Tamu

1.4K 173 16
                                    

Bulan purnama masih bersinar sempurna meski sudah hampir tengah malam, dan angin tak lagi berhembus kencang seperti sebelumnya. Di Feisheng menggendong Xiao Bao yang tertidur pulas dalam pelukannya. Bocah itu tidak mau melepas Paman Ah Fei bahkan dalam tidurnya sekalipun. Sementara Li Lianhua asik memainkan ilalang yang dia petik di sepanjang perjalanan. Awalnya dia ingin menginap, tapi dia mengurungkan niatnya setelah membuat keributan kecil di kedai tadi. Jadi, mau tak mau dia kembali ke vila, walaupun hari sudah larut malam.

Dia menatap Di Feisheng yang tak banyak bicara, kemudian melirik sepatu dan pakaiannya yang tampak bersih.

"Kenapa? Sedang mencari kesalahanku, ya?" tanya Di Feisheng seakan tahu apa yang tengah Li Lianhua pikirkan.

Li Lianhua tersenyum miring, masih memilin-milin ilalang di tangannya. "Apa kau tahu kalau sedari tadi ada yang mengikuti kita?"

"Kau pikir aku buta dan tuli sampai tidak tahu akan hal itu? Apa kau membuat masalah tadi?" Di Feisheng yang memakai topeng, akhirnya menoleh pada Li Lianhua.

"Aku tidak akan membuat masalah kalau aku tidak bisa mengatasinya, tapi sepertinya mereka bukan bandit atau penjahat biasa. Gerakan mereka ini tampaknya sangat terlatih, suara sepatu ini juga seperti sepatu khusus untuk prajurit," kata Li Lianhua yang masih mendengarkan gerak-gerik yang tak jauh dari mereka.

Mereka berhenti berjalan, lalu Di Feisheng menyandarkan Xiao Bao di bawah pohon dan kembali ke sisi Li Lianhua. Dia mengeluarkan pedang dari balik punggungnya, sementara Li Lianhua hanya berpegangan pada ranting pohon yang baru saja dia pungut dari rerumputan.

"Saudara-saudara, mari bicara baik-baik," ujar Li Lianhua dari dalam Mili-nya.

Seketika sepuluh pria berpakaian hitam keluar dari berbagai arah, mengepung mereka berdua. Dilihat dari seragam dan jenis pedangnya, mereka ini memang penjahat kelas kakap.

"Kalian rupanya yang sudah menculik Pangeran Xiao Yi, kalian akan dihukum dengan seberat-beratnya. Bunuh mereka!" teriak salah satu dari mereka.

"Kau sebaiknya tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam," pesan Di Feisheng pada Li Lianhua sebelum menyabetkan pedangnya ke arah orang-orang itu.

"Perhatian sekali, Saudara Di ini," balas Li Lianhua tersenyum kecil dan segera menyerang dua orang di antaranya.

Namun sebelum mereka menghabisi mereka semua, terdengar derap kuda dengan beberapa obor dari kejauhan. Li Lianhua menoleh pada Di Feisheng dan mengisyaratkan untuk segera mundur. Bagaimanapun juga, tidak ada yang boleh tahu kalau dia masih hidup sampai sekarang. Di Feisheng mengangguk, setelah menarik pedangnya dari dada pria di hadapannya, dia segera menggendong Xiao Bao. Mereka pun pergi menggunakan ilmu meringankan tubuh hingga tak terlihat lagi.

***

Li Lianhua mengaktifkan jebakan di depan vila bambu sebelum mereka masuk tadi. Saat ini dia masih terengah-engah di meja kamar Xiao Bao. Melihat Di Feisheng memasang kuda-kuda, dia mengangkat telapak tangannya ke atas dan menggelengkan kepala.

"Aku tidak terluka dan tidak menggunakan tenagaku secara berlebihan, kau tidak perlu mentransfer tenaga dalammu padaku. Aku hanya lelah saja setelah sekian lama tidak bertarung. Jangan khawatir," katanya sambil menuang air ke dalam gelas giok favoritnya.

"Apa masalah pewaris tahta masih belum selesai? Apa Fang Xiaobao baik-baik saja?" tanya Li Lianhua agak khawatir.

Di Feisheng menyentuh dahi Li Lilianhua yang berkerut menggunakan telunjukya sambil tertawa. "Fang Duobing baik-baik saja. Dia juga bukan anak kecil lagi seperti beberapa tahun lalu. Lagipula, dia sudah berguru segudang trik padamu. Pasti sekarang dia lebih pandai darimu."

Li Lianhua mencium wangi yang tidak biasa, kemudian dia menyadari kalau wangi ini berasal dari tubuh Di Feisheng. Dia pun mencondongkan tubuh dan mengendus-endus lengan hingga bahu pria itu. Saat dia mengangkat kepala, jarak wajah mereka berdua tampak begitu dekat. "Apa kau baru pulang dari rumah bordil?" tanyanya curiga.

"Ehem, ehem. Aku bukan pria seperti itu!" kata Di Feisheng segera berdiri begitu hembusan napas Li Lianhua mengenai wajahnya.

"Lalu wangi apa yang ada pada tubuhmu ini? Sepertinya aku kenal, tapi aku tak begitu ingat juga." Li Lianhua menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil berpikir keras.

"Sebaiknya kau istirahat, aku akan berjaga di luar." Tanpa menunggu lama, Di Feisheng langsung melesat keluar.

***

Keesokan harinya....

Li Lianhua perlahan membuka kedua matanya dan meregangkan tubuhnya di tempat tidur. Seperti biasa, Xiao Bao akan bangun lebih dulu daripada dia. Tapi kenapa hening sekali? Apa Di Feisheng mengajaknya pergi keluar sepagi ini? Dia menguap sekali, sebelum akhirnya memutuskan untuk bangun. Setelah mencuci muka, dia bermaksud untuk memanen ubi dan beberapa sayuran bersama Siluman Rubah. Li Lianhua bersenandung kecil saat mengayunkan keranjang rotannya menuju kebun di halaman belakang.

"Bagus sekali," ujarnya setelah mencabut beberapa ubi gendut dari tanah. Dia tertawa mendapati Siluman rubah juga menggali di sebelahnya, sepertinya anjing itu berpikir untuk membantunya. Beberapa saat kemudian dia berpindah untuk memetik tomat dan juga sawi. Dalam beberapa menit, keranjang rotannya sudah hampir tidak muat. Matahari juga sudah naik agak tinggi, membuatnya merasa kepanasan.

Li Lianhua segera keluar dari kebun belakang, berniat untuk segera memasak sebelum Di Feisheng dan Xiao Bao pulang.

"Haruskah aku memasