Youth (17)

397 38 5
                                    

"Junghoonie, kenapa kau tidak pernah menuruti Hyung lagi?"

Yang lebih tua menatap yang lebih muda, yang tengah sibuk membereskan buku-bukunya. Jika tidak buru-buru, hari pertama kepindahannya di sekolah ini akan runyam. Junghoon tidak pernah terlambat. Junghoon benci terlambat. Apalagi sekarang ia akan menduduki kelas dua sekolah menengah atas.

Junghoon menatap yang lebih tua sebentar, sebelum kembali sibuk. Kali ini merapihkan seragam putih abunya. Setelah dirasa sudah rapih, Junghoon mendekati Hyungnya. "Nanti tidak perlu menjemput, Hyung. Aku akan pulang sendiri."

"Bagaimana jika kau diculik?" pertanyaan itu sangat cepat terlontar, seakan tidak berpikir lebih dulu.

Junghoon menatap yang lebih tua dengan erangan, menandakan bahwa Junghoon agak lelah. "Satu bulan lagi aku akan menginjak usia tujuh belas tahun, jika Hyung lupa."

"Kau tetap bayi dimataku."  Hyungnya membantah.

Menghela napas, Junghoon menjawab. "Hanya Hyung yang berpikir seperti itu."

Yang lebih tua ikut menghela napas lagi, saat yang lebih muda sudah menuju pintu dan bergegas keluar. Belum sempat menutup pintu, panggilan itu terdengar. "Junghoonie?"

Junghoon menoleh, menatap tepat di mata. "Ya, Hyung? Aku akan terlambat jika kau tidak cepat."

"Aku mencintaimu."

Hati Junghoon mencelus. Setelah pertengkaran mereka tadi malam, lagi dan lagi, perasaan yang tadinya dingin berubah menjadi hangat. Junghoon tidak bisa untuk tidak meleleh jika sudah mendengar kata-kata itu. Mendekat, Junghoon menghampiri yang lebih tua, mengecup bibirnya sekilas.  "Aku juga mencintaimu, Hangyeom Hyung."

Ibu Junghoon dan Ayah Hangyeom menikah saat mereka sudah memasuki sekolah dasar. Dua orang yang mempunyai luka masa lalu akibat gagalnya keharmonisan keluarga tentu saling menyambut dengan baik. Junghoon yang manis dan penurut membuat Hangyeom yang terbiasa sendiri didalam rumah menjadi lebih ceria. Tidak butuh waktu lama untuk keduanya saling menyayangi. Melakukan berbagai macam hal berdua, seakan tidak terpisahkan. Seakan memang dari awal keduanya diciptakan untuk menjadi saudara.

Awalnya, itu baik-baik saja. Sampai keduanya mendapati perasaan satu sama lain yang menggebu-gebu jika mereka tidak bertemu lebih dari seharian. Jarak umur mereka terpaut empat tahun, dengan Hangyeom yang kemudian menjadi sibuk dengan awal kuliahnya, sementara Junghoon sibuk dengan ujian kenaikan kelasnya yang akan membuatnya mudah untuk menjajak ke sekolah menengah atas, sekolah favoritnya. Beberapa kali ditepis, bukannya menghilang, perasaan itu justru semakin besar.

Berawal dari Junghoon yang membawa teman satu kelasnya ke rumah. Niatnya ingin belajar dikamarnya. Tapi yang terjadi justru mereka sibuk bercanda, menonton film, dan melakukan semuanya seperti yang biasa mereka lakukan.

Junghoon itu naif. Jadi saat temannya mendekatkan diri dan mencium pipinya, Junghoon membiarkan.

Naasnya, itu bertepatan dengan Hangyeom yang pulang cepat, dengan cake kesukaan Junghoon di tangan kanannya, sesuai yang diminta Junghoon. Hangyeom membawa langkah kakinya memasuki kamar Junghoon, dan betapa terkejutnya ia saat melihat sang adik yang tengah bercumbu. Kalap, Hangyeom menghempaskan cake nya asal, dan menghajar orang itu. Dengan membabi buta.

Junghoon tentu panik, ingin menghentikan. Tapi Hangyeom dan emosinya jelas bukan tandingan Junghoon.

Jadi setelah mengusir paksa, Hangyeom membawa Junghoon kembali ke kamarnya. Amarah itu masih ada, membuat Junghoon ketakutan.

Youth☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang