Part - 02

344 43 0
                                    

Sorry for typo
Kissing



"Bagaimana?" Tanya seorang perempuan yang masih begitu cantik diusianya yang menginjak usia 60 tahun.
"Maaf ma, mas Janitra seperti biasa selalu menghindari pembicaraan itu." Jawab Athreya. Yah, Athreya kini sedang berada disebuah restoran mewah bersama ibu mertuanya.
"Kamu tuh gimana sih. Masa ngebujuk Janitra aja gak bisa. Katanya dia nurut sama kamu." Kedua tangan perempuan yang begitu Athreya hormati itu terlipat didepan dada.

Athreya menunduk, ia tidak tahu kenapa Janitra seperti ini jika membahas soal anak dari keturunannya sendiri.
"Aku usahain nanti mal-." Kalimat Athreya tergantung ketika seseorang tiba-tiba berbicara.
"Mama bisa berhenti ganggu aku sama Athreya gak sih, ma. Mama kalo mau minta keturunan buat penerus perusahaan Lakeswara minta aja sama mas Manu. Toh mas Manu juga udah punya istri tapi belum juga punya anak. Harusnya mama kejar mas Manu buat kasih mama keturunan. Bukan malah ngejar Reya buat minta aku nurut sama mama." Athreya mengusap tangan Janitra lembut.

"Duduk dulu mas. Terus ini diminum." Janitra mengikuti setiap kalimat yang keluar dari mulut Athreya. Menerima segelas air putih yang diberikan padanya.
"Lihat. Kamu gak mau nurut sama mama tapi kamu langsung nurut sama Reya. Jan, tolong sekali nurut sama mama. Mama cuma minta keturunan dari kamu."
"Aku gak mau, ma. Aku udah bahagia kaya gini, berdua sama Reya. Kalo aku pengen punya anak aku sama Reya udah mutusin buat adopsi." Athreya terdiam menatap bagaimana kedua orang berbeda usia yang memiliki status ibu dan anak itu berdebat.

"Mama juga tolong ngertiin aku, ma. Aku udah bahagia dengan Reya selama ini tanpa seorang anak sekalipun."
"Tapi Reya gak bahagia, dia juga pasti butuh seorang anak dari kamu. Iya kan Reya?" Athreya yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari sang ibu mertua pun hanya diam seribu bahasa.
Sang ibu mertua terus menatap dirinya dengan tajam, berusaha meminta persetujuan dari Athreya tentang pertanyaan tersebut.

Janitra yang melihat bagaimana sang ibu mencoba mengintimidasi Athreya dengan tatapannya pun hanya bisa menghela nafas jengah.
"Mama, tolong udah. Tolong mama kejar mas Manu aja kalo mau punya keturunan buat penerus perusahaan keluarga kita. Kita pergi ma." Janitra menggenggam tangan Athreya memintanya untuk pergi dari sana. Athreya awalnya menolak tapi Janitra meremas tangannya membuat Athreya mau tidak mau mengikuti Janitra.
"Mama maaf, Reya sama mas Janitra pergi dulu." Reya pergi dari sana meninggalkan sang ibu seorang diri.

.
.
.
.
.

Malam harinya Athreya dan Janitra yang kini berada dikamar seperti malam sebelumnya, sebelum menjemput mimpi bersama keduanya selalu bercerita. Namun cerita kali ini sedikit berbeda dari malam-malam sebelumnya.

"Mas." Hanya suara deheman dari Janitra yang Athreya dapat.
"Kamu bener gak mau punya sendiri?" Janitra mengalihkan seluruh atensi nya pada Athreya.
"Kita mau bahas ini malam ini?" Anggukan Janitra terima dari sang suami.

Janitra menghela nafas sebelum akhirnya ia bersuara.
"Bukannya gak mau sayang. Mas cuma mau punya anak kalo itu atas persetujuan kamu, tapi bukan dengan mas harus menikah lagi atau menggunakan rahim orang lain."
"Padahal ngijinin mas buat nikah lagi kalo mas emang mau punya anak." Athreya memotong ucapan Janitra.
"Mas yang gak mau nikah lagi, udah cukup sama kamu aja, mas gak mau menambah orang lain lagi disini. Ada atau gak adanya anak diantara kita itu gak jadi masalah buat mas. Selagi kamu tetap disini, sama mas. Itu udah cukup. Tolong ngertiin mas ya, sayang. Mas memilih kamu sebagai suami itu jelas sudah memikirkan semuanya termasuk tentang kita yang gak akan pernah punya anak karena kamu bukan perempuan. Sekuat apapun kamu dan mama memaksa mas buat memiliki istri kembali hanya demi memiliki seorang anak, jawaban mas tetap sama bahwa mas menolak keinginan itu. Jadi jangan paksa mas buat melakukan hal yang sampai kapanpun gak akan pernah mas lakukan. Mas cinta sama kamu, udah seharusnya cinta mas itu cuma buat kamu aja, gak buat dibagi kesiapapun."

Athreya memeluk tubuh Janitra, ia mengucap kata maaf atas apa yang ia perbuat.
"Maaf mas, aku janji gak akan gitu lagi. Dan aku bakal bilang sama mama nanti kalo beliau masih keukeuh mau menjodohkan kamu demi punya seorang anak."
"Gak apa-apa sayang. Cuma lain kali lebih difikirkan lagi apa yang kamu ucapkan. Mas menikahi kamu itu benar-benar udah memikirkan semua konsekuensinya. Ngerti." Athreya yang masih menangis dalam pelukan hangat sang suami pun hanya mampu mengangguk.

"Jangan nangis ah, nanti cantiknya hilang. Mas gak mau cium kalo cantiknya hilang." Athreya mendongak menatap tajam Janitra dengan wajah basah selepas menangis. Janitra tertawa melihat bagaimana sang suami ingin terlihat galak namun justru menggemaskan karena wajah, hidung dan matanya memerah akibat menangis.

"Bercanda sayang. Mas mana mungkin bisa sih gak cium kamu." Bibir yang mengerucut itu Janitra kecup singkat.
"I really love you, Re. Jadi jangan pernah mikir kamu bisa dorong mas buat mengikuti keinginan mama, ya." Athreya tidak menjawab. Ia justru mendekatkan bibirnya pada bibir Janitra. Janitra yang mendapat hal seperti itu lantas menerima dengan senang hati.

Ciuman yang begitu lembut, tidak terburu-buru itu jelas membuat kupu-kupu didalam perut keduanya beterbangan. Kedua tangan Athreya semakin erat memeluk tubuh Janitra, usapan lembut pada bahu Janitra membuat Janitra tanpa sadar merubah posisi menjadi diatas tubuh Athreya.

Ciuman lembut dan basah keduanya berakhir saat Athreya menepuk punggung Janitra. Janitra yang paham jika Athreya membutuhkan udarapun melepas tautan keduanya. Benang saliva diantara keduanya tercipta membuat Janitra serta Athreya tersenyum.
"I love you too mas, aku bener-bener beruntung punya kamu."
"Kita sama-sama beruntung sayang. Jadi tetap sama mas apapun yang terjadi ya karena mas juga akan tetap sama kamu apapun yang terjadi." Athreya mengangguk.

"Kita lanjut ya." Janitra tersenyum saat Athreya mengangguk. Merasa mendapat ijin Janitra lantas melakukan sesuatu yang membuat ia dan Athreya serasa terbang ke Nirwana.




To be Continue.....

Edelweise || Noren (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang