PARA ORANG TUA

292 21 21
                                    

"Kesalahan dari beberapa manusia adalah selalu menganggap diri mereka mampu dan benar bahkan sebelum mereka menguji kemampuannya sendiri."

_____________________
Rendra Gamaliel Handoyo namanya, tapi laki-laki pemilik lesung pipi itu lebih suka menulis namanya menjadi Rendra Gamaliel tanpa harus menambah nama Handoyo di belakangnya. Tidak sudi dan tidak akan pernah dalam hidupnya akan menyematkan nama itu.

Memang, ia sangat tahu bahwa anak tidak mampu memilih dimana mereka akan terlahir, namun tetap saja Rendra membenci mengapa takdirnya harus terlahir di bangunan yang tidak bisa ia sebut rumah dengan dua orang tua labil yang tak pernah pantas di sebut orang tua, menurutnya.

"Jadi ceritain dong gimana hidup kamu ? Kita kan perlu mengenal." Rendra menoleh ke arah suara, di sampingnya gadis cantik dengan rambut lurus sebahu menatapnya penuh minat, melipat koran kuno milik kakungnya yang memang selalu ada di atas meja teras.

"Kamu serius ?" Rendra bertanya.

"Sepuluh rius." lalu gadis itu tertawa memperlihatkan dimple kecil di samping sudut bibirnya, pipi nya chubby dan Rendra ingin sekali menciumi pipi itu tapi sejenak ia sadar mereka belum menjadi halal. Apalagi ia pulang ke kediaman kakek dan neneknya, seandianya mereka berdua berada di kota mungkin Rendra tidak akan segan menciumnya.

"Ceritanya panjang kaya dongeng. Kira-kira ada 25 bab. Kamu serius mau denger ?"

"Iyaaaaaa."

"Okeh tuan putri."

Sembari menyeruput kopi yang sudah di tuang dalam lepek-piring kecil yang selalu ia pergunakan untuk mendinginkan kopi panas sebab lidahnya tidak kuat untuk menyeruput kopi langsung dari gelasnya, Rendra mulai menceritakan kisah hidupnya sendiri.

Sembari menyeruput kopi yang sudah di tuang dalam lepek-piring kecil yang selalu ia pergunakan untuk mendinginkan kopi panas sebab lidahnya tidak kuat untuk menyeruput kopi langsung dari gelasnya, Rendra mulai menceritakan kisah hidupnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun 2009

Saat itu Rendra baru berumur 7 tahun.

"Opo tugasmu ?! Wong wadon ra ngerti penggawean! Senengane keluyuran, mikir anakmu yaAllah. Kue wes dadi mbok, Wi." Di atas lantai kayu Rendra menyimak pertengkaran Nini dan ibunya. Ia tidak pernah tahu mengapa orang dewasa juga bisa bertengkar seperti dirinya dengan temannya. Rendra tidak mengerti mengapa setiap hari Nini selalu memarahi ibu, bahkan nini juga kerap kali memarahi ayah.

Setiap pertengkaran itu datang, ia akan selalu mendekap adiknya yang baru berusia 3 tahun-Rena namanya. Lalu menonton pertengkaran orang tua beda generasi itu.

"Aku capek buk, tiap hari harus bangun jam 3 bersih-bersih rumah. Ndak ada yang bantu, aku stress. Aku juga butuh hiburan! Anakmu ndak pernah bantuin aku, buk, Mas Handoyo sukanya nuntut nuntut nuntut." Ibunya-Sudewi selalu menatap nyalang nini. Pertengkaran itu menjadi ajang saling mengeraskan suara, Rendra takut tapi ia tidak tahu harus bagaimana.

"Kamu memang wanita tidak pantas buat anakku! Aku ndak pernah ngeridhoi anakku nikah sama kamu Sudewi! Kamu wanita liar." Nini mengacungkan tangannya, dadanya bergemuruh sebab kemarahannya sudah di ujung kepala.

BROKEN WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang