"Jaehan hyung?"
Jaehan yang merasa namanya dipanggil, menoleh. Alisnya bertaut, merasa asing dengan seseorang yang memanggilnya ini. Tapi meski begitu, Jaehan tersenyum, "Ya? Ada apa?"
Seseorang itu menunjuk ke arah lapangan basket di ujung sana, sangat jauh dari tempat Jaehan berdiri-tepatnya Gedung Seni Musik-dengan masih mengatur napasnya, "Hyuk berkelahi."
Alis Jaehan makin bertaut, tanpa sadar menghela napas. "Lagi?"
"Tapi kali ini lawannya beda. Aku tidak tau, sepertinya mahasiswa baru, atau beda jurusan dengan Hyuk." melihat orang-orang yang mulai berlari ke arah yang ditunjuknya tadi, orang itu berkata lagi "Sudah ya, Hyung, aku ingin melihatnya, datanglah jika ingin melerai. Hyuk seperti orang kesetanan!"
Jaehan yang mendengar itu meringis, tidak tau ingin tertawa atau ingin menghajar. Adiknya itu memang setiap hari selalu kesetanan, jadi Jaehan tidak akan menyalahkan siapa-siapa jika sekarang nama panggilan Hyuk jadi banyak sekali. Mana tidak ada yang bagus.
Berjalan lagi, Jaehan membawa langkahnya menaiki tangga, mengambil belokan pertama, Jaehan memasuki kelasnya dengan cepat, kelas pertamanya hari ini, menaruh tas slempangnya, Jaehan lalu keluar. Walaupun ia bersikeras tidak akan melerai lagi apapun yang dilakukan adik satu-satunya itu, Jaehan juga harus melihat sejauh mana mereka berkelahi. Hyuk yang menang, atau lawannya yang menang. Jujur saja, sejak resminya Hyuk menjadi mahasiwa kampus sini satu bulan yang lalu, Jaehan menjadi muka badak. Meminta maaf ke banyak orang dengan kepala tertunduk, wajah meringis, serta uang yang harus selalu dikeluarkan.
Jangan bilang Jaehan tidak menghukum Hyuk, pria itu sudah sering sekali menghukum adiknya. Tapi Hyuk selalu mengumbar janji dengan kata-kata manisnya, bahwa ia tidak akan pernah berkelahi lagi, bahwa ia akan menuruti Jaehan, bahwa ia akan patuh kepada Jaehan, dan masih banyak lagi. Herannya, Jaehan masih tetap menganggap Hyuk adik kecilnya yang polos seperti dulu, selalu seperti itu jika Hyuk sudah memasang wajah memelas.
Iyadeh, Jaehan memang tidak tahan dengan wajah adiknya yang menggemaskan itu.
Menghela napas lagi, Jaehan menerobos kerumunan yang semakin lama semakin membludak. Jaehan sampai heran tidak ada satu pun dosen yang melerai sampai saat ini.
Sambil bergumam, "Permisi, maaf, permisi ya." akhirnya Jaehan melihat siapa yang menjadi lawan adiknya itu.
Jaehan mengerutkan keningnya, didepan sana, ia bisa melihat Hyuk dengan bibir berdarah, bajunya yang berantakan, tangan yang dipenuhi goresan-goresan yang Jaehan tau berasal dari aspal yang mereka pijak, sedang menahan tubuh seseorang diatasnya. Dengan tidak ada bedanya, seseorang itu juga mengalami hal yang sama. Bedanya, jika Hyuk memasang wajah bengis seperti ingin menghabisi, lawannya justru tersenyum meremehkan, terlihat dari sudut bibirnya yang naik.
Selain terkejut karna adiknya itu tiba-tiba mendapatkan lawan yang seimbang, Jaehan juga tidak kalah terkejutnya dengan seseorang itu. Mengusap matanya sekali lagi, Jaehan semakin mendekat untuk memastikan jika tidak ada yang salah dari penglihatannya.
"Yechanie?"
Jaehan tau suaranya lebih terdengar seperti bisikan, anehnya, dua orang yang sedari tadi sibuk menatap satu sama lain dengan sengit, tiba-tiba menoleh. Lagi-lagi, Hyuk dengan wajah bengisnya, sedangkan si lawan, sudut bibir pria itu semakin terlihat lebar. Mengenali dengan amat sangat suara yang sudah lama tidak didengarnya ini.
Bangkit dari tubuh Hyuk, seseorang yang dipanggil Yechan itu tiba-tiba menabrakkan dirinya kepada Jaehan, memeluknya. Membuat Hyuk dan semua orang yang mengelilingi mereka menganga tidak percaya.
"Jaehanie hyung!" sambil tetap memeluk, Yechan meneriakan nama itu dengan lantang. Tidak peduli jika bajunya yang kotor bisa menyebabkan baju putih Jaehan juga menjadi kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth☑️
RomanceTentang Yechan yang selalu menganggap Jaehan Hyungnya manis dan lucu. Awalnya, itu baik-baik saja. Awalnya, Jaehan menganggap hal-hal seperti itu menggemaskan. Awalnya, Jaehan menganggap Yechan hanya seorang adik kecil yang sangat menyukainya layak...