08.

22 2 1
                                    

  Pemikiran dan tingkah laku seseorang tidak pernah bisa ditebak, bisa jadi kemarin, ia menjadi orang yang paling membuatmu kesal, tapi hari ini dia menjadi orang yang membantumu.

  Aku pernah mendengar kalimat itu, bahkan sesekali datang dari beranda media sosialku, dan rasanya aku benar benar bertemu dengan orang yang memiliki sikap seperti bunglon, hanya ada pada diri seorang, siapa lagi jika bukan dia yang berlabel sebagai ketua OSIS SMA Gardana.

  Aku menatap langit langit kamar, dengan selimut yang membungkus tubuhku, siap untuk tertidur, tapi kedua mata ini tidak juga terpejam. Pikiranku malah mengingat kejadian tadi.

  Kenapa juga harus ingat ini?

  Huuh, menghela nafas.

  Berjalan di belakang Adskhan dengan kedua tanganku memegang jus alpukat sedangkan pemiliknya melangkah tanpa rasa bersalah, tidak ada inisiatif untuk membawanya sendiri, ia malah asik menengok ke kanan dan ke kiri melihat sekitar—entah sedang apa, biarkan saja.

  Tanganku merasakan dingin dari cup yang kubawa, dan geram dengan tingkah lakunya, jika bukan karena dosa, rasanya aku ingin menumpahkan jus itu diatas rambut gelombang miliknya, lalu menyuruh orang untuk mengerubungi dan menertawakannya dengan sangat keras.

  “Ngapain senyum senyum sendiri, jalan yang fokus, nanti jus gue tumpah, kalo beneran tumpah lo ganti tiga kali lipat” Ternyata imajinasi tadi membuat bibirku tertarik keatas, hingga akhirnya suara Adskhan membuat wajahku kembali masam.

  Ya Allah, kayaknya aku ikhlas kalau dikeluarkan dari OSIS.

  “Ads, kamu bawa satu dong jusnya, dingin ini” Protesku sembari berjalan sedikit lebih cepat agar bisa disamping Adskhan, baru saja akan menyerahkan padanya, dia malah berlari ke arah laki laki dengan tinggi yang sama dengan Adskhan, aku tidak tahu siapa namanya.

  “Pegang dulu, gue ngobrol sama dia dulu” katanya sebelum menghampiri temannya itu.

  Dan dengan entengnya aku malah berdiri bak patung di dekat mereka, menunggu Adskhan selesai bicara. Telingaku sedikit mendengar percakapan mereka, membahas tentang futsal.

  Memutar bola mata malas karena menyadari kebodohanku menunggu Adskhan, dan karena kesal, aku menyimpan kedua jus itu di lantai koridor. “Aku duluan Ads, kamu lama” akhirnya aku meninggalkan dia berjalan cepat ke arah RO, seraya mengibaskan tanganku yang dingin dan basah.

  Pintu RO masih tertutup, sepertinya memang masih rapat, aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam, lalu masuk ke dalam.

  “Tadi kesana ambil dana?” Wijdan berjalan kearahku, dia bertanya, dibalas anggukan olehku.

  “Full nggak?” tanyanya lagi.

  “Full Wij, dananya ada di Adskhan” kataku setelah aku duduk di kursi sekretaris.

  “Adskhan kemana Bel, kok nggak bareng?” kali ini Fahmi yang bersuara.

  Belum saja aku menyahut, pintu RO terbuka dan secara tidak langsung menjawab pertanyaan Fahmi, Adskhan di sana sembari memegang jus alpukat, tapi hanya satu.

  “Rapatnya udah beres?” kata dia sambil menutup kembali pintu RO dengan kakinya.

  Wijdan mengiyakan. “Nih mau pada keluar, mau ke kantin”

  Adskhan mengerti. Ia menoleh padaku “Bel, jus lo ngapain ditinggal di lantai, mana belum diminum lagi. Ambil sana, tapi gue udah bantuin ambil sedotannya”

  Kenapa nggak sekalian sama jus nya sih, heran.

  Ya Allah, boleh nggak ada keajaiban, tiba tiba jus tumpah diatas kepala dia?

Ketos MenyebalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang