PROLOG

48 2 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang lelaki memandang ke arah langit yang biru dengan awan-awan berbentuk abstrak di sekitarnya. Lelaki itu menghela pelan, lalu menghirup udara dengan panjang. Perlahan-lahan sebuah air bening keluar dari matanya lalu turun ke pipinya yang putih bersih.

"Maafin gue gak bisa nolong kalian waktu itu, gue nyesel udah ninggalin kalian begitu aja. Kalau gue tau ini bakal terjadi gue pengen mengulang kembali kejadian semula, dimana gue harus bisa korbankan diri gue sendiri buat kalian supaya bisa hidup." Ucap lelaki itu menjeda kalimatnya

"Gue rela gue mati tapi gue gak rela kalian yang harus ngorbanin nyawa!! Tenang akhirnya setelah sekian lama teror yang kita bersama alami disekolah sudah gak ada lagi, gue seneng tapi juga sedih, gue sedih karena kita gak bisa bareng-bareng lagi, sekali lagi maaf gue emang gak becus buat jadi pemimpin." Lanjut lelaki itu

Lelaki itu meremas bunga yang ia pegang di depan dua pasang batu nisan sahabatnya. Matanya memerah melihat kedua batu nisan dengan nama yang tertera di batu tersebut. Lelaki tadi tidak bisa menahan tangisannya, dia pun menangis sambil terduduk di depan kedua batu nisan sahabatnya dengan rasa sedih.

Sekilas dari kejauhan ada seorang lelaki menghampiri lelaki yang sedang terduduk dengan suara yang mulai serak karena menangis. Lelaki yang baru saja datang menaruh bunga yang ia bawa untuk kedua pasang nisan yang di tangisi oleh lelaki dengan surai hitam dibelah dua.

Lelaki yang baru saja menaruh bunga bawaan nya menepuk pundak lelaki yang terduduk itu perlahan. Membuat sang empu yang di tepuk memalingkan wajahnya ke arah sumber tepukan kecil tadi. Lelaki yang berdiri sejak tadi itu hanya bisa memperlihatkan senyum dukanya.

"Sudah, kita pulang dulu... Mereka pasti tenang kok disana dan juga pasti senang kok liat kita baik-baik aja walaupun kita gak rela kehilangan mereka. Gue tau lo udah kayak keluarga sama mereka, rasanya pasti sakit banget dan gue tau perasaan lo karena gue ngalamin hal yang sama." Ucap lelaki itu sembari menyodorkan tangannya mengisyaratkan agar temannya itu meraih tangannya

"Iya gue tau itu, yaudah yuk kita balik." Ucap lelaki yang sudah berdiri dari duduknya

Lelaki yang membuat sahabatnya itu berdiri hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Mereka lalu pergi dari tempat tersebut, bersamaan dan mengobrol sedikit.

»»---->»»--⍟--««<----««

Tok tok tok...

Suara ketukan kecil berasal dari pintu kamar seorang lelaki yang sedang tidur nyenyak di kasur disebuah single bed nya. Lelaki yang mendengar ketukan pintu itu lantas membuka matanya perlahan, sembari mengumpulkan nyawanya. Lelaki itu duduk di atas single bed nya, lalu menatap jam yang terletak di sebuah dinding kamarnya. Dia mengucek matanya lalu melihat ke arah jam dengan pandangan lebih jernih daripada tadi.

The Mystery Behind The Riddles?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang