Youth (2)

688 72 13
                                    

Hyung, aku tidak bisa pulang bersamamu hari ini. Masih banyak tugas yang harus aku kerjakan. Pulanglah lebih dulu, sampai jumpa dirumah.

Pesan dari Hyuk, lima menit yang lalu, saat Jaehan sudah menunggu didepan gedungnya hampir lima belas menit! Bayangkan, bagaimana Jaehan tidak kesal pada adiknya itu.

Kenapa tidak menghubungi lebih awal? Agar Jaehan bisa menebeng Hwichan atau Sebin yang sudah pulang lebih dulu.

Mengeratkan pegangan tangan pada tas slempangnya, Jaehan cemberut, lalu berjalan melewati koridor yang masih dipenuhi anak-anak seni dengan berbagai macam hal aneh dimata Jaehan. Beberapa yang mengenalinya, menyapanya, yang dibalas Jaehan dengan senyum, beberapa lagi mengenalinya sebagai pawang Hyuk, adiknya yang sok jagoan itu.

Kadang, Jaehan merasa yang dilakukan Hyuk ada baiknya juga, menjadikan Jaehan yang introvert ini tidak diganggu oleh orang-orang tidak jelas, alasannya tentu saja karena takut diamuk oleh Hyuk. Fakultas Seni tau sekali bagaimana menyeramkannya bungsu Kim itu jika sudah berurusan dengan Hyungnya yang manis.

"Oh, Jaehan Hyung!" tiba-tiba seseorang memanggilnya, membuat Jaehan yang tadinya menunduk jadi mendongak.

Jaehan tersenyum lebar saat mengetahui siapa yang menyapanya. "Kevinie! Sedang apa disini?"

"Hyuk memintaku mendatanginya," atau bisa dibilang, memaksa. Kevin cemberut. "Adik Hyung yang itu memang menyebalkan."

Jaehan menampakan gigi gingsulnya, tidak tahan untuk tidak tersenyum lebar jika Kevin sudah bicara. Teman adiknya satu ini memang lucu sekali. Jaehan bahkan tidak percaya bagaimana awalnya mereka bisa berteman. Hyuk dan Kevin adalah dua orang yang sangat bertolak belakang. Hyuk yang tinggi, Kevin yang kecil. Hyuk dengan wajahnya yang sering cemberut, Kevin yang selalu tersenyum. Pokoknya, jika boleh memilih, Jaehan lebih ingin Kevin yang menjadi adiknya.

Semoga Hyuk tidak tau apa yang Jaehan pikirkan sekarang ini.

"Memangnya kenapa dia memintamu kesini?" tanya Jaehan, penasaran.

"Tidak tau," Kevin mengangkat bahunya, masih cemberut, yang anehnya tidak membuat Jaehan kesal, justru gemas. "Katanya sih, ingin pinjam laptop, untuk tugas."

Kening Jaehan mengerut, "Lho, kenapa meminjam? Memangnya laptop anak itu kemana?"

Merasa keceplosan, Kevin membekap mulutnya dengan sangat lucu, membuat Jaehan yang tadinya ingin marah, mengurungkannya.

"Tidak apa-apa, kevinie, Hyung tidak akan mengadukanmu." Jaehan menepuk puncak kepala Kevin dengan senyum. "Sudah sana pergi, nanti Hyuk memarahimu kalau lama." saat Kevin mengiyakan sambil meringis, Jaehan menahan lengan yang lebih muda, "Jika anak itu mengganggumu, katakan pada Hyung, oke? Hyung akan memarahinya untukmu."

Kevin yang tadinya merasa tidak enak, jadi merasa bersyukur karena orang didepannya ini adalah Kim Jaehan. Manusia paling baik dan juga manis di hidup Kevin. Memeluk sebentar, Kevin pergi meninggalkan Jaehan dengan melambaikan tangan, yang langsung dibalas oleh yang lebih tua.

Jaehan merogoh saku celananya, saat merasa ponselnya bergetar. Diam sebentar, Jaehan menekan tombol hijau disana. "Yechanie?"

"Hyung!" disebrang, Yechan agak berteriak. "Kau dimana?"

Jaehan menjauhkan ponsel, saat merasa suara Yechan terlalu keras ditelinganya. "Tidak usah berteriak, Yechanie, ada apa?"

"Hyuk menyuruhku mengantarmu pulang." disebrang, Yechan tidak bisa menyembunyiksn senyumnya. "Kau ada dimana sekarang? Aku akan menjemputmu."

Kembali berjalan, Jaehan mengerut heran. Baru beberapa jam lalu Hyuk mendebat Yechan dengan kata-kata dramatis bahwa Jaehan miliknya, lantas sekarang dengan mudah adiknya itu memberikan Jaehan kepada Yechan dengan cuma-cuma. Bahkan Hyuk tidak mengabarinya jika ia menyuruh Yechan untuk mengantar.

Youth☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang