Part - 04

471 38 3
                                    

Sorry for typo




"Selamat pagi sayangnya mas." Kecupan singkat mendarat dipipi gembil Athreya.
"Selamat pagi, mas." Athreya membalas kecupan ditempat yang sama seperti Janitra mengecupnya.
"Hari ini enaknya kita buat apa ya, mas?" Tanya Athreya saat ia merasa bingung akan membuat apa untuk menemani keduanya dirumah.

"Apapun yang kamu buat pasti makan sayang."
"Mas kan emang pemakan segala."
"Iya, termasuk kamu juga mas makan." Pukulan yang tidak begitu keras mendarat tepat ditangan Janitra yang berada diperutnya.
"Masih pagi mas, gak usah ngomongin kaya gitu."
"Justru karena masih pagi jadi enak kan sayang."

Plak!

"Aduh! Sakit sayang." Janitra mengaduh saat mendapat pukulan sedikit keras dari biasanya.
"Mesum aja."
"Kan sama kamu aja sayang."
"Ih mending mas bantuin aku daripada ngomong begitu." Janitra mengerucutkan bibirnya. Athreya yang melihat hal itu hanya tersenyum dan memberi sebuah kecupan di bibir mengerucut milik Janitra.
"Jangan manyun, jelek tau." Kemudian Athreya melanjutkan kegiatannya membuat kue serta makanan lainnya.

Seharian ini keduanya habiskan untuk membersihkan rumah dan berkebun bersama. Setelah selesai dengan bersih-bersih dan berkebun keduanya duduk dibangku taman depan rumah. Dengan secangkir kopi untuk Janitra dan teh chamomile untuk Athreya, serta setoples kue cookies yang tadi mereka buat bersama.

"Permisi." Athreya berdiri dan berjalan ke pagar untuk melihat siapa yang datang.
"Benar dengan mas Athreya?"
"Iya, saya sendiri. Ada apa ya mas?" Athreya nampak bingung saat ada seseorang yang mencarinya.
"Bucket bunga untuk anda mas."
"Huh? Dari siapa?" Athreya semakin bingung saat mendapat sebuah bucket bunga Edelweise.
"Mas Janitra, suami anda. Kalau begitu saya permisi."
"Terima kasih ya mas." Athreya menutup pagar dan menatap Janitra tidak percaya.

"Dari mas? Dalam rangka apa?" Tanya Athreya yang kini berjalan kearah Janitra yang masih setia duduk dibangku.
"Gak dalam rangka apa-apa ngasih aku bunga?"
"Emang harus dalam rangka sesuatu dulu buat mas bisa kasih bunga buat suami mas ini." Jawab Janitra dengan menarik tubuh Athreya untuk duduk dipangkuannya.

"Ya gak ada sih. Tapi kan ini agak lain aja, biasanya mas kasih aku bunga mawar atau tulip atau daisy tapi sekarang Edelweise. Kenapa?"
"Tau arti bunga Edelweise?" Athreya mengangguk.
"Bunga Edelweise ini akan menjadi bukti bahwa cinta aku ke kamu itu abadi, Re." Athreya mengecup pipi Janitra dan mengucap terima kasih.

"Terima kasih ya mas. Tapi aku juga mau deh kaya bunga Edelweise."
"Kenapa?" Tanya Janitra.
"Ya karena biarpun dia tertiup angin kencang sampai mampu menerbangkan helai bunganya. Dan biarpun dia jatuh ketanah, dia tetep bisa bertahan hidup, dan setelah semua itu bunganya semakin kuat dan cantik dari sebelumnya."
"Kamu udah seperti Edelweise, sayang."
"Iyakah?" Janitra mengangguk.

"Iya. Karena biarpun kamu keliatan rapuh tapi kamu tetap kuat dan bisa bertahan sejauh ini. Kamu tau kan Edelweise itu sama sebagian orang dipandang sebelah mata karena bentuk bunganya yang biasa aja tapi toh nyatanya Edelweise bunga yang punya hidup lebih lama dari bunga yang lainnya. Selain itu juga kamu sama kaya Edelweise karena kamu semakin kuat setelah mendapat banyak cobaan. Terima kasih udah mau bertahan. Walaupun banyak banget hal yang gak terduga terjadi dihidup kita, tapi kamu mau bertahan sama mas."

Hal yang membuat seorang Janitra Lakeswara terkejut adalah saat dengan tiba-tiba Athreya Ragnala atau kini yang sudah berubah nama menjadi Athreya Lakeswara itu mengecup bibirnya lama dan setelahnya mengucap kata cinta. Memang bukan hal baru bagi Janitra mendengar kalimat cinta yang keluar dari bibir Athreya, hanya saja kalimat kali ini terdengar berbeda.

"I love you mas Janitra Lakeswara yang luar biasa baik. Terima kasih sudah lahir didunia dan menjadi suami aku. Aku gak tau kalo mas gak jadi suami aku. Makasih udah sabar ngadepin aku yang kadang ngeselin dan kaya anak kecil. Terima kasih untuk semuanya. Ayo bahagia sama-sama sampai akhir." Janitra peluk tubuh Athreya yang masih duduk dipangkuannya.

Kata orang jika usia pernikahan sudah memasuki 10 tahun dan keduanya berhasil melewati fase itu maka hubungan mereka akan berhasil sampai waktu yang sangat lama. Karena Janitra dan Athreya berhasil melewatinya mereka berharap hubungan mereka akan berakhir bahagia sampai akhir, sampai dimana Tuhan mengambil nyawa keduanya.




END.
Terima kasih sudah mau membaca cerita singkat Janitra Dan Athreya. Sampai bertemu di cerita lainnya.

Edelweise || Noren (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang