Samuel yang telah selesai dengan pembayarannya, langsung menghampiri Gian yang masih tampak kesakitan. Dengan kepala yang menunduk dan tangan yang meremas dadanya, membuat Samuel yakin bahwa temannya itu sedang tidak baik-baik saja.
"Yan? Lo masih kuat nggak? Gue mau panggil taksi dulu, ya? Belanjaannya nggak muat kalau dibawa pakai motor gue. Lo sekalian aja nanti di taksinya, gue ikutin dari belakang."
Gian membuka matanya, melihat raut wajah Samuel yang sekhawatir itu membuatnya tak sampai hati. Akhirnya Gian mengangguk saja, tak ingin membantah karena akan semakin merepotkan nantinya.
Samuel dengan cepat berlari ke luar, mencari taksi yang sekiranya mau membantu mereka. Sungguh, sebenarnya dia bingung harus berbuat apa. Tidak pernah ada di situasi seperti ini.
Taksi sudah berhenti tepat di depannya. "Pak, boleh tolong temen saya di dalam lagi sakit."
Gian masih di posisi yang sama ketika Samuel kembali masuk ke dalam supermarket. "Yuk, gue bantu ke taksinya dulu."
Samuel dan supir taksi yang tadi dimintai tolong juga membantu membawa Gian yang sudah terlihat lemas. Begitu Gian telah duduk dengan nyaman, Samuel masuk kembali mengambil belanjaan mereka.
Taksi telah jalan menuju kos dengan Samuel yang mengikuti dari belakang. Perjalanan diluput dengan rasa khawatir mendominasi. Pikiran Samuel hanya tertuju pada kondisi temannya itu. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Semoga lo baik-baik aja, Yan ...."
Samuel baru saja sampai di depan kos dan sudah taksi sudah ada di depannya. Dia langsung turun dari motornya untuk membantu membawa belanjaan mereka yang ada di bagasi.
Tangan Gian baru saja ingin meraih salah satu kantung belanjaan, namun langsung ditepis oleh Samuel.
"Udah, biar gue aja. Mending lo sana masuk," kata Samuel.
"Ya jangan dong, Sam. Ini belanjaan gue juga," tolak Gian.
"Wah belanjaan siapa tuh banyak amat?" Mereka menoleh ke arah pintu kos. Ada Genta yang menyilangkan tangannya.
"Bantuin dong," celetuk Samuel. Genta pun juga ikut turun tangan membawa belanjaan yang lumayan banyak. Gian yang melihat itu hanya pasrah saja. Setelah membayar taksinya, Gian ikut menyusul kedua temannya.
Berusaha menutup rasa sakit yang masih kerasa. Namun saat sudah masuk, Gian langsung terduduk lemas di sofa ruang tamu. Tentu saja itu membuat Genta yang melihat langsung khawatir.
"Itu Gian kenapa, Sam?" tanya Genta.
"Kayaknya tadi sempat kambuh, Ta. Tapi dia bilang tadi udah gapapa," jawab Samuel.
Genta mengambil air hangat dan menghampiri Gian. Dilihat dari jarak dekat seperti ini, peluh membasahi wajah Gian.
"Yan, minum dulu. Gue bawain air hangat." Gian membuka matanya. Langsung dia minum segelas air yang diberikan Genta.
"Lo gapapa? Perlu ke dokter atau apa gitu?"
Gian menggeleng, mengembalikan gelas itu pada Genta. "Gapapa ..., tadi udah minum obat."
"Suara lo sampai serak gitu. Habis ke mana sih? Udah tahu badan nggak bisa capek. Pulang sampai hampir magrib gini. Samuel ngajak lo ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abhipraya | Na Jaemin ft NCT Dream
FanfictionDia hanya ingin hidup lebih lama. Rasa takut akan meninggalkan orang-orang yang dicintainya menjadi bayang-bayang yang tak terpisahkan dalam kehidupannya. ❗CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN PENULIS. SEMOGA KALIAN SUKA DENGAN CERITA NYA copyright © 202...