Keesokan pagi harinya. Sesuai janji Wenda tak lupa mengirimkan lokasi tempat berkumpulnya ia dan laki-laki itu saat petang nanti. Setelah itu, sebelum menunggu waktu malam hari tiba. Wenda berniat untuk menarik uang di ATM, untuk persiapannya ketika hendak berjalan-jalan.
"Kak Mon, aku pergi narik uang dulu ya," ucap Wenda pada Moni yang sedang sibuk membersihkan sepatu miliknya di teras rumah. Dan Wenda sudah siap dengan jaket sweater-nya yang berwarna biru langit itu, juga celana kain abu-abu panjangnya. Tak lupa pula, ia hanya memakaikan alas kaki untuk bepergian.
"Oke, silakan. Hati-hati di jalan," sahut Moni sekilas menatap kepergian Wenda dengan motornya. Moni melihatnya tanpa adanya rasa penasaran sedikit pun.
Kini sementara memang Wenda tinggal bersama Moni di rumah milik orangtuanya.
Di dalam perjalanan menuju ATM. Wenda sepertinya tak sengaja menoleh ke arah kiri jalan. Tepatnya di depan toko minimarket yang tengah berdiri menunggu jemputan.
Wenda pun bertanya-tanya. Lalu beralih untuk mengberhentikan sepeda motornya di depan seseorang itu.
"kak Calvin ngapain disini? Mau aku antarkan gak?" kata Wenda seraya membuka kaca helm.
"Eh gak usah Wenda, takut ngerepotin," ucap seseorang tersebut ternyata adalah sosok laki-laki yang Wenda kini telah menaruh hati padanya.
"Gapapa loh kak, ayolah," ujar Wenda lagi. Sesekali ia memaksakan diri sendiri untuk memulai belajar mendapatkan kesempatan demi kisah cintanya ini. Ya walau ini pertama kalinya ia mengejar-ngejar seseorang yang ia sukai duluan. Tak sebanding masa lalunya itu.
Tampak seseorang di depannya tengah berpikir berulangkali untuk menyetujuinya. Agar tidak salah dalam menjawab sebuah ajakan perempuan itu.
"Hmm baiklah," akhir katanya. Terlihatlah wajah Wenda berseri-seri mendengar suara setuju yang keluar dari bibir lucu itu.
Lantas Wenda memundurkan posisinya ke belakang. Mengisyaratkan agar laki-laki itu yang mengendarai kendaraannya. Sekaligus memberikannya helm.
"Oh iya Wenda, sebelumnya tujuanmu sekarang mau kemana?" sesaat mulai berjalan meninggalkan depan halaman minimarket tersebut. Tiba-tiba laki-laki tersebut melontarkan pertanyaan.
"Ah iya lupa, kalau begitu boleh antarkan aku ATM di dekat sini?" tutur dan tanya Wenda dengan jelas. Tak lama pun, pemuda tersebut menganggukkan kepalanya.
Tanpa disadarinya, arah motornya kini berputar arah yang sesuai arah jalan menuju ATM terdekat. Dan Wenda belum masih tersadar sama sekali. Sebab Wenda sedang senang-senangnya diboncengi oleh seseorang di depannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bianglala Dan Kamu
Teen FictionBerawal dari sebuah pesan di sebuah percakapan di ponsel. Lambat laun pun kami menjadi dekat. +alur ceritanya yang sangat ringan.