01 - [ Tepat Satu Tahun ]

237 28 62
                                    

Aku membuka sedikit jendela kamarku. Menatap keluar, ada orang yang baru saja lewat, kemudian aku menghela napas dan kembali duduk di kursi belajarku. Ini malam Rabu. Biasanya Nana, Ecan, dan Bang Jeno akan pulang telat karena berkutat dengan segala macam organisasi di kampus, tapi sepertinya hari ini tidak. Tadi aku dengar Ecan sudah konser dan berdrama alay di kamar mandi jam setengah lima sore.

Malam ini aku memutuskan untuk berdiam di kamar. Tidak melakukan apa-apa, hanya ingin sendiri aja. Bahkan suara Bang Jeno yang memanggil-manggil namaku untuk makan malam ku biarkan. Aku benar-benar malas untuk bertemu orang, sekarang.

Besok adalah hari yang paling ku hindari. Jujur, rasanya aku tidak ingin bertemu dengan hari besok. Karena seperti yang ku katakan tadi siang, jika hari besok adalah tepat satu tahun kepergian Bang Taeyong. Tentu ini sangat akan menyakitkan ketika aku harus kembali melihatnya dalam keadaan yang.....kalian pasti tahu maksudku.

Apalagi tadi siang aku baru diberi tahu Nana kalau sepertinya geng kami akan dibubarkan karena formasinya yang sudah tidak lengkap. Sekarang NCT hanya tersisa 21 anggota---begitu kata Bang Jungwoo tadi saat ku tanya lewat chat. Tapi aku masih belum terima jika itu terjadi, karena bagaimanapun juga NCT itu penting bagiku. Masa hanya karena dua orang pergi, langsung dibubarkan. Mungkin suatu saat nanti aku akan mengajak pasukanku untuk demo besar-besaran jika itu benar-benar terjadi.

"Lagi mikirin apa lo, bocil?"

Kepalaku reflek menoleh ke arah pintu. Lagi-lagi Nana masuk ke kamarku tanpa izin dan mengetuk pintu kamarku terlebih dahulu. yeah.....mungkin dia tahu kalau aku tidak akan mau membukanya.

Aku menggeleng sebagai jawaban, lantas bangkit dan duduk di kasurku. Nana yang masih berdiri di depan pintu dengan tangannya memegang knop pintu, ikut masuk.

"Dipanggil-panggil dari tadi nggak denger?" alih-alih menjawab, aku malah merebahkan diri di kasur. Kedua tanganku ku rentangkan ke atas. Aku pikir Nana akan paham maksudku jika...aku malas keluar.

"Lemes amat kayak abis diputusin doi!" Nana kembali mencibir dan aku hanya melirik tajam sekilas. Jika moodku sedang bagus, mungkin aku akan mencekik leher Nana sampai dia memberontak, lalu aku cium pipinya sampai gumoh.

"Udah ngomong belum?" tanyaku akhirnya. Bagaimanapun juga aku ingin tahu perihal rencana hari esok. Namun yang kudapatkan malah Nana yang terdiam memandangku lamat-lamat tanpa menjawab.

"Kenapa sih?!" kesalku, melempar Nana dengan boneka alien kecil yang ku curi dari kamar Bang Taeil dulu. Bukannya mengaduh, Nana malah tersenyum miring, seakan-akan pertanyaanku bukanlah hal yang penting.

"Lo kayaknya lebih memprioritaskan buat ketemu sama mereka-mereka daripada buat acara pentingnya ya?" tuduhnya.

Aku tersenyum miring, "Sedikit."

"Gue udah bilang sih tadi ke Bang Jaehyun, katanya dia bisa. Terus gue tanya Bang Taeil, katanya dia lagi di Australia."

"Ngapain?" aku mengerutkan kening.

"Ada tugas kali." Nana yang duduk di tepi kasurku mulai menyandarkan kedua tangannya ke belakang. Matanya menatap ke arah jendela. Aku hanya membulatkan mulut sebagai respon.

"Lo...masih suka chatan sama Chenle?" aku langsung melirik Nana ketika pertanyaan itu meluncur dari bibirnya. Kemudian tanpa menjawab, aku menghela napas berat. Nana yang seakan-akan paham maksud helaan napas itu, langsung mengangguk-angguk.

"Kenapa? Kok ngangguk-ngangguk? Emang aku udah bilang jawabannya?"

Nana pada akhirnya menoleh ke arahku yang masih dalam keadaan rebahan. Kemudian kulihat dia tersenyum miring lagi, "Tanpa lo jelasin juga gue udah paham, Cil."

STORY OF MY LIFE [PARK JISUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang