Kopi di Teras Rumah

99 18 5
                                    

Pada akhir tahun 2012

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhir tahun 2012


Pagi hari di hari libur yang berhujan. Harusnya Rendra punya rencana untuk pergi memancing tapi kata Nini hujan lagi derasnya-derasnya, air sungai meluap sampai jembatan. Nini melarangnya untuk bermain di luar rumah, jadi ia sejak bangun hanya goleran di atas lantai kayu dengan menonton Bernard Bear yang menjadi bahan pembicaraan teman-temannya. Sayangnya Rendra bukanlah penikmat televisi.

"Mas Enda," perhatiannya teralih menatap Rena yang juga duduk termenung memegang Lulu-Boneka anjing- yang di belikan ayah sewaktu bermain di pasar malam.

"Hujan terus. Kenapa sih harus hujan ?" Gadis kecil 6 tahun itu menggerutu, tapi Rendra juga tidak tahu harus menjawab seperti apa, "Gusti Allah lagi sedih kali, terus nangis makanya hujan." Katanya. Dia juga tidak tahu sih sebenarnya, tapi ia selalu berfikir seperti itu setiap hujan datang.

Seberapa besar Tuhan ? Sampai-sampai air matanya bisa membanjiri seluruh desa.

"Emangnya Rena mau ngapain ?"

"Mau masak-masak di lumpur." Rendra tak menyahut lagi.

Di antara frustasinya Rendra dan Rena sebab terjebak hujan dan tidak bisa bermain, mereka justru menemukan ibu menenteng tas anyaman.

"Ibu mau ke mana ?" Rena bertanya dengan nada antusias. Biasanya kalau ibu membawa tas, pasti akan pergi.

"Ke pasar di rumah aja. Hujan, ndak perlu ikut nanti ibu beliin jajan." Si gadis kecil terduduk lesu karena penolakan itu, ibu tak pernah membawanya ke pasar. Selain becek dan berdesak-desakan, ibu pasti akan kerepotan. Lantas meski sedih, Rena tetap mengangguk.

Berbeda dengan Rena, Rendra hanya diam menatap ibu nya yang berlalu. Ada rasa enggan yang ketara, ia tidak tahu kenapa seperti itu. Semakin umurnya bertambah, Rendra justru semakin tak ingin dekat-dekat dengan ibunya atau bahkan ayahnya sekalipun.

Tapi,

"Ren, temenin ayah ngopi yukk."

Adalah kata Ayah yang berjalan sembari menenteng dua gelas kopi, berjalan menghampiri Rendra yang goleran, "Ndak." Tolak sang anak.

Ayah menatap anaknya dengan helaan napas panjang. Bagaimana ya menjelaskannya ? Sejak pertengkaran beberapa tahun lalu yang membuat fisik Rendra terluka, anak laki-laki nya itu seolah berubah, lebih pendiam dan hobi mengurung diri di kamar. Ayah menemukan Rendra begitu jauh dalam jangkauannya.

Awalnya ayah tak begitu mempedulikan, tapi di suatu pagi ketika ia baru saja bangun tidur, ia mendapati Rendra menangis, berjongkok di samping lemari kaca ruang tamu.

Tubuhnya menggigil dan merintih, saat ayah membawa tubuh Rendra, anak itu justru tersentak dan kaget.

Dia bahkan berteriak dan meminta Kakung untuk menghilangkan lemari itu.

BROKEN WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang