02.

89 4 1
                                    

Ketika masa pemilihan ketua osis lima bulan lalu, Adskhan memperoleh 50% suara dari seluruh siswa Gardana. Dulu aku merasa bangga karena akupun memilih dia, tapi aku tidak menyangka saat mulai satu ruangan dengannya, sikap menyebalkannya muncul ke permukaan.

"Sebelum dimulai, gue selaku ketos mau bilang makasih banyak karena udah hadir di rapat kali ini, tapi kalau nggak hadir gue rasa label anggota OSIS didalam diri Lo sekalian harus dipertanyakan, bagaimanapun juga Lo yang memilih jadi OSIS berarti harus siap sama konsekuensinya."

Setelah drama panjang bersih bersih ruang OSIS tadi, akhirnya rapat pun bisa dimulai 20 menit kemudian. Kini Adskhan berdiri dan bicara di depan anggota OSIS, sedangkan yang lainnya duduk sesuai kursi pada sekbid yang dipegang.

Kalimat pembuka yang selalu Adskhan ucapkan sebelum memulai rapat. Pertama kali aku mendengarnya di rapat pertama, aku mulai menduga bahwa ketos satu ini akan menyebalkan, dan benarlah asumsi itu.

"Karena ulangan kenaikan kelas udah beres, itu berarti dalam beberapa bulan ke depan akan ada siswa siswi Gardana yang baru. Maka adanya rapat hari ini untuk bahas acara MPLS."

"Gue tahu, mungkin ada yang protes baru beres ulangan langsung sibuk sama rapat, tapi gue rasa ini waktu yang tepat buat bahas MPLS. Kenapa? Biar menimalisir waktu liburan yang kepake, gue nggak mau rapat dimulai pas liburan, tapi Lo Lo pada banyak yang izin ini itu"

"Lebih baik nggak enak di awal kan daripada di akhir? Kecuali kalo Lo nggak mau ribet rapat dari hari ini sampe seterusnya, ya silahkan keluar dari OSIS, itupun kalo bisa"

Aku hampir saja memutar bola mata jengah karena perkataan ketos satu itu, tapi aku urungkan niatnya, karena ternyata Adskhan tengah menatapku, entah untuk apa.

Mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya saja sudah menyebalkan di telingaku, entahlah segala hal tentang Adskhan selalu salah di mataku.

"Gue bukan ketuplak acara ini, jadi selebihnya sekbid 5 yang akan bahas lebih detail"

Adskhan lalu berjalan ke arah kursi kebesarannya yang terletak sejajar dengan kursiku dan kursi milik bendahara. Memang kursi untuk jabatan inti-Ketos, Sekretaris, Bendahara dan jajaran wakil wakilnya-memang terletak di depan.

Setelah itu, Wijdan dan Fahmi menggantikan Adskhan untuk memimpin rapat.

"Buat sekretaris dan bendahara mungkin tetap aja ya Ads? Atau mau diganti aja?" Wijdan bertanya pada Adskhan, sedangkan Fahmi menulis di papan tulis beberapa rincian tugas yang harus dikerjakan nantinya.

"Gue lebih setuju buat tetap, tapi tanya sama anggota yang lain"

"Gimana temen temen? Buat sekretaris dan bendahara acara nanti tetep sekre sama bendahara yang sekarang, atau mau ada yang nyoba tugas mereka?"

Ganti...ganti...

"Kalo dari gue lebih milih buat tetap, bagaimanapun mereka yang paling mengerti dari awal, kalaupun ganti ya pasti kalo ada yang nggak ngerti ujung ujungnya nanya sama sekre bendahara sekarang" Afif dari sekbid 6 ikut memberikan pendapat yang disetujui oleh teman temanku yang lain.

"Oke, fiks ya sekretaris Sabila, Abian. Bendaharanya Pandu sama Annisa"

"Gimana Abel, Abi, siap nggak?" tanya Wijdan mengarah padaku-dengan memanggil nama panggilanku di SMA-dan Abian, yang duduk bersebelahan denganku.

Aku mengangguk menyanggupinya.

"Ndu, Nisa, siap kan?"

"Pusing sih jadi bendahara lagi, tapi siap gue" Annisa pun ikut menyanggupinya.

Ketos MenyebalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang