Sesampai di tempat tujuan. Bergegaslah Wenda turun dari motor. Setelah pemuda di depannya sudah memberhentikan sekaligus mematikan mesin motornya di dalam area parkir.
"kak Calvin tunggu di sini saja dulu, sementara aku mau ke dalam," kata Wenda seraya merapikan poni rambutnya yang sedikit berantakan itu akibat angin menerpa selama di jalanan tadi.
"Siap Wen," sahut Calvin dengan posisi duduk tepat di atas jok motor milik Wenda yang terparkir di halaman parkir.
Dan tak lama kemudian, terlihat Wenda sudah bersiap-siap untuk keluar. Calvin pun mulai menghidupkan kembali mesin motornya. Dari penglihatan Calvin saja, Wenda tampak seperti anak kecil yang selalu sangat ceria kapanpun dan di manapun. Diam-diam pula, hati terdalam Calvin tersenyum dan langsung menghangat.
"Let's go kak vin!" ucap Wenda ketika sesudah berada di dekat pemuda itu. Dan Calvin menyuruhnya segera untuk pulang ke rumah, sebab nanti malam ia dan perempuan itu akan menjalani kegiatan kencan bersama. Agar mereka bisa menyiapkan diri satu sama lain terlebih dahulu.
🧡🏠🧡
Dalam perjalanan menuju sebuah tempat makan kesukaan milik Calvin. Sebelumnya Calvin menjemput Wenda di depan rumahnya sekitar jam 7 malam. Beruntungnya tidak ada satupun yang menampak mereka saat itu. Bersamaan dengan awal rencana ia ingin mengajak Wenda ke tempat dimana ia sukai agar tempat tersebut menjadi awal perkenalan mereka yang sekarang. Lalu di tiap waktu istirahat atau seusai pulang dari kegiatan kerjanya, Calvin juga memang selalu datang untuk singgah membeli makanan disana.
"Benar juga kata kak Renjana, jikalau ia anaknya memang lucu, cantik pula, membuat hasratku teringin semakin mengenalnya diam-diam," ujar Calvin dalam hati, yang tengah sengaja mencuri pandang ke arah perempuan itu.
"Wen?" laki-laki tersebut memanggil.
Perempuan itu pun menolehkan kepala ke arah laki-laki itu sembari berkata, "eh iya ada apa kak?"
"Kamu suka bepergian ke taman hiburan ga?" Calvin bertanya di sela-sela kegiatan berkendaranya. Namun, dengan perlahan-lahan ia memelankan laju kecepatan motornya. Lalu mengambil jalur lebih sedikit ke pinggir jalan agar dapat menikmati suasana berbicara berdua.
"Kemana-manapun aku suka, kak Renjana sama teman-teman semuanya sering mengajak aku berlibur semasa liburan semester. Dan untuk kali ini asal sama kak Calvin aja aku mau sekali merasakannya," Wenda menjawab seraya diakhiri dengan cengiran kecil kecilnya terdengar bersamaan suara getaran angin.
"Ah begitu ya, nanti jika waktunya tiba, aku mau mengajakmu kesana sambil mencari jadwal kapan saja taman hiburan itu buka, boleh kan?" ia pun berkata sembari bertanya.
Tampak di balik kaca spion motor, Wenda pun samar-samar menganggukkan kepala pertanda setuju dengan semangat, "boleh aja, aku sangat setuju."
Dan pemuda itu tak lama meresponnya hanya sekali senyuman hangat saja. Mendengar suara indah milik Wenda sejenak membuatnya jantungnya berdebar-debar. Lalu dari arah jok belakang, akhirnya Wenda duduk diam sambil menikmati pemandangan jalan. Kemudian tanpa sadar, sampailah mereka berdua tiba di sebuah tempat makan atas rekomendasi dari pemuda bernama Calvin tersebut di awal cerita.
Setelah memakirkan motor. Perlahan Wenda turun lalu disusul oleh Calvin. Saat itulah pandangan mata milik Wenda sejenak menatap bentuk bangunan tempat makan di depannya.
Bangunannya terlihat sederhana. Dari halaman depan tampak kecil. Namun ketika sudah memasuki ke tempat itu, dapat terlihat betapa luas dan mewahnya. Dalam pikiran Wenda sudah dipastikan harga makanannya pasti mahal. Sebelumnya ia kira tempat dan harganya pasti sangat pas dikantong anak biasa sepertinya. Berbeda sekali dengan laki-laki yang sedang berdiri disebelahnya kini akan memesankan pesanan milik mereka berdua di meja kasir.
Benak Wenda menjadi dilema dengan sikap pemuda itu kepadanya.
"Kak Vin, apa gapapa kita makan disini?" daripada pertanyaan itu ia pendam dan akan berdampak ke dirinya sendiri nanti. Bergegaslah ia bertanya padanya. Ketika seusai kegiatan memesan. Lalu kini berjalan mencari bangku kosong untuk mereka berdua tempati.
"Tidak apa-apa, jangan keberatan. Aku memang berniat sekali mengajakmu kesini. Tak usah khawatir berlebihan dan kamu cukup menikmati kegiatan kencan pertama ini ya," kata Calvin dengan nada tenang dan lembutnya.
Ditambah lagi, laki-laki itu tiba-tiba merangkul pundaknya dari samping. Dan rangkulan itu pun berhenti ketika sudah mendapat tempat yang akan mereka tempati untuk makan. Ia berdiam diri dan membatin, 'sebuah kesenangan apa ini yang lagi bersemayam di dalam hatinya yang seperti kembang api meletup-letup di atas langit malam?'Setelah itu, kalian tahu?
Aku sudah gak bisa menahan rasa salah tingkahku di depannya. Dia pun hanya tertawa kecil memandang sikapku itu. Membuatku semakin malu dan teringin pulang ke rumah segera. Sungguh aku menjadi ragu dengan rasa senang ini. Apa rasa senang ini akan tetap ada atau bisa saja nantinya berubah menjadi rasa sedih? ah entahlah aku malas sekali memikirkan rasa sedih itu.
Seraya menunggu makanan kami datang. Sedari tadi kegiatan Wenda membuka dan menutup ponselnya demi menyembunyikan kegugupannya, yang sejak tadi laki-laki di depannya sudah berusaha mengajaknya untuk mengobrol. Namun, kegiatan obrolannya tertunda sebab ia tak bisa fokus akan tatapan mata lembutnya yang laki-laki tersebut arahkan padanya terus menerus. Maka dari itu, ia mengalihkan dengan memain-mainkan ponsel miliknya. Sejak itulah, atmosfer diantara mereka menjadi senyap dan canggung.
"Wenda," panggilnya.
Sontak perempuan itu mendongak menatap wajah orang dihadapannya. Sembari satu tangannya menaruh ponselnya ke dalam tas. Secara waktu bersamaan. Tak lama pula, kemudian datanglah makanan yang mereka pesan ke meja. Sementara pembicaraan antara mereka berdua akan menjadi tertunda kembali. Sampai pelayan di tempat makan itu sudah selesai melayani. Kemudian pembicaraan itu akan kembali dilanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bianglala Dan Kamu
Teen FictionBerawal dari sebuah pesan di sebuah percakapan di ponsel. Lambat laun pun kami menjadi dekat. +alur ceritanya yang sangat ringan.