Prolog

40.5K 1.5K 113
                                    

Halo, semuanya. Sebelum mulai membaca cerita ini, ada baiknya kalian membaca beberapa hal yang ingin aku sampaikan.

1. Sebelumnya, cerita Benang Merah tidak ada bagian prolog, tetapi sekarang sudah ada prolog. Jadi, silakan dibaca dan diramaikan, ya.

2. Untuk pembaca yang mampir di sini, jangan lupa follow akun author, ya, agar bisa mendapat informasi terkait cerita ini. Jangan lupa juga masukkan cerita ini ke library untuk tetap mendapatkan notif update.

3. Tolong beri dukungan dengan cara vote dan ramaikan komentar. Mohon jangan menjadi pembaca gelap, ya. Karena sebisa mungkin saya akan menyajikan cerita dengan maksimal, jadi mohon kerja samanya.

4. Cerita ini dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Dilarang keras menjiplak atau memplagiati cerita ini ( pede amat ya😭 ). Intinya siapa pun kamu, yakinlah dengan karyamu sendiri. Cintai karyamu, percaya pada karyamu sendiri.

———————

“Assalamualaikum, Papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Assalamualaikum, Papa ....”

Laki-laki yang sudah berjongkok itu mulai menyentuh pusara yang bertuliskan nama Kathan Andiansyah—seorang kepala keluarga berusia 55 tahun yang pergi selamanya dan meninggalkan seorang istri juga putri semata wayangnya.

“Saya mohon izin untuk menjadi pendamping hidup anak Papa satu-satunya. Saya mengaguminya, saya menyukai kelembutan hatinya.” Dia menghela napas. Matanya terangkat sedikit, melirik seorang perempuan di sebelahnya. Mereka bertemu tatap secara sendu, lalu si perempuan tersenyum tipis. Laki-laki itu kembali berbicara, “Saya akan menjaga Nika dengan baik. Saya akan mencintainya sepenuh hati. Saya janji nggak akan menyakitinya sedikit pun.”

Mata si perempuan mulai berair, serupa dengan langit yang mulai menjatuhkan rintik-rintik air. Ia mengulas senyuman haru, dalam hati memegang erat ucapan laki-laki di sampingnya.

Perempuan itu berpikir, mungkin sudah waktunya hatinya yang kaku dan kosong itu diisi dengan perasaan baru. Ada setitik harapan setelah mendengar ucapan laki-laki itu.

Hujan mulai mengguyur. Mereka bangkit untuk berteduh. Laki-laki berjanggut tipis itu melepas jas hitamnya untuk diangkat ke atas kepala si perempuan. Dia ingin melindunginya, setidaknya dari hujan yang bisa membuat perempuan itu sakit.

“Makasih, ya, udah mau bicara sama Papa,” ucap si perempuan terharu.

“Aku emang harus minta restu sama laki-laki pertama yang mencintai kamu, kan? Supaya aku bisa melanjutkan tugasnya—mencintai kamu.”

***

Nika menatap datar seorang laki-laki di depannya yang sejak awal sudah menarik ujung bibirnya, menciptakan sebuah senyuman jail yang jelas terlihat menjengkelkan. Tubuhnya duduk tegap, mata cokelatnya menyorot dalam, terlihat tidak berpaling dari sosok Nika.

Tanpa ada suara pun, Nika seakan bisa mendengar suara hati si laki-laki yang mengatakan, Hello, Nika? Ketemu lagi nih, kita. Waduh, nikah? Hahaha ... welcome to my life, cewek cupu.

“Le Meridien, Jakarta.” Seorang wanita baya bersuara kembali setelah sebelumnya menerima panggilan. “Tenang aja, Jen, acara itu udah 95 persen selesai. Emang kita hanya perlu mengganti mempelai pria sialan itu aja.” Ia menatap satu wanita yang seusianya, memberikan penjelasan dengan cukup tenang.

Gue pengganti mempelai prianya. It’s okey.

Wanita yang dipanggil Jen itu mengangguk singkat. “Perhitungan segala biayanya setelah acara, ya, Ka? Kita fokus dulu buat anak-anak kita.”

Yups. Urusan itu, mah, gampang.”

Pembicaraan selesai. Pertemuan malam ini bukan pertemuan biasa. Meskipun terkesan mendadak, tetapi momen ini juga dijadikan sebagai momen lamaran.

Jenitha bersama putra semata wayangnya beranjak hendak berpamitan. Sebelum benar-benar pergi, laki-laki dengan kumis dan janggut tipis itu agak mendekati Nika.

Dengan seringai tipisnya, ia berbisik lembut, “Sampai jumpa di pelaminan, Kathanika.”

———————

Perhatian!

Bagian di bawah ini berisi visual/faceclaim yang author gunakan untuk mempermudah penjelasan wajah dan/atau ciri-ciri fisik dari tokoh dalam cerita ini. Buat pembaca yang kurang suka cerita menggunakan visual, bisa langsung skip bagian ini, bisa langsung pindah ke chapter selanjutnya yah. 🥰💖 Terima kasih semuanya.

 🥰💖 Terima kasih semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang