Hurt

207 25 0
                                    

Lily Reina, perempuan kelahiran 1997 yang berprofesi sebagai seorang pengajar di salah satu instansi di kota ini. Usianya 26 tahun, perempuan pekerja keras namun tidak berambisi memiliki jabatan tinggi.
Hidupnya nyaris ia gunakan untuk bekerja dan menikmati hidupnya untuk menyenangkan diri, sebelum akhirnya seseorang datang, memberikan cinta yang katanya suci namun berakhir membuat si ceria itu seakan mati rasa.

Suara ketukan pintu terdengar, sekali tidak ada sahutan dari Lily, dua kali masih belum juga.
Sampai ketiga kalinya pintu terbuka begitu saja, sedangkan Lily masih menenggelamkan wajahnya dalam tedy bear kesayangannya.

Helaan nafas terdengar.

"Lily kau harus makan, sejak kemarin kau belum makan apa-apa. "

Dia sang ibu, yang hatinya ikut perih melihat anak kesayangannya seperti ini.

"Perlu ibu ambilkan?"

Tidak ada jawaban, wanita paruh baya itu lantas mendekat. Duduk disamping ranjang, menatap sendu putrinya yang saat ini seperti mayat hidup. Melihatnya seperti ini membuat air mata menetes.

"Mau bercerita pada ibu? Mungkin saja Liam sedang emosi saat itu. "

Ibu Lily memang tau tentang putrinya yang saat ini tengah patah hati, karena tidak biasanya Lily mengurung diri di kamar selama seminggu ini. Bahkan kemarin Lily pergi menginap di tempat temannya, dan ia mendapat cerita jika Lily menangis keras di sepanjang perjalanan pulang.
Sebagai seorang ibu tentu saja hatinya sangat teriris melihat putrinya mengalami hal ini.

"Aku tidak ingin apa-apa bu, biarkan aku sendiri. " Suara Lily terdengar lemah.

Ibu Lily menyatukan kedua tangannya sendiri, hatinya ikut remuk dan hancur, tubuh Lily bergetar hebat, ia tau jika putrinya menangis lagi.

"Ly, hidup itu tidak selalu harus seperti yang kita inginkan, terkadang kita memang harus merasakan jatuh sejatuh-jatuhnya. "

Tangannya membelai rambut Lily lembut.

"Ibu tidak merasakan apa yang aku rasakan sekarang, sakit sekali menjadi aku. "

Air mata Ibu Lily tak bisa ditahan lagi, tentu saja putrinya berat. Nafasnya tercekat, ia bahkan bergetar ketika meneruskan kalimatnya.

"Kalian baik-baik saja bukan sebelumnya, kenapa jadi seperti ini? Boleh ibu tau?"

Lily bergerak pelan, membenarkan posisinya untuk duduk membelakangi ibunya. Tangannya sibuk mengusap air mata.

"Aku tidak bisa tanpanya bu, aku--- bagaimana aku melewati ini hikh-" Lirih Lily.

"Ibunya masih belum merestui?"

Lily mengangguk,

"Bukan hanya itu, tetapi ia jahat sekali padaku, aku melihatnya bergandengan tangan dengan wanita lain. "

"Siapa? "

"Liam dengan pacar barunya- baru saja putus sehari yang lalu, tapi dia langsung memasang foto itu di sosial media miliknya. "

Ibu yang mendengar hal itu menghela nafas perlahan, kasian sekali putrinya ini. Apa salahnya sampai putrinya menanggung hal seperti ini.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara keduanya, Lily memilih menangis sesenggukan di kamarnya dengan perasaan sakit yang menyiksa.

🌹🌹

"Mengapa kau bersikap demikian?" Tanya seorang wanita kepada pria yang berada di depannya ini, terlihat tidak tenang.

Pria itu hanya mengendikan bahunya, nampak tidak menganggap serius dengan apa yang telah terjadi.

"Jika kalian berpisah karena keadaan, seharusnya kau pergi menemuinya- menyelesaikan semuanya baik-baik, perempuan mana yang tidak sakit hati jika kau memutuskan sepihak seperti ini. " Nasihatnya namun nampak tidak didengar.

A Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang