Kembali

3.1K 192 44
                                    

Pria berbaju serba putih itu mengerang dan segera bangun dari tempat tidurnya. Seingatnya, dini hari tadi dia merebahkan dirinya di dipan bambu yang ada di paviliun teratai setelah mengobati luka-lukanya. Entah kenapa dia malah ada di sini sekarang. Setelah memeriksa fisik serta tenaga dalamnya, dia mendapati pakaian bersih yang sudah disiapkan di atas meja. "Jelek," ujarnya saat menyentuh bahan pakaian itu. "Yah, seleranya memang seperti ini," lanjutnya sambil tersenyum kecil dan memakai baju berwarna biru keabu-abuan itu.

Saat keluar, dia melihat seorang pria berkacak pinggang di tengah-tengah ladang lobak. Ekspresinya tampak puas dan bahagia.

Ssssrt!

Dia dengan cepat mengangkat tangan dan menangkap benda terbang yang dilempar ke arahnya dari kejauhan.

"Ckckck, tidak baik membuang-buang makanan. Kau tahu itu, kan?" ujarnya sambil memakan pancake daging tadi dia tangkap.

Si pelempar terkekeh sambil menuangkan air dari teko giok hijau ke gelas yang ada di hadapannya.

"Kau bertarung dengan sekte mana lagi? Daripada kau tidak ada kerjaan seperti itu, lebih baik kau membantuku menanam sayur dan menjualnya ke kota. Kita bisa mendapat banyak uang."

"Mimpi saja kau," kata orang itu sebelum meneguk air minumnya.

"Ah Fei, Ah Fei. Tidak baik terlalu sering bertarung, sebaiknya kau nikmati saja hidup ini. Memangnya kau tidak lelah? Di usiamu sekarang, harusnya kau sudah punya istri dan anak, bukannya mengayun pedangmu kesana-kemari. Apa kau masih belum bisa melupakan Jiao Liqiao?"

"Kulihat-lihat, setelah kau hidup lagi, kau jadi makin banyak bicara ya, Li Lianhua. Bagaimana kalau aku membunuhmu, saja?"

Di Feisheng mengayunkan tangannya ke arah Li Lianhua. Tentu saja Li Lianhua dengan cepat menangkisnya, lalu membanting lengan berotot itu ke meja. "Gawat," katanya begitu melihat meja kayunya berderak dan terbelah.

Li Lianhua mengambil salah satu piring kosong dan membiarkan Di Feisheng menonjoknya menggunakan tangannya yang lain. Seketika piring itu hancur berkeping-keping. Li Lianhua buru-buru menotok titik akupuntur Di Feisheng agar dia berhenti menyerang.

"Aiya, Ketua Aliansi Di, apa kau tidak tahu kalau tenagamu ni bisa meluluh lantakkan rumahku? Makan saja," kata Li Lianhua mengambil paha ayam panggang dan memasukkannya ke mulut Di Feisheng, baru melepaskannya.

Pria berwajah sangar itu menatap Li Lianhua dengan sinis, kemudian mengunyah makanannya.

Li Lianhua terkekeh melihat ekspresi terkejut Di Feisheng. "Kau pasti heran kenapa rasanya enak kan? Aku membelinya di pasar tadi, aku tidak mau mendengar ocehanmu tentang masakanku."

"Bagus kalau kau sadar diri," balas Di Feisheng melanjutkan sarapannya.

Li Lianhua menggeleng-gelengkan kepala, kemudian dia mendongakkan kepalanya. Dia bisa melihat betapa bersihnya langit biru putih melalui celah-celah pohon bambu yang menjulang tinggi di atasnya. Sudah berapa lama tepatnya dia kembali dari kematian? Lima, atau mungkin enam tahun? Tampaknya dewa sudah bosan melihatnya beberapa kali mengorbankan nyawanya sendiri untuk menebus dosanya. Jadi, dewa tidak lagi memberinya kesempatan untuk mati. Mau tak mau, dia harus menikmati hidupnya sekarang.

***

Flashback

"Li Lianhua? Li Lianhua? Dasar bodoh! Kenapa kau suka sekali mencoba mengakhiri hidupmu." Fang Duobing segera membantu Li Liahua untuk duduk dan segera menyalurkan tenaga dalam Yangzhoumannya.

"Kau tidak boleh mati! Bukankah kau ingin melihatku berkowtow padamu? Kalau kau hidup, aku berjanji akan berkowtow padamu. Aku janji!" ujar Fang Duobing sekuat tenaga.

Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang