03/10

547 75 6
                                    

Jakarta pusat, 18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta pusat, 18.30 pm.


Matahari telah terjadi terbenam dan bulan bersinar lembut di angkasa ditemani oleh bintang yang bersinar terang. Kegiatan (name) yang sedang melukis mendadak terdiam.

Jika ditanya kenapa? Ia mungkin menjawab bahwa dia bingung dengan perasaan Rin terhadap nya, akan kah Rin mencintai nya kembali?. Selama ini (name) sudah berusaha keras agar sesuai mejadi tipe idaman Rin, apakah itu masih kurang?.

Sejenak dirinya menatap lukisan setengah jadi miliknya, wajah Rin terpampang jelas disana. Wajah yang selalu membuatnya jatuh cinta entah bagaimana pun buruknya perlakuan Rin padanya.

Perasaan nya terlarut-larut memikirkan hal ini, tidak hanya sekali tapi ribuan kali dia selalu bertanya pada dirinya sendiri. Apakah aku benar-benar ingin tahu perasaan Rin terhadap dirinya?.

Do i really wanna know?.

(Name) selalu menyatakan kalimat yang sama pada Rin, yaitu.

"Apakah kamu tahu Rin, mau seburuk apapun perilaku mu padaku aku tetap mencintaimu. Tidak, tidak yang benar adalah aku sangat sangat mencintai mu mau bagaimana pun itu." Lirih nya dalam heningnya malam.

"Tapi di sisi lain juga aku lelah mengejar mu terus-terusan, tidakkah kamu pikir aku mengejar mu jauh sampai patah kaki sedangkan dirimu hanya dia membisu menyaksikan itu semua." Monolog (name) sambil meremas baju bagian dada miliknya melampiaskan rasa sesak dalam dada yang sudah lama terbendung.

Dunia selalu saja kejam untuk seorang seniman, dunia adalah neraka bagi seorang seniman.

Karena sisi pandangan orang lain adalah orang pintar matematika itu lebih baik daripada orang yang pandai membuat karya dan hobi merangkai kata-kata yang disusun untuk menjadi sebuah cerita ataupun puisi.

Tetes demi tetasan merah kental berbau amis turun dari hidung (name) dan berakhir mendarat di lukisan wajah Rin yang ia buat.

"Kambuh lagi ya..." Ujar (name) menatap kosong lukisan wajah Rin yang mulai ternodai warna merah karena darahnya.

Dengan segenap tenaga yang tersisa (name) kembali melanjutkan lukisan miliknya, warna merah darah miliknya ia gunakan sebagai cat tambahan untuk menggambar bunga mawar merah, tidak peduli dengan pandangan yang mulai kabur dan kepala yang terasa sakit kian detiknya ia tidak peduli.

Karena lukisan ini harus sudah jadi besok, sebagai hadiah ulang tahun sang pujaan hati yang namanya selalu terukir abadi di relung dada miliknya, berharap kerja kerasnya dihargai dan Rin menyukainya.
























Namun apa ini?.

"Aku tidak suka lukisan buatan mu, kau tahu aku benci orang sepertimu yang membuatku risih dan tidak nyaman. Kau adalah penghalang terbesarku untuk mencapai impian ku, jadi mulai sekarang menjauh lah dari kehidupan ku (fullname)" Ucapnya.

(name) duduk bersimpuh diatas tanah pandangannya tertunduk pada lukisan buatannya yang hancur tidak berbentuk dihadapannya langsung karena di injak-injak oleh kami Rin.

Apa ini?, Kenapa rasanya sakit sekali? dia seharusnya sudah terbiasa akan hal ini bukan?, Penolakan yang dia rasakan kali ini lebih menyakitkan dari pada yang sering ia dapatkan dari Rin.

Tanpa sepatah kata pun Rin meninggalkan (name) sendirian, perlahan-lahan (name) meraih karya miliknya yang rusak parah bahkan tidak bisa di perbaiki lagi.

Memeluk kanvas tersebut dengan erat perlahan air mata miliknya mengalir deras diiringi hujan yang mulai turun membasahi bentala, ah nampaknya tuhan tau kapan waktu yang tepat menurunkan hujan hanya sekedar untuk menutupi dan menyamarkan air mata dan rintihan pilu menyayat hati dari hambanya.

Tuhan memang selalu baik pada hambanya.
..
















:))
-PROXIMA2

𝐃𝐨 𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐧𝐚 𝐤𝐧𝐨𝐰? || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐫𝐢𝐧 𝐱 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang