Chapter 5 : Izin

30 3 0
                                    

Berpelukan erat diatas kasur king size mereka setelah melakukan kegiatan yang menguras keringat dan juga tenaga untuk mendapatkan nikmat dunia. Kedua insan itu tak beranjak sedikitpun walau jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi dan sarapan mereka yang sudah Kalandra duga tak akan enak lagi untuk dimakan karena ditingglakan untuk merenggut kenikmatan.

"Yang, lepas dulu. Aku mau bersih bersih. Kita belum sarapan ini" Kalandra berusaha melepaskan belitan sang kekasih yang menjadikannya bantal guling.

"Diem..." Ranen justru semakin mengeratkan belitannya di tubuh mungil sang kekasih. Menenggelamkan wajahnya pada surai Kalandra. Menghirup aroma favoritenya yang terasa berbeda saat ini.

"Kamu pake sampo aku" bertanya namun tak menjauhkan wajahnya dari rambut Kalandra.

"iya, sampo aku habis. Belum sempat beli, jadi pake sampo kamu dulu" Kalandra menyamankan diri dalam dekapan hangat Ranen sambil memikirkan bagaimana cara bagaimana meminta izin untuk liburan berdua dengan Hasha. Masalahnya, Ranen tak tau seperti apa konsep liburannya bersama Hasha, dan Kalandra malas menjelaskan bahkan memberitahu Ranen karena sudah pasti lelaki dominan itu tak akan mengizinkan.

"kamu seharian ini dirumah atau mau keluar" Kalandra bertanya karena biasanya, jika hari libur seperti ini Ranen akan keluar untuk berkumpul bersama para sahabatnya. Jelas Kalandra tahu semua sahabat Ranen yang berjumlah empat orang itu. Ranen pun tau siapa saja yang masuk dalam lingkaran kehidupan Kalandra, biar dia kasi tau bahwa Ranen itu sangat proktetif terhadap lelaki mungil dalam dekapannya itu.

"Keluar"

"Kemana?" Kalandra membalik tubuhnya menghadap Ranen, siap mendengarkan rencana sang kekasih. Ranen membelai pipi lelaki mungil itu dengan ujung hidungnya, Ranen suka dengan kelembutan kulit wajah Kalandra. Ranen tak tau saja Kalandra rela melakukan perawatan 2 kali seminggu karena Ranen senang sekali mendusel pipinya dengan hidung bangir lelaki itu.

"Blackswan" Kalandra mengernyit, bukannya lelaki ini baru dari pub itu kemarin, dan ingin mengunjungi lagi. Padahal tempat favorite keempat sahabat itu adalah HW.

"Nggak ke hw, tumben ke blackswan"

"Bosen"

"Bosen di HW?" sejak sapan Ranen bosan ke HW, yang bisa Kalandra pastikan bagai rumah kedua bagi keempat sahabat itu. Ranen itu bukan tipe penganut ONS, tapi dia penganut kalau nggak 'minum' mati. Dan selama ini Holywings adalah markas favorite mereka.

"Ganti suasana" Kalandra heran dengan lelaki yang sedang mendekapnya ini, sulit sekali membuatnya berbicara banyak. Seolah jika berbicara lebih dari sepuluh kata memakan biaya mahal. Ah tidak, Ranen akan sangat cerewet jika mereka sedang dalam ambisi saling merenggut desahan satu sama lain.

"Aku laper, Yang" menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang kekasih yang bergerak untuk mengambil handphone dengan merek samsung keluaran terbaru itu, hadiah dari Kalandra yang tiba tiba mengganti handphonenya dengan dalih jika handphone lamanya sudah jelek.

Ranen bukan tipe yang suka gonta ganti barang apalagi barang penting seperti handphone, dan Kalandra tau itu dengan sangat. Makanya ketika memberikan handphonenya itu dia langsung memindahkan semua data penting dari handphone lama Ranen ke handphone barunya. Handphone lama Ranen pun hadiah Anniversarry pertama mereka dari Kalandra.

"Kamu mau makan apa"

"Masakan padang" setelah memilih menu apa saja yang akan mereka jadikan makan siang nanti. Kalandra kembali menggelamkan wajahnya di dada bidang kesukaannya dan hanya Kalandra yang boleh memilkinya. Memikirkan kepemilikan lagi, masih pantaskah ia menyebut Ranen sebagai miliknya.

Sedangkan, ia mulai meragukan seperti apa perasaan Ranen terhadapnya. Memiliki rasa seperti miliknya atau lebih karena perasaan terbiasa,karena yang lelaki itu dapatkan ketika menutup mata di malam hari dan membuka mata di pagi hari adalah Kalandra.

Our Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang