Senin pagi. Langit biru sekali. Terlalu bersemangat untuk membakar Tia dan siswa lainnya. Tidak jauh dari tempatnya berada, Tia mendengar suara Kiara yang tengah mewawancarai teman-temannya sebelum upacara senin dimulai. Kiara menanyai teman-temannya satu per satu tentang apa saja seperti apakah mereka sudah sarapan atau belum, apa yang sedang mereka lakukan di tengah-tengah lapangan upacara ini, apa mata pelajaran berikutnya, apakah mereka sudah mengerjai PR kimia dari bapak guru yang Kiara sendiri tidak ingat namanya, siapa petugas upacara mereka hari ini, dan apakah mereka antusias dengan rutinitas yang sedang mereka kerjakan itu.
“Farid, Farid, geser ke kiri! Lu nutupin Kiara!” Tak lupa Yulia sang kameramen yang senantiasa mengekori Kiara ke manapun Kiara pergi. Kiara berencana mengupload video itu ke Instagramnya untuk dua hal. Pertama sebagai kenang-kenangan, kedua sebagai ajang unjuk dirinya, moga-moga salah satu anak club penyiar ada yang melihat kebolehannya sebagai interviewer.
“Tia! Tia! Yul, ayo ke Tia,” Kiara mengintruksi.
Tia menggeleng-gelengkan kepala atas keaktifan Kiara dalam melakukan hal-hal yang tidak Tia mengerti tujuannya.
“Halo, Kak Tia! Selamat pagi! Saya denger-denger Kak Tia ini pinter nyanyi, coba nyanyiin lagu Indonesia Raya dong, Kak?”
“Kenapa wawancara lo jadi audisi nyanyi gini, Ra?” Tia bertanya.
Kiara menjawab sambil memberikan senyum yang agak dipaksakan, “Karna ini suka-sukanya saya aja. Oke, silahkan dimulai, Kak!” Kiara memerintah, tak peduli Tia keheranan.
Pelan-pelan Tia menyanyi juga. Kiara yang berada di sebelah Tia hanya diam, fokus mendengarkan bak juri audisi menyanyi. Selesai Tia bernyanyi, Kiara kembali menghadap kamera dan mulai berkomentar, “Saya bisa memvalidasi rumor yang beredar bahwa Tia bisa bernyanyi itu bukan hanya sekedar rumor. Namun perlu diperhatikan bahwa Kak Tia ini perlu meningkatkan latihan bernyanyinya agar lebih baik lagi. Untuk karakter suaranya, saya sih suka. Oke sekian wawancara senin pagi oleh Kiara sampai bertemu di wawancara-wawancara berikutnya!” Kiara melambaikan tangan ke arah kameranya.
Wawancara selesai, upacara dimulai. Kiara dan Yulia cepat-cepat menyelesaikan urusan mereka lalu bergabung ke barisan.
***
Jam istirahat. Kiara segera melompat ke meja kameramennya untuk mengedit video tadi sebelum di-upload di media sosial Kiara. Yulia dengan senang hati membantu. Awalnya mereka membicarakan konsep dan aplikasi yang akan digunakan sampai akhirnya Kiara merasa keroncongan dan meminta Yulia untuk mengerjakannya bersama di kantin. Tak lupa, Kiara juga mengajak makhluk tukang tidur yang ada di kelas itu.
“Duluan aja, gue ke toilet dulu.” Tia lalu melenggang keluar kelas.
Tia mau buang air kecil. Tanpa ia sadari, sejak dirinya masuk ke toilet beberapa orang mengikutinya diam-diam dan menunggu Tia membuka pintu. Saat itu terjadi, Tia dipeluk oleh dua orang untuk memblok pergerakannya perempuan itu, sedetik kemudian kepala Tia sudah ditutup plastik hitam. Dia tak sempat melihat apapun tapi dari suara tawa yang terdengar, Tia tahu ini pekerjaan siapa.
“Lepasin gue! Gue tahu kalian siapa. Gue nggak ngelakuin apapun, salah gue apa?!” teriak Tia.
Tak ada yang memberi tanggapan, hanya cekikikan. Dengan kegirangan, mereka menggunting asal-asalan seragam yang Tia kenakan. Baju dan rok. Tia merasa pengap. Ia kesulitan bernapas. Tia semakin meronta-ronta.
KAMU SEDANG MEMBACA
At the Moment
Teen FictionWe just know each other very well and we know how hurt it is.