Festival Musim Gugur

1.1K 154 16
                                    

Xiao Bao menatap Li Lianhua tanpa berkedip. Penampilan pamannya yang satu ini entah kenapa mengingatkan Xiao Bao akan ibunya ketika ingin pergi menyelinap ke luar rumah. Memakai Mili yang menutupi wajahnya, namun masih terlihat cantik. Li Lianhua berdehem, meskipun hampir sebulan bersama bocah ini, tatapannya tetap saja membuatnya tak nyaman. Xiao Bao terus mengikuti kemana Li Lianhua bergerak. "Paman Huahua memang cantik."

"Aiyoo, kita harus jalan sekarang atau nanti kita akan terlambat," kata Li Lianhua menggendong Xiao Bao secara tiba-tiba, membuat bocah itu tertawa riang.

***

Tak sampai sejam, mereka sudah sampai di kota tempat festival musim gugur akan berlangsung. Karena matahari sudah mau terbenam, mereka memutuskan untuk makan lebih dulu di sebuah kedai sebelum berjalan-jalan. Hari ini Xiao Bao banyak membuat Li Lianhua tertawa, bocah itu mudah sekali terkagum-kagum dengan apa yang dia temui di sepanjang perjalanan. Bahkan dia tampak takjub melihat kue bulan yang baru saja disuguhkan oleh bibi pemilik kedai, seolah-olah dia belum pernah melihatnya. Sementara Li Lianhua menikmati makanan utama sambil mendengar celotehan pengunjung lain.

Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari seberang ruangan, dan Xiao Bao dengan nasi masih menempel di sekitar bibirnya langsung menoleh ke asal suara. Li Lianhua masih duduk dalam diam sambil menghirup teh hitamnya. Kemudian dia mengisyaratkan pada Xiao Bao untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Eh." Li Lianhua terkejut saat Xiao Bao masuk ke dalam topi bertirainya.

"Ada yang pingsan, tampaknya butuh bantuan," bisik si kecil.

"Kau ingat apa yang paman bilang tadi sebelum berangkat?" tanya Li Lianhua.

"Tidak boleh menyebut nama paman."

Li Lianhua mengangguk, membiarkan Xiao Bao keluar dari Mili-nya dan mendekat ke tempat kejadian.

"Apa Anda seorang tabib?" tanya si wanita yang tampaknya seorang Nyonya kediaman.

"Ya," balas Li Lianhua duduk di seberang nona yang sedang tak sadarkan diri. Dia melontarkan jarum akupuntur yang terhubung dengan benang sehingga menancap ke pergelangan tangan pasien. Setelah beberapa saat, dia sudah tahu apa penyebab nona itu pingsan.

"Apa dia adik Anda?" tanya Li Lianhua segera menarik kembali jarum emasnya.

"Dia pelayanku, tapi dia memang sudah kuanggap sebagai adik sendiri. Tuan, dia kenapa?" tanya wanita itu dengan panik.

"Dia hanya kelelahan. Orang yang sedang hamil muda memang tidak boleh terlalu banyak beraktivitas," kata Li Lianhua.

"H-Hamil?" tanya wanita itu dengan gugup.

"Kenapa Anda murung begitu? Seharusnya Anda bahagia karena sebentar lagi Anda akan punya keponakan," balas Li Lianhua mengamati orang-orang di sekitar sana.

"D-Dia belum menikah."

"Oh, kalau itu bukan urusanku. Selamat tinggal," kata Li Lianhua beranjak dari tempat duduknya.

Dia menatap Xiao Bao yang sedari tadi terus menengok ke belakang. "Apa kau tahu sesuatu?" tanyanya.

Xiao Bao mengibas-ngibaskan tangan kecilnya pada Li Lianhua, memintanya untuk berjongkok. Dia pun mulai berbisik, "Tadi saat aku sedang melihat-lihat kolam ikan, aku lihat bibi yang pingsan itu menangis dan paman yang sedari tadi berdiri di samping nyonya itu memeluknya."

"Apa kau belajar mengintip dari Paman Ah Fei?" kata Li Lianhua tak percaya.

"Aku tidak mengintip, aku terkejut saat mereka bertengkar, jadi aku bersembunyi di balik batu besar dekat kolam teratai itu."

Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang