Pukul 4 pagi kami berangkat dari rumah Colomadu ke rumah Banyuanyar, kami berangkat pagi buta supaya tetangga tidak menyadarinya.
30menit kami sampai ke rumah kami, Dina ku turunkan pas di rumahnya sementara aku, kembali. Kembali ke kehidupan yang membosankan tidak ada siapapun. Sepanjang hari kehidupan ku cuma tidur dan malas beraktifitas, aku tahu Dina milik orang lain dan ku terlalu mencintainya, aku juga tidak berani menyuruhnya cerai.
Jam 7 malam Dina ke rumahku dan bercerita.
"Siang tadi mas Slamet pulang, lalu dia mengajakku untuk pindah di Jakarta. Karena dia mendapat tawaran pekerjaan bersama temannya, dan dia ingin membina keluarga kecilnya di sana tanpa ada campur tangan oleh orang lain, dan dia meminta maaf karena telah bodoh dan lepas tanggung jawab sebagai suami"
"Lalu kamu mau? " Tanyaku.
"Mau mas" Jawabnya.
"Aku harus ikhlas karena kamu adalah milik mas Slamet bukan milikku, aku hanya sebagai pengganti suami mu saat pergi" Jawabku sambil menangis.
"Aku mencintaimu mas"
"Gak, kamu gak mencintai ku. Kamu mencintai mas Slamet" Kataku.
Aku yang menangis karena gadis impianku kembali ke tulang rusuknya, dan Dina memelukku dan mengucapkan terimakasih.
"Kapan kamu akan berangkat? " Tanyaku.
"12 hari lagi mas, aku pingin sebelum berangkat. Mas memberikan ku sesuatu"
"Maksudny? " Tanyaku.
"Aku pingin mas, memberiku benih supaya aku bisa teringat mas"
"Maksudnya? Dengan cara apa? "
"Hamilin aku mas, aku akan mencintai anak kita , dan carla lebih dari mas Slamet mencintaiku"
"Aku gak mau" Tolak ku mentah-mentah.
"Please mas, aku ingin karena aku mencintaimu mas"
Dengan penuh pertimbangan akhirnya aku setuju dan Dina lah yang mengaturnya.
4 hari setelah Dina memberitahu ku, Priska datang kerumah ku untuk bekerja menjadi pembantu di rumahku.
Ku lihat rumah tangganya Dina mulai harmonis, dan kami kalau ketemu saling bertegur sapa tanpa melihat ke belakang, yang tau rahasia ku cuma Dina dan Priska. Disaat Priska bekerja di rumahku, Dina sering main kerumahku entah sekedar ngobrol atau mencuri pandang .
Sebelum hari H Dina mengajakku untuk bertemu di hotel yang sudah kami booking jauh-jauh hari, aku mengantar Priska setelah pukul 6 sore kerumahnya.
"Mampir ndak? " Tanya Priska.
"Gak, ada perlu. Kamu besuk tinggal di rumahku ya? " Pintaku.
"Siap, makasih sudah diantar" Jawabnya.
Lalu ku menuju ke hotel yang di janjikan. Sampai di hotel Dina sudah menunggu di lobby.
"Maaf telat" Kataku
"Gak papa sayang" Kata Dina sambil merangkul tanganku.
"Yuk" Ajakku.
Lalu kami langsung bergegas ke kamar hotel yang sudah kami pesan.
"Kamu boleh kok mengeluarkan spermamu ke dalamku" Katanya.
Dan kami melakukan sex selama 4 jam, dan semua spermaku ku kluarkan di dalam vagina Dina tanpa tersisa. Dan sebelum pergi aku meninggalkan no telpon ku, supaya kami bisa berhubungan. Dan pada akhirnya inilah pertemuan ku terakhir dengan Dina, istri mas Slamet. Ku sadar tidak boleh mengambil milik orang lain tetapi mencintai secara diam, manusia bebas melakukannya.
4 Tahun Setelahnya
"Hai, masih ingat aku" Chat dari nomer yang tidak ku kenal.
"Siapa? " Balas ku.
Lalu nomer yang tidak ku kenal mengirim foto anak laki-laki berusia 3 tahun, yang wajahnya cakep dan kulitnya putih.
"Itu siapa? " Balas ku penasaran.
"Diego Rico" Balasnya
"Rico kan namaku" Balas ku
"Iya, ini anakmu" Balasnya.
Lalu nomer yang tidak ku kenal mengirim foto bertiga ada anak laki-laki yang berusia 3 tahun, dan anak perempuan yang berusia 6tahun,beserta ibunya berada di pantai.
"Miss you mas, ini anakmu ku rawat sesuai janjiku. Carla udah besar juga, kalau mau bertemu dengan anakmu boleh kok tapi saat aku pulang"
"Dina!" Balas ku.
Dina dan mas Slamet sekarang tinggal di Jakarta dan kulihat mereka sudah akur dan hidup layak. Sementara Priska sudah tidak bekerja sebagai asisten rumah tangga dirumahku sejak 1 tahun yang lalu, bukan dia tidak betah melainkan dia di tembung oleh lelaki yang tinggal di kampung sebelah rumahku. Aku sangat senang karena keduanya bisa hidup dengan bahagia, sementara aku? Masih melanjutkan mencari jodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dina Tetanngaku
RomanceTetanggaku Dina, yang tidak pernah di beri kasih sayang dan bahkan nafkah oleh sang suaminya, bertemu dengan Rico pemuda yang berumur 33 tahun, masih lajang dan kaya. Apakah hubungannya Dina dengan suami akan bertahan? Atau Dina lebih memilih pemuda...