Gue juga mau bilang, panggil gue Revian aja, lebih nyaman."

Anggukan kecil Jemius berikan, ini adalah perintah terberat, entah ia bisa terbiasa dengan perintah aneh ini.

•••

Sinar matahari masuk melalui setiap celah yang ada, hangatnya membangunkan seorang pria. Revian memfokuskan pandangan, matanya tertuju pada cahaya kecil yang menyapa tangan, seraya menikmati hangatnya, Revian membatin akan perbedaan hangat mentari di sini dengan dunianya. Sekarang benar sedang berada di tempat yang beda ya?

Ketika semalaman penuh mendengar seluk beluk kehidupan pangeran, yaitu seseorang yang tidak pernah tertulis di setiap versi cerita. Jika begini, Revian tidak dapat menebak pasti, akibat kemunculan karakter baru, dan sekarang, karakter itu adalah dirinya sendiri. Semoga saja ini tidak mempengaruhi alur cerita, agar Eros tetap bisa bertemu dengan Psyche nya dan menjalani kisah dramastis mereka.

Satu yang sekarang menjadi poin dalam pikiran Revian. Membiarkan kisah ini berjalan sebagaimana mestinya, ia hanya akan diam mengamati sambil menunggu kematian sang saudara Psyche, yaitu dirinya sendiri, agar ia bisa kembali ke dalam dunianya, karena sepengetahuannya, jika sudah seperti ini, maka jalan pulang hanya berbentuk kematian.

Kaki tanpa alas perlahan mendarat pada lantai marmer yang dingin, langkah kecil terjalin mendekati jendela. Dengan perlahan, tirai sutra disingkap, detik setelahnya, melalui kaca tebal terpampang pemandangan yang begitu hangat, seolah dewa dewi sangat menyertai kemakmuran kerajaan Eleuther, burung-burung pun bahkan memberikan nyanyian merdunya.

Revian melirik pengait jendela, matanya melihat gembok yang sudah berkarat, tanda bahwa gembok itu telah bertahan selama puluhan tahun lamanya. Entah bagaimana cara pangeran bertahan hidup selama ini, bergelimang emas sekalipun rasanya masih susah bernapas jika hidup seperti ini.

Benar yang Jemius ceritakan, ketika pagi menjelang pintu terkunci dengan rapat, hanya waktu tertentu pintu akan terbuka, dan akan ada menu makanan yang dibawa masuk oleh Jemius sendiri.

Sampai hari ini, Revian sebenarnya masih merasa aneh, tidak mudah bagi orang normal untuk menerima semua kejadian ini dengan lapang dada. Apalagi, saat ini ia tidak tau sedang masuk ke dalam tubuh siapa, di antara banyaknya versi, tidak ada jejak pangeran dalamnya, terlebih lagi nama pangeran sungguh serupa dengan namanya, bukankah kebetulan ini terlalu aneh?

Helaan napas berat tertelan oleh hening nya ruangan sepi sunyi yang terasa dingin. Revian masih berdiri, bulu matanya bergerak seiring kedua mata terpejam dan melirik keluar jendela. Bersyukur masih ada sedikit celah untuk melihat keluar, dalam hati Revian membatin.

Ternyata inilah kerajaan yang melatar belakangi kisah, seperti inilah wujud nya, seolah kedatangannya ke sini memang untuk memperjelas segala bagian kisah. Mungkin, jika nanti ia akan kembali, maka Revian akan sangat bersyukur karena telah diberikan kesempatan sebegitu besar untuk menyaksikan kisah secara langsung dan menemukan semua tanda tanya di dalamnya. Dengan begitu, ia tidak akan dipersulit lagi dalam tugas ini.

Seperti yang telah Revian dengar dari pria bernama Jemius. Kehidupan pangeran dari kerajaan Eleuther ini sangat memuakkan dan membosankan, seperti seorang tawanan, buat Revian tidak tahan untuk berlari keluar jika saja pintu yang menjulang tinggi itu tidak terkunci.

Tapi mau bagaimana lagi, Revian sudah berjanji tidak akan melakukan pergerakan yang tidak perlu, walau dalam hati sudah tidak sabar menunggu malam tiba, hingga ia bisa keluar, sekalian memperdalam penelitian nya. Ya, anggap saja ini adalah waktu yang diberikan untuk mencari tahu keseluruhan cerita dengan jelas dan benar tentu saja.

tbc,

𝑬 𝑹 𝑶 𝑺 [𝒉𝒚𝒖𝒄𝒌𝒓𝒆𝒏] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang