Pagi ini Sakura terbangun dengan mood yang jelek. Gatahu kenapa, pokoknya sebel aja gitu bawaannya.
"Hahhhhh....." Entah udah berapa lama dia mendesah lelah. Ada aja yang bikin dia kesel. Contohnya aja pas lagi mencet pasta gigi. Rasanya tuh pasta gigi lagi ngerjain dia. Kenapa harus hari ini sih susah banget ngeluarinnya?!
TUNG!
"Aduh!" Bahkan pas dia nuangin susu ke gelas, pake acara tumpah segala.
"Pelan-pelan nak." Tegur Kizashi ngeliat anaknya ceroboh.
"Y" Dan Kizashi sukses dibuat bertanya-tanya sama respon yang gak niat itu. Bahkan Mebuki yang baru aja angkat jemuran juga heran dibuatnya. Mereka pun saling pandang.
"Yah. Bu. Aku berangkat." Tepat setelah ngabisin sarapan, Sakura pamit ke orang tuanya. Setelah kepergian anak semata wayang itu, dua Haruno ini saling pandang.
"Dia kenapa ya?" Tanya si kepala keluarga. Minatnya udah gak ada di koran lagi sejak Sakura pergi dari meja makan.
"Aduh, ayah ini kayak gak pernah muda aja." Tapi justru jawaban itu gak menjawab apapun. Kizashi pun semakin penasaran.
"Apa hubungannya?"
"Ya ada dong. Udah biarin aja. Itu urusan dia sama si ganteng." Ketika Mebuki bilang 'ganteng', gak ada yang Kizashi pikirkan selain si raven yang ngelamar putrinya itu.
"Emang dia ngapain?" Dan Mebuki cuma mengangkat bahu. Sebenarnya udah dari 3 hari yang lalu Mebuki memperhatikan gerak-gerik Sakura. Jujur aja, dia juga kepo, tapi kan gak etis ya tiba-tiba nanya gitu. Mereka udah dewasa, biarkan aja air mengalir.
"Abisin aja sarapannya yah." Lalu jawaban itu hanya untuk mengalihkan wacana saja.
.......
Kembali pada Sakura yang masih sibuk dengan pikirannya. Akhir-akhir ini pikirannya kacau. Dia masih bisa bekerja dengan baik, tapi ya gitu, fokusnya jadi kemana-mana. Sakura juga gak ngerti kenapa dia bisa se-sebal ini. Rasanya pengen teriak, mencak-mencak, terus kayak....aaahhhhhhh!!!!!
"Sakura-sensei."
"Huh?" Waktu Sakura noleh ke kiri, sudah ada Karin, rekan kerjanya lagi setengah jongkok sambil natap Sakura.
"Kenapa? Dari tadi aku panggil gak ada jawaban." Ucapnya. Sakura pun tersadar untuk kesekian kalinya. Kenapa akhir-akhir ini dia suka bengong?
"Oh? Engga." Setelah denger jawaban itu, Karin pun duduk di sebelahnya yang kebetulan meja kerjanya emang disitu.
"Sakura. Makan siang nanti kemana?"
"Aku..."
"Oh iya! Makan siangnya kan dijemput calon ya. Hehe." Belum ana Sakura sempet balas, si Karin udah main nyeroscos aja. Denger kata 'calon' itu pun bikin Sakura kesel lagi.
"Saya gak makan bareng siapapun. Saya bawa bekal." Jawab Sakura agak ketus tapi berusaha sopan. Mau gimanapun, Karin ini lebih tua dari dia.
"Ah...sensei jangan malu-malu ih. Ngerti banget kok aku. Kalau lagi tunangan tuh emang suka gitu. Tapi gemes kan?" Katanya lagi sambil berbinar-binar. Dia udah menikah beberapa tahun yang lalu, terus ngeliat Sakura yang kayak gini adalah hiburan baginya. Mana Sasuke sempet nyewa stand es krim pula buat anak-anak. Udah kayak adegan di drama Korea gitu.
"Karin-sensei, saya itu bukan calon istrinya. Dan 'calon' yang sensei maksud juga bukan 'calon suami saya'" Balas Sakura gak kalah menggebu-gebu. Pake segala ada tekanan di kata 'calon suami saya' pula.
"Serius?" Itu respon pertama.
"Ahh! Udahlah gak usah malu-malu. Hohoho." Udahlah. Si Karin ini, kalau bukan senior aja, udah Sakura dorong dari kursi. Untuk meredakan rasa kesal, Sakura kembali berkutat sama soal-soal ulangan yang gak kelar-kelar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba-Tiba Lamar
RomanceTahu gak sih sebelnya ketika ditanya "kapan nikah?" Haruno Sakura, gadis perawan umur 27 tahun sedang merasakannya saat ini. Tapi tiba-tiba.... "Kedatangan saya kesini, untuk melamar Haruno Sakura." Demi jidat lebar! Sakura kaget banget!!!! Dia haru...