Suara ketukan pintu membuat Arnold mengangkat kepalanya dengan sedikit lebih tinggi. Hanya sedikit. Saat matanya bisa menangkap siapa yang ada di balik pintu besar itu, ia kembali menekuni pematik yang sedari tadi ia mainkan. Jujur saja, ia sedang rindu dengan cerutunya.
"Apa yang sedang anda pikirkan seserius itu Nona?" Dayang yang bernama Enyy memecah keheningan yang ada di ruangan itu.
Arnodl tidak menjawab. Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa ia sedang merindukan rokoknya?
Namun tiba-tiba sebuah pemikiran tercetus di kepalanya. "Apa yang harus ku lakukan jika aku ingin memutuskan pertunangan?" Tanyanya, karena ia terlalu malas harus berurusan dengan tunangannya. Dia itu laki-laki sejati, bertunangan dengan pria sama saja mencoreng kejantanannya.
Prang
Vas bunga yang ada di tangan Enyy terlepas karena terkejut dengan pertanyaan Nona mudanya.
Bagaimana mungkin orang yang dulunya terlihat baik-baik saja walau sudah dihianati oleh tunangannya, tiba-tiba kini ingin melepas hubungan yang sudah terjalin bertahun-tahun itu? Bukankah hal itu menunjukkan perjuangan nona mudanya jadi sia-sia, karena Nonanya memilih mengakhiri semuanya sekarang?
"Jangan dipegang sambil melamun seperti itu!" Peringat Nona mudanya, ketika Enyy mengutip beling-beling dari pecahan kaca.
Dan dengan gentle nya, Arnold bangkit berduri lalu membantu Enyy mengambil serpihan kaca itu.
"Mengapa tiba-tiba anda ingin memutuskan hubungannya Nona?" Tanya dayangnya dengan khawatir.
"Karena tiba-tiba aku tidak ingin menikah" jawab Arnold santai. Polusi yang bersembunyi di balik bayangannya, mengangguk setuju.
Masterku harus menikah dengan seseorang yang sepadan dan tak ada seorangpun di dunia ini yang sepadan dengan beliau, gumam Polusi.
Wajah dayangnya terlihat tidak percaya ketika mendengar jawaban gadis itu. Namun, Enyy tetap mencoba memikirkan jawaban yang harus ia berikan pada Nona mudanya.
Seakan teringat dengan kondisi kekaisaran, Enyy mencetuskan sebuah jawaban yang memuaskan untuk Arnold. "Ada satu hal yang bisa membuat anda tidak terikat dengan pernikahan, yaitu anda harus menjadi Duke dan berperang di garis terdepan. Seperti yang ada tahu, kondisi kekaisaran kita saat ini sangat tidak baik-baik saja, karena perkembangan monster yang meningkat" jawab Enyy.
"Begitu ya!" Gumam Arnold sambil mengangguk mengerti. "Kalau begitu, aku akan pergi berperang!" Jawab Arnold santai.
"Nona!!" Bentak Enyy marah, "anda tidak mendengar apa perkataan saya? Anda harus pergi berperang di garis terdepan. Itu sama saja pihak kekaisaran meminta anda untuk mati".
"Masterku tidak akan mati! Sebaliknya, akan ada banyak orang yang mati ditangannya" jawan Polusi yang hanya bisa di dengar oleh Arnold.
Benar, seperti yang ia simpulkan setelah bersama Polusi dalam beberapa hari ini, sesosok bayangan itu mengetahui dengan jelas jati diri yang ada di tubuh ini.
Polusi yang merupakan seorang cendikiawan dulunya menyimpulkan bahwa fenomena yang terjadi pada masternya adalah sebuah kemarahan Dewa.
Arnold yang seumur hidupnya selalu membunuh orang membuat Dewa sangat murka. Untuk membayar dosa-dosa yang diperbuat oleh Arnold, Dewa mengirimkan laki-laki itu ke dunia ini dan merasuki tubuh seorang gadis yang terkenal karena sesosok malaikatnya.
Mengingat kondisi kekaisaran saat ini, Dewa dengan sengaja mengirim Arnold untuk membasmi para monster. Tidak hanya itu, Dewa juga menganuhgrahkannya sebuah power atau kekuatan yaitu dapat mendengar suara dari makhluk hidup serta dapat membangkitkan para makhluk hidup yang telah mati. Itu adalah kekuatan super yang dapat membantu Arnold untuk menyelesaikan misi yang di berikan oleh Dewa.
