04 - [ Bukan Aku yang Salah! ]

120 16 21
                                    

"Kalau punya masalah tuh di selesein! Jangan kayak Yuta sama Sungchan, rebutan cewek malah jadi ribut nggak jelas kayak gini!"

"Hidup itu penuh masalah, kalau mau penuh duit mah masuk rumahnya Chenle, Nana, sama Jaehyun."

Aku mengedipkan mata berulang kali saat merasa kewarasaanku kembali. Memikirkan ulang kata-kata Bang Ten yang tiba-tiba muncul di otakku. Entah kenapa aku tiba-tiba ingat kalimat itu.

Setelah Bang Nana menyuruhku untuk tidur, aku akhirnya memilih untuk terdiam di atas kasur. Menatap penuh overthinking langit-langit kamar diambang kegelapan.

"Gimana aku mau selesein masalah Bang Jeno, orang aku aja nggak tahu kesalahan aku dimana." batinku.

Jujur aku bingung kalau harus mengakui ini. Dimana letak kesalahanku? Bertanya kalau Teh Salsa sedang bersama laki-laki lain? Lah? Apa yang salah? Aku tidak mengatakan jika itu pacarnya. Lalu?

Lagi-lagi aku menghembuskan napas berat, apakah aku yang salah? Tapi aku tidak merasa bersalah sama sekali. Aku bahkan hanya bertanya, apa dia masih menjalin hubungan dengan Teh Salsa? Jika masih ya sudah.

Bang Jeno juga, dia pergi kemana? Dan kenapa tidak memberi tahu apapun? Jangan bilang dia datang menemui pacarnya dan melabraknya dengan otot.

Huft. Kenapa jadi berakhir seperti ini ya?

tok! tok! tok!

Mataku langsung beralih ke pintu kamarku.

"Gue tau lo belum tidur." serunya dingin.

Dari suaranya....itu sepertinya Bang Ecan. Mau apa lagi dia? Marah-marah lagi? Menyalahkanku lagi? Atau akan menyuruhku keliling dunia hanya untuk mencari Bang Jeno yang sekarang entah dimana?

Dengan ogah-ogahan, aku akhirnya bangkit dan membuka pintu. Mataku langsung menyipit silau saat cahaya dari lampu ruang tengah menyorot ke arah kamarku. Kemudian aku menatap Bang Ecan yang masih menatapku dengan dingin, tapi kali ini hanya datar, tidak seperti tadi, tajam.

"Kenapa?" tanyaku. Bukannya menjawab, dia malah memutar bola malas. Aku mendecih diam-diam.

"Dicariin Jeno tuh," mataku langsung membulat mendengar itu. Bang Jeno?

"Dia udah pulang? Kapan?" tanpa menjawab pertanyaanku lagi, dia langsung pergi dan masuk ke kamarnya. Aku masih mematung di depan pintu kamarku.

"Cung," kepalaku reflek menoleh. Dari arah pintu utama Bang Jeno berjalan mendekatiku. Aku hanya menatapnya tanpa berkata sedikitpun.

"Ternyata bener apa yang lo bilang tadi sore,"

Aku menaikkan kedua alisku. Langsung paham apa yang laki-laki itu katakan, "Serius?"

Bang Jeno mengangguk dan tersenyum, lantas mengelus-elus pelan kepalaku.

Tuh kan! Apa yang aku katakan itu tidak salah. Aku memang tidak salah, Bang Ecan saja yang langsung ngegas dan tidak mau mendengarkan penjelasanku dulu.

"Sekarang gimana?" yang kulihat Bang Jeno malah menggedikan bahu.

"Gue bingung," katanya.

"Kenapa nggak diputusin aja?" tanyaku, menatap intens ke arah dia yang menggaruk-garuk kepalanya, ekspresi mukanya terlihat bingung.

Laki-laki di depanku ini juga terlihat berpikir, sepertinya memikirkan ulang kalimatku barusan.

"Bang," Bang Jeno melirik ke arahku.

"Jangan dipaksa," aku benar-benar tidak tahu apa yang baru saja aku katakan, kalimat itu muncul secara tiba-tiba di otakku, dan meluncur tanpa di perintah oleh bibirku. Ku lihat Bang Jeno menghembuskan napas pasrah, kemudian tersenyum sembari menatapku,

STORY OF MY LIFE [PARK JISUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang