A/N
aku post dua chapter hihi. enjoy!^^
***
"GUE DI USEP-USEP, AN! BAYANGIN, AN! DI USEP-USEP! BAYANGIN!" teriakku tak karuan. Sepulang dari sekolah tadi, senyumku tak dapat terbendung lagi. Senyum itu hangat sampai ke hati.
Farhan, menatapku seolah aku adalah hewan menjijikkan. "Apa semua cewe itu kayak elo, Al? Seheboh ini saat dialusin crush?"
"Farhan! Rama gak jahat! Dia itu baik!" belaku tak terima. Farhan mendengus, lalu menatapku tajam. "Gue gak suka sama dia,"
"Iyalah, lo cowo." Farhan mendorong keningku dengan telunjuknya. Membuatku terhuyung ke belakang. Beruntung aku sedang tidak berada di ujung ranjang. "Bukan itu maksud gue! Gue gak suka sama tingkah dia. Dia baru kenal lo tiga pertemuan, tapi udah berani kayak gitu?"
"Dia cuma niat baik. Dia mau nenangin gue,"
"Nenangin gak harus seintim itu, Alika." Aku menatap Farhan tak suka. Ia berlebihan!
"Stop being annoying, Farhan Ramadian. Lo bahkan belum kenal dia, dan lo udah main judge dia kayak gitu. Bilang aja lo cemburu."
"HELL, NO—"
"Ah, lo ngerusak mood gue," aku pun turun dari ranjang. Meninggalkan Farhan yang masih berkutik di depan laptopku.
"Ayo Hop-hop," aku mengangkat kepalaku dari bantalan kedua tanganku. Farhan sangat hafal dengan posisiku bila sedang merajuk. "Gue beliin. Yang penting gak ngambek lagi."
"YAY!" teriakanku membuat Farhan mau tidak mau tertawa.
***
"Iya, jadi entah berkat angin darimana, gue sama Fia jadi deket. Topik yang di bahas juga gak jauh dari Rama. Lucu, ya." Farhan menepati janjinya tanpa mengundur waktu. Pusat perbelanjaan ini merupakan tempat yang entah sudah berapa ribu kali kami kunjungi. Pusat perbelanjaan ini merupakan saksi kebawelanku pada kecuekkan Farhan.
"Hm." Jawabnya singkat.
"Ram, lo niat jalan sama gue gak, sih?"
"Eh, apa? Lo manggil gue apa?"
Aku terdiam. Mengingat perkataanku sebelumnya. "Sejak kapan yang di otak lo itu cuma Rama?" ketus Farhan yang membuatku teringat. "Oh, maaf. Sumpah, gue gak maksud apa-apa. Ish,baper amat lu." Farhan membuang mukanya.
Kang ngambek emang. Batinku.
"Eh, mau nonton gak lu? Tapi nonton shaun the sheep." Aku menghentikan langkahku. Menatap ngeri Farhan yang menunggu jawabanku. "Sejak kapan seorang Farhan Ramadian suka kartun?" Farhan memberikan cengirannya.
"Sejak aku suka kamu." Mataku membulat. Jijik!
"Ish, gue pilih-pilih ya, kalo punya fans." Farhan tergelak. Lalu mengacak rambutku. "Sejak adek gue lahir dan menghancurkan jadwal main PES gue."
Aku terbahak mengetahui bahwa Farhan, seorang gamer handal harus mengorbankan jam bermainnya untuk adiknya yang sama menyebalkan dengan kakaknya. "Yaudah ayo, hahaha—"
Tawaku terpotong. Karena dua orang dihadapanku yang baru memasuki gedung bioskop, sedang tertawa bersama.
"Kenapa, Al?"
Hendak menjawab, namun getaran ponsel memaksaku untuk membuka pesan dari salah satu media sosialku.
LINE dari Fia.
Fia : likaaaa:(
Fia : sedih nihhh
Fia : Rama
Fia : dia ternyata punya pacar. Anak ips.
Fia : DAN MEREKA LG JLN BARENG:((
Fia : Rama abis update di Path dia. Huhu kit ati:(
Diam. Entahlah, hal didepanku merupakan bukti nyata akan apa yang Fia katakan. Tanpa sadar, aku menghela nafas. Menghilangkan sesak konyol yang ku rasa.
"Kenapa, sih, ilah." Farhan mencari sesuatu yang membuat moodku kembali turun. Sampai ia menatap apa yang sedaritadi ku tatap. "Mereka ada hubungan ama lo? Engga, kan?"
Aku memberikan ponselku kepada Farhan, membuat Farhan mengernyitkan dahinya. "Terus? Apa hubungannya sama mereka?"
"Itu Rama," Farhan kembali menatap laki-laki didepan kami. "Sama cewenya."
***
"Itu yang lo bilang dia baik?" Alika kembali menghela nafas. Sesak yang ia rasa merupakan bukti nyata akan perasaan barunya. "Lo cuma dijadiin pelampiasan, kan, berarti?"
"An, berisik." Alika menjauh dari gedung bioskop itu. Fikirannya hanya ingin pulang, dan menumpahkan kerapuhannya. "Apa gue bilang? Lo mending gak usah mikirin perasaan baru lo! Gak usah langsung baper. Kalo kayak gini, yang repot siapa?"
Alika memicingkan matanya, "Gue ngerepotin? Gue gak minta lo beliin Hop-hop!"
Dengan cepat, Alika menuju pintu keluar. Farhan berdecak kesal dan langsung berlari mengejar Alika yang sudah berada di luar pusat perbelanjaan ini.
"Al,"
Alika berhenti saat lengannya berhasil ditangkap Farhan. "Gue pilihan kedua doang kan, maksud lo? Kayaknya sih, iya. Mentang-mentang cewenya bukan anak Klub Fotografi. Mentang-mentang cewenya gak ikut nonton film horror. Mentang-mentang dia belum ketauan punya cewe. Dia nyari cewe lain? Nyari cewe baru? Nyari gue? Ih, lucu banget dia."
"Alika,"
Tanpa sadar, mata Alika mengembun. Katakan ia bawel, tapi Farhan sangat hafal akan kemanjaan dan kemelankolisan sahabat kecilnya ini.
"Dia emang baik, kok. Baik kesemua orang tapinya," Alika tertawa. Meledek dirinya sendiri.
"Udah, udah. Cengeng, lu." Farhan menarik kepala Alika ke dalam dekapannya.
Alika menggigit bibir bawahnya untuk menghindari tangisannya terdengar.
"Mau Hop-hop lagi?" pertanyaan itu membuat Alika tak ayal tertawa.
"Ngerusak suasanya aja, sih!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Buat Aku Lupa
Short Story"Kenapa lo berhenti saat gue pun belum mulai?" ×××××× "Rasanya sakit, An." Sakit itu tiba-tiba meluap tanpa permisi. Membuka seluruh luka yang bahkan sembuh pun tidak. "Dan saat tau sama-sama punya rasa, tapi kenyataannya gak bisa bersama. Sakitnya...