Yah, seperti itulah kesimpulan cendikiawan yang terkenal jenius itu, Polusi. Namun Arnold tidak bisa menerima kesimpulan itu mentah-mentah karena pemikirannya yang sangat logis. Ia cukup menjadikan kesimpulan itu sebagai alasan saja.
Karena sudah mengetahui arah hidupnya, Arnold berniat untuk melakukan persiapan. Sekarang ia bukan siapa-siapa dan sangat yakin, jika ia pergi ke medan perang tanpa melakukan persiapan apapun, ia akan mati saat itu juga.
Sekarang, bukankah waktu yang tepat untuk berlatih?
Arnold adalah seseorang yang handal dalam menggunakan belati. Ia juga sangat mahir beberapa jenis bela diri. Tak ada yang kurang darinya sedikitpun. Hanya saja, di tempat ini, ia dipaksa harus bisa menggunakan pedang atau senjata tajam panjang. Setidaknya, ia harus mahir dengan alat itu untuk memastikan keamanan dirinya.
Karena sudah terbiasa dengan belati, ia jadi tidak terlalu kesulitan untuk berlatih pedang. Selain jarak dan berat dari senjata yang berbeda, Arnold cukup menikmati masa latihannya.
Banyak orang yang tidak mengerti jalan pikirannya saat ini, termasuk Arsello. Remaja laki-laki itu tampak tidak senang ketika mendapati kakaknya setiap pagi dan malam hari berada di ruangan latihan. Ia juga semakin tidak senang ketika menyadari kemampuan kakaknya jauh lebih unggul darinya, padahal Arsello sudah berlatih pedang sejak kecil. Kakak perempuannya seakan tercipta dengan semua kelebihan yang selalu ia inginkan.
^^^
Pagi itu sedikit berbeda dari pagi-pagi biasanya. Sudah sangat lama Arsella tidak bertemu dengan Duke Diantha alias ayah Arsella, namun pagi ini, laki-laki paruh baya itu meminta untuk bertemu dengannya.
Ruaangan kerja Duke terlihat sangat rapi dan nyaman ketika Arsella memasuki ruangan tersebut. Ayah gadis itu sudab menunggu kedatangannya dari balik meja kerjanya. Wajah ayahnya tampak kebingungan serta resah disaat bersamaan.
Dalam sekali tebak, Arsella bisa mengetahui apa yang sedang di pikirkan oleh ayahnya.
"Tanyakan saja apa yang membuat anda penasaran!" Ucap Arsella yang tampaknya ogah untuk basa basi terlebih dahulu.
Berdehm pelan, laki-laki paruh baya itu bangkit berdiri. Ia berjalan membelakangi meja kerjanya dan kini hanya memfokuskan diri pada putri sulungnya.
"Ada yang berbeda darimu" ucap Duke membuka suara. "Kata mereka kamu berlatih pedang. Bahkan dayangmu mengatakan bahwa kamu ingin mengakhiri hubunganmu. Mengapa tiba-tiba?" Tanya ayahnya.
Arsella sudah sangat yakin Duke akan menanyakan hal ini padanya, sehingga sebelum ia datang ke ruangan kantor laki-laki itu, Arsella sudah menyiapkan jawabannya.
"Karena tiba-tiba saya menyadari kegunaan saya. Dari pada menjadi seorang Putri Mahkota yang hanya bisa menjadi pasangan dari pemimpin, saya lebih ingin memimpin wilayah sendiri. Yah benar, ini lebih terlihat seperti keegoisan saya. Saya harap anda tidak menghalangi keinginan saya" jawab Arsella sambil tersenyum dalam hati.
Dalam sekali lihat, ia sudah bisa mengenali karakter Duke Diantha. Bagi laki-laki itu, wilayah dan penduduk yang ada di dalamnya adalah hal yang harus ia lindungi dan sejatrahkan. Arsella cukup memperlihatkan jiwa nasionalismenya pada Duke, sehingga rencana kedepannya tidak akan mengalami kendala.
Setelah selesai berbincang-bincang hingga pada pembahasan bahwa Duke akan membantunya untuk memutuskan hubungan dengan Putra Mahkota, Arsella memutuskan keluar. Ia ingin pergi ke suatu tempat untuk memastikan sesuatu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The End
Fantasy#Musim Kedua Arnold, adalah laki-laki yang dengan bangga menyebutkan dirinya sebagai laki-laki macho. Tubuhnya yang berotot serta wajahnya yang cukup menyeramkan sangat mendukung untuk pekerjaanya yaitu sebagai salah satu kepala pemimpin dari organi...