Youth (18)

372 35 5
                                    

Setelah kehebohan yang Hyuk dan Yechan buat pagi ini, mereka semua, termasuk enam orang yang mengganggu Jaehan, diberikan hukuman. Mengelilingi aula, 20 kali. Jika saja aula ini lebih kecil, lima dari enam orang itu tidak akan banyak mengeluh. Nyatanya, aula ini seluas samudra. Satu putaran saja sudah bisa membuat orang-orang lemah jatuh pingsan.

Sayangnya, dengan tubuh besar tanpa otot dan olahraga, mereka kepayahan. Hanya sang ketua yang memiliki energi sama besar seperti Hyuk dan Yechan.

Yechan mencemooh. Hukuman payah yang dilakukannya ini sudah jelas adanya campur tangan dari pihak sang Appa. Alih-alih di skors, atau nilai yang dikurangi, mereka justru menjalani hukuman seperti anak-anak sekolah.

Melirik Hyuk disebelahnya, yang sedang menatap target didepannya, tidak butuh waktu lama untuk langkah itu di percepat. Menabrak tubuh seseorag didepannya.

Seseorang itu bersumpah serapah dengan menyeka bibirnya yang masih mengeluarkan darah. Itu ulah Hyuk. Lebam diseluruh wajahnya bahkan masih sangat kentara. Diam-diam Yechan menyeringai, sangat puas. Jujur saja, tidak satupun dari enam orang itu yang sekarang dalam kondisi baik-baik saja. Berbanding terbalik dengan Hyuk dan dirinya. Selain satu atau dua lebam, bibir robek sedikit, rambut acak-acakan, baju kusut dan kotor, mereka jauh lebih baik.

"Hyukie! Yechanie!" panggilan itu mengintrupsi Hyuk dan Yechan. Melihat Jaehan yang berlari ke arah mereka, membuat senyum Yechan mengembang.

"Hyung!" itu Hyuk. Tubuhnya yang kokoh ditabrak oleh Jaehan. Pria itu bahkan seperti ingin menangis. Tidak lama, sebuah pukulan di arahkan ke punggung sang adik. "Apa yang kau lakukan, dasar bocah nakal!"

Hyuk tertawa, mendekap Jaehan lebih erat. "Bagaimana? Apa aku terlihat keren, Hyung?"

"Tidak sama sekali!" tandas Jaehan. Menggenggam erat bawah kemeja Hyuk.

"Hyung, kau tidak mau memelukku? Tidak mengkhawatirkan ku?" Yechan menghampiri, berdiri disamping Hyuk, merentangkan tangannya pada Jaehan.

Jaehan mendongak, merenggangkan pelukannya pada Hyuk. Dengan cemberut, ia mendekati Yechan dan memeluk.

"Bibir ku sakit sekali, Hyung." rengek Yechan, saat Hyuk menjauh menghampiri enam orang itu. Tanpa bisa dicegah, Yechan menunduk, mengecup leher Jaehan yang tidak tertutup. "Beri aku satu ciuman."

Jaehan menegakkan tubuhnya, memukul punggung Yechan. Kepalanya langsung menoleh, takut jika Hyuk melihat dan mendengar. Yechan tertawa, kembali berbisik. "Hyuk tidak mendengarnya, tenanglah."

"Jangan membuatku mengkhawatirkan kalian, Yechanie."

Gumaman itu membuat Yechan tersenyum. Mengeratkan pelukannya, dengan tangan di pinggang Jaehan. "Aku tidak janji, jika itu menyangkut dirimu."

Menepuk kepala Jaehan, Yechan melanjutkan. "Jadi, bagaimana dengan satu ciuman? Bibirku sangat kebas."

"Jangan gila, Yechanie." Jaehan ingin melepaskan pelukan, tapi Yechan menahannya. "Lepas, nanti banyak yang lihat."

"Aku tidak peduli." Yechan balas menggumam. "Satu ciuman, atau aku tidak akan melepaskanmu."

"Aku akan berteriak, ada Hyuk disini."

"Coba saja jika berani." kembali menunduk dan mengecup leher Jaehan, kali ini pria itu menggunakan lidah, menjilatnya. "Hyung tega melihatku di habisi Hyuk?"

"Yechanie!" Jaehan tentu kaget. Lidah itu! Jaehan merinding bahkan di seluruh tubuh.

"Jaehanie Hyung!" Hyuk memanggil, membuat Yechan terpaksa melepaskan Jaehan. "Hyung, aku ada kelas dan sudah terlambat, aku pergi dulu. Yechan-ah, tolong antarkan Jaehan Hyung ke kelasnya. Jangan sampai lecet."

Youth☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang