Epilog Part II

1K 123 20
                                    


"Ugh," Xiaoyi menggeram sambil memegangi kepalanya yang masih terasa nyeri.

Lanhua masih tertidur di meja yang ada di tengah ruangan dengan permen dalam genggamannya.

Xiaoyi terkekeh, kemudian bangun dari ranjang tempat dia berbaring tadi. Ini adalah ruangan spesial milik keluarga Fang yang ada di setiap rumah makan milik mereka. Dia menarik bangku di sebelah Lanhua dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkannya. Tangannya terulur untuk membelai kening Lanhua yang berkerut, lalu dia menepuk-nepuk kepalanya pelan. Seharusnya Xiaoyi tidak pingsan karena jarum sutra, pasti gadis ini sudah memberinya obat tidur sehingga dia bisa terlelap seperti ini.

Xiaoyi membuka kepalan tangan Lanhua, bermaksud untuk mengambil permennya.

"Eung, tidak boleh. Ini untuk Yi Ge."

Xiaoyi tersenyum melihat Lanhua mengigau dalam tidurnya. "Gadis bodoh. Aku ini Yi Ge," ujarnya berusaha mengambil permen itu. Tapi genggaman Lanhua semakin menguat.

Saat dia mengangkat wajahnya, Lanhua tengah menyeringai sambil bertopang dagu. "Suamiku, kau sudah bangun."

"Bisa tidak kau berhenti memanggilku suamimu? Nanti gadis yang aku sukai bisa salah paham karenamu," protes Xiaoyi.

"Ooh, kau sudah punya pacar ya? Apa ayah mertua tahu akan hal ini?" tanya Lanhua membuka kertas pembungkus permen di tangannya, lalu menyuapinya ke bibir Xiaoyi.

"Jangan panggil ayahku, ayah mertua. Ya ampun, kau ini. Apa kau tidak sadar kalau sudah membuatku jadi bahan gosip di kota ini? Mereka pikir kau ini benar-benar istriku. Entah bagaimana aku harus membersihkan nama baikku," kata Xiaoyi, mengunyah permennya dengan cepat.

"Ayahmu kan menteri, minta saja padanya untuk membuat dekrit atau menempelkan pengumuman kalau aku ini bukan istrimu. Beres kan? Lagi pula kau yang rugi. Di mana lagi kau bisa mendapatkan istri secantik, sebaik dan secerdik aku. Anak-anak para menteri saja belum tentu bisa bermain pedang sepertiku. Sudahlah, aku mau makan bersama ayah dan ayah mertua," ujar Lanhua segera berdiri dan bersiap pergi.

Tiba-tiba saja Xiaoyi menarik pergelangan tangan Lanhua hingga gadis itu terduduk di pangkuannya. Awalnya Lanhua terkejut, tapi dia segera melingkarkan kedua tangan di leher Xiaoyi.

"Kau ini genit sekali. Kedua guruku sangat berwibawa, entah kenapa mereka bisa punya putri sepertimu. Ngomong-ngomong, terima kasih," balas Xiaoyi.

"Kau juga selalu saja merepotkanku. Ayah mertua bilang kau tidak tidur selama beberapa hari untuk belajar ujian kenegaraaan. Apa kau tahu akibat kurang tidur? Sakit kepala, sakit jantung, bahkan kelumpuhan sebagian. Beberapa waktu lalu kau juga sibuk berlatih untuk masuk balai Baichuan yang menurutku sebuah organisasi tidak penting. Kau bisa menjadi pahlawan tanpa harus tunduk pada negara dan organisasi pengatur dunia persilatan seperti itu. Kau terluka parah hingga aku harus merawatmu selama sebulan! Kau membuatku menangis sepanjang malam karena aku takut kau akan mati. Merepotkanku saja. Kau ini kakak seperguruanku, harusnya kau yang menjagaku. Bukan aku yang menjagamu!"

Xiaoyi tercengang mendengar semua protes Lanhua. Dada gadis itu naik turun karena marah, wajahnya memerah dan ada genangan air bening memenuhi pelupuk matanya. Lanhua segera bangun dan menuju ruang makan, tempat di mana kedua ayah dan ayah mertuanya berkumpul.

***

"Xiao Lanhua, kenapa kau menangis?" tanya pria berbaju putih saat melihat Lanhua menarik lengan baju sang ayah untuk menghapus air matanya.

"Sepertinya sudah mau tanggal datang bulan, makanya aku emosional. Ayah Li, aku mau babi kecap itu, " pintanya dengan manja.

"Bisa-bisanya kau makan, apa kau tidak lihat Ayah Di sudah tidak ada di sini saat dia melihatmu menangis? Dia pasti sudah menghajar Yi'er," balas Li Lianhua mengambilkan sepotong babi kecap untuk putrinya.

Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang