05 - [ Maaf ]

141 14 17
                                    

Happy Reading ~

"Ngomongin gue apa lo pada?!"

Mendengar itu, aku dan Jay hanya bisa menunduk, menatap ujung sepatu masing-masing sambil membatin mantra-mantra sakti agar bisa terbebas dari ketajaman tatapan Bang Jeno. Ternyata dia mendengar semuanya.

"Aku...Aku cuma disuruh Bang Nan---"

"Bohong!"

Deg!

Bak petir menyambar di siang hari, balasan Bang Jeno barusan diam-diam membuatku terkejut dan panik.

"Emang bener euyy." saut Jay.

"Lo nggak tau apa-apa, monyet!" sontak Jay melotot mendengar penuturan Bang Jeno.

"Jisung bilang ke gue tadi anjirrrrrr." bang Jeno hanya melirik Jay sekilas, lantas menatapku dengan ekspresi menahan marah dan bersedekap tangan.

"Bukannya lo bilang nggak ada kelas hari ini?! Berarti lo ke kampus cuma buat ngelakuin hal bodoh kayak gini?!" tanyanya.

Aku melirik Jay yang malah berkacak pinggang sembari menatapku. Dari ekspresinya dia seolah mengatakan, "Kalau ini gue nggak ikutan ya,"

"Nana mana?" belum sempat menjawab, Bang Jeno kembali bertanya, aku hanya mengedikan bahu.

"Dengerin gue! Sampai kapanpun lo nggak akan gue biarin ngurusin masalah gue. Jadi stop sok-sokan jadi mata-mata, karena lo nggak akan berhasil!" ucap Bang Jeno.

Mataku memicing, menatap dia yang masih menatapku dengan tajam, "Sejauh itu ya kita, sampai aku nggak dibolehin tahu masalah abang?! Seprivasi itu hidup abang sampai semua hal ditutup-tutupin?! Kita ini apa sih sebenernya???!!!" tuntutku. Entah ada kekuatan darimana sampai aku berani untuk bertanya hal itu.

~ ~ ~ ~ ~

Setelah berdebat dengan bang Jeno, aku akhirnya pergi dari kampus. Bodoamat dengan bang Nana yang mungkin nanti akan marah-marah karena rencananya gagal. Sekarang bukan lagi perkara mata-mata itu, tapi tentang bang Jeno yang sudah keterlaluan. Keterlaluan dalam menyimpan masalahnya sendiri.

Dia jahat pada dirinya sendiri, tidak pernah membiarkan orang lain membantunya keluar dari kotak masalah, dia selalu merasa hebat dan bisa melakukannya sendiri. Bukankah dia terlihat egois?

Semenjak kejadian itu, moodku menurun drastis, sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhenti sejenak. Duduk sendirian di kursi di pinggir jalan sambil menikmati semilir angin mendung di bawah langit Braga.

Kalau saja tadi aku tidak mengiyakan rencana Bang Nana, mungkin Bang Jeno tidak akan semarah ini. Aku yakin dia pasti lebih marah padaku daripada Bang Nana.

"Kenapa gue senurut itu sih jadi orang?" tanyaku, mendongak ke langit, kemudian menghembuskan napas berat.

"Kata Bang Doy juga, nggak semua perintah orang wajib gue iyain, tapi kenapa tadi pagi gue mau aja disuruh si kecebong itu??!"

Aku menoleh ke kanan saat ujung mataku tak sengaja melihat ada orang yang berjalan ke arahku. Dan disaat itu juga aku melebarkan mataku dan langsung berdiri.

"B-B-Bang Taeyong?? K-Kok...ada...disinii??" seruku terkejut.

~ ~ ~ ~ ~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STORY OF MY LIFE [PARK JISUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang