Setelah Papa Tiada

57 15 5
                                    

Cklek!

Setiap malam, ibu tiri Mallory selalu mengunci pintu kamarnya. Awalnya, Mallory tidak pernah tahu jika ia selalu tidur dalam keadaan kamar terkunci dari luar. Suatu ketika, ia ingin buang air kecil di tengah malam, tetapi tidak bisa membuka pintu. Sudah ia paksa dengan menggedor-gedor, tetapi tidak terbuka sama sekali. Akhirnya, ia menahan diri semalaman di dalam kamar. Ia terbangun di pagi hari dan mendapati pintu sudah tidak terkunci.

Ibu tiri selalu jahat. Aku tidak suka ibu tiri, batin Mallory.

Namun, apalah daya, papanya telah membuat wanita itu tinggal di rumah ini bersama anak perempuannya yang sangat manja itu. Hingga akhirnya, ketika sang papa meninggal, Mallory harus hidup bersama dua orang asing.

Prang-prang!

Bunyi barang-barang terjatuh itu membuat Mallory tergesa ke ruang makan. Ia baru saja menyelesaikan acara memasak untuk sarapan tanpa melepas celemek.

Hatinya seperti dicabik-cabik melihat seluruh makanan yang sudah ia masak tercecer di lantai. Taplak meja serta semua benda di atasnya berantakan, seperti sengaja diseret agar terjatuh.

Mallory menatap dua orang yang berdiri tidak jauh dari meja makan itu dengan tatapan nanar.

"Hailey, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menjatuhkan makanannya?!" Wanita berusia 40 tahun yang merupakan ibu tiri Mallory itu memarahi anak perempuannya. Ia menatap sekilas Mallory sebelum akhirnya menyeret anaknya pergi dari ruangan itu.

Tatapan sekilas Iva, ibu tiri Mallory, sempat bertubrukan dengan Mallory. Mallory tahu arti tatapan itu, yaitu menyuruhnya membersihkan. Wanita itu hanya berpura-pura marah kepada anaknya sendiri. Ia tahu.

Setiap hari, Mallory selalu memasak, melakukan pekerjaan rumah, mencuci baju milik mereka juga. Namun, tidak jarang juga mereka berbuat jahat kepadanya, seperti yang terjadi baru saja.

Iva dan Hailey tidak pernah menyukai masakan Mallory, tidak pernah pula menghargai Mallory.

Mallory terduduk di hadapan makanan yang berantakan di bawah meja. Ia menangis.

"Mama, Papa, kenapa kalian meninggalkan Ory secepat ini? Bagaimana Ory harus menghadapi dunia yang kejam ini? Ory takut .... Mereka jahat kepada Ory ...," ucap Mallory sesenggukan.

Gadis itu tidak pernah mengeluarkan senyuman tulusnya lagi semenjak mamanya meninggal. Meskipun masih bisa senyum ketika papanya masih ada, senyum itu kembali pudar ketika Iva datang dan papanya pergi.

"Iva adalah wanita jahat. Ialah yang membuat papamu kecelakaan karena ingin menguasai harta serta rumah ini."

Mallory mendongak, menatap ibu peri yang menjadi temannya berbicara ketika sedang berada di titik terendah.

"Kamu harus segera mencari bukti bahwa papamu meninggal karena dibunuh oleh Iva dan melaporkan ke pihak berwajib. Hanya itu satu-satunya cara agar kamu terbebas dari penderitaan ini."

Mallory terdiam, meresapi setiap kata-kata ibu peri. Ia akan memikirkan ulang hal itu.

***

Suatu hari, Mallory melihat Iva menyembunyikan sesuatu di bawah tempat tidurnya. Ia yakin bahwa itu adalah bukti dari perlakuan Iva terhadap papanya.

Mallory mengendap-endap memasuki kamar Iva saat wanita itu sedang pergi keluar.

"Mau apa kau masuk ke kamar saya?!"

Tubuh Mallory tersentak mendengar suara Iva di belakangnya. Entah sejak kapan wanita itu kembali pulang padahal baru saja berangkat.

"A-aku ingin membersihkan kamar Papa," jawabnya gugup.

GenFest 2023: Classic x ThrillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang