11

790 77 18
                                    

Jam menunjukkan pukul 11 malam ketika Yejun membuka pintu rumah nya dan di sambut raut khawatir Jisung. Yejun terdiam kaku ketika tubuh nya di peluk erat oleh sang papa. Tadinya ia berpikir akan di marahi, bukan mendapatkan pelukan seperti ini.

"Kamu darimana aja Yejun?"

"Papa...."

"Iya kamu darimana? kenapa jam segini baru pulang? gak ngabarin mama kamu, kami khawatir sama kamu nak"

Jisung mengecek seluruh badan Yejun dari ujung kepala sampai kaki, barang kali anaknya itu luka atau semacamnya.

"Yejun baik baik aja" ucap Yejun.

"Kamu dimana? sama siapa? kenapa nggak kasih kabar?" tanya Jisung lagi dengan serius.

"Maaf... Yejun nolongin temen Yejun, ibu nya sakit dan dia gak bisa bawa ke rumah sakit, Yejun nemenin dia di sana sampai kondisi ibu nya lebih baik. Maaf pa"

Jisung menghela nafas panjang melihat putra nya menunduk. "Sekarang kamu bersih bersih terus langsung tidur! Oke?"

Yejun mengangguk. Jisung tersenyum kecil, sekarang ia bisa bernafas dengan lega dan tidur.

.....

Suara pintu tertutup membuat Yejun akhirnya bernafas dengan bebas, ia menatap foto dirinya bersama orang tua serta sang adik di meja kecil samping tempat tidur nya.

"Maaf papa"

Memilih tidak ingin berpikir larut, Yejun pun masuk ke kamar mandi dan mengguyur dirinya di bawah shower dengan air dingin.

****

Pagi hari di keluarga Jisung sudah rapi dan duduk bersama di ruang makan, menanti sarapan yang sedang di masak Chenle dan Haechan.

"Semalam Yejun pulang jam berapa?" tanya Jaemin pada sang cucu yang duduk tepat di depan nya.

"Jam 11 nek"

"Darimana aja kamu? orang tua kamu khawatir Yejun!!, kamu punya handphone kan? kenapa gak ngabarin ha!?"

"Maaf kek"

"Ayah!!" tegur Jisung. Ia tidak suka melihat ayah nya memarahi Yejun, Yejun anaknya, ia yang berhak memutuskan memarahi atau tidak nya Yejun.

"Jisung, anak kamu itu sudah dewasa, jangan manjain dia!! dia bisa jadi anak yang badung, nakal, dan bisa aja ikut geng dan semacamnya"

Yejun mengepalkan tangannya di bawah meja, apa maksud sang kakek sebenarnya?.

"Kamu harus tegas jadi ayah!, jangan jangan kamu selalu biarin dia pulang malem kelayapan gak jelas ya?, anak kamu ini bisa ke jalan yang gak bener Jisung."

"Ayah cukup!!, yang tau anak aku, bagaimana kehidupan nya, cuma aku dan Chenle, orang tua nya, papa dan mama nya, bukan ayah!!. Ayah gak tau apa apa, kenal anak aku bahkan baru namanya." ucap Jisung tak kalah tegas.

"Jisung kamu—"

"Jung Jeno!!"

"Na..." Jeno menatap istrinya bingung.

"Kita perlu bicara!!" Jaemin berdiri dan menarik Jeno pergi dari ruang makan.

Suasana menjadi hening sampai Chenle menghidangkan menu sarapan di atas meja. Kemudian semua makan dengan hikmat.

"Ini pagi terhancur selama 12 tahun terakhir, Eunchae gak suka, rasanya aneh, Eunchae mau cuma berempat, papa... mama... oppa... dan Eunchae" batin si bungsu.

Ia merasa sejak kedatangan kakek nenek nya, ada yang berubah dan berbeda dari keluarga kecil nya. Ia tidak suka perubahan itu, Eunchae tidak suka, Eunchae hanya ingin papa mama dan kakak nya saja. Itu lebih dari cukup.

"Yejun... jangan di ambil hati ucapan kakek kamu, sekarang kamu makan!, papa anter ke sekolah." ucap Jisung.

"Iya pa"

.....

Yejun menatap mobil papa nya yang mulai menjauh dari hadapan nya, sampai mobil itu sudah tak terlihat ia masih tetap berdiri di tempat nya.

"Yejun" panggil seseorang.

"Ayah" balas Yejun.

"Kamu yakin? nggak nanti pas pulang sekolah aja?"

"Yejun mau nemenin bunda"

Sungchan tersenyum dan mengangguk, keduanya lalu masuk ke dalam mobil Sungchan dan pergi meninggalkan area sekolah. Tentu tujuan mereka adalah rumah sakit tempat Shotaro di rawat.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah sakit, keadaan pagi membuat area rumah sakit masih sepi dan tenang.

"Kamu nanti ganti baju di kamar mandi yang di kamar rawat bundamu aja, bawa baju ganti kan?"

Yejun mengangguk. "Ada di tas kok yah"

Kamar rawat Shotaro berasa di lantai 4, mengharuskan keduanya menaiki lift agar cepat sampai.

"Yejun, gimana dengan permintaan ayah kemarin?" tanya Sungchan.

Yejun sedikit terkejut. "Yejun belum ada jawaban yah, maaf."

"Kenapa kamu ragu nak? ingat ini, kalau kamu di hadapkan dengan 2 pilihan, pilih yang kedua, karena jika kamu yakin dengan yang pertama yang kedua tidak pernah ada. Ayah harap kamu mau ikut ayah sama bunda." ucap Sungchan.

Ia menepuk pelan kepala Yejun, Yejun diam memikirkan ucapan Sungchan barusan. Yang di ucapkan Sungchan ada benarnya.

"Yejun, ayo!"

Seruan Sungchan menyadarkan Yejun dari lamunan nya. Mereka masuk ke dalam ruang rawat Shotaro dan Shotaro terbaring belum sadarkan diri. Lebih tepatnya tidur.

"Bunda makin pucet yah" ucap Yejun melihat wajah Shotaro yang kian pucat. Padahal semalam saat ia tinggal pulang sudah lebih baik.

"Pengaruh kehadiran kamu memang seperti itu Yejun" balas Sungchan sendu.

"Ayah, apa kalau Yejun selalu di sisi bunda, bunda bakalan sembuh?" tanya Yejun tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Shotaro.

Sungchan menahan senyum kemenangan nya dan berdehem untuk menjawab Yejun. "Pasti Yejun, pasti."

Jadi, apa yang kamu pilih Jung Yejun??.

*****

"Tuan muda Yejun sepertinya akan setuju untuk ikut dengan tuan Sungchan tuan besar."

Jaehyun menyeringai, ia tatap sebuah foto yang berisi keluarga besar nya dulu, lebih tepatnya pada sosok kecil Yejun di gendongan Shotaro.

"Jung Jisung, Jung Chenle, Jung Yejun, heh!! kalian hanya belum kenal siapa itu Jung Jaehyun." ucap Jaehyun kemudian tertawa keras.

"Siapkan berkas ke pengadilan!!"

"Baik tuan besar"

Asisten kepercayaan Jaehyun itupun keluar dari ruangan si tuan besar Jung.

"Kalian akan kalah, AHAHAHAHAAHAHA"



























Tbc.
Waduh gimana tuh? Next gak nih?

Error Results [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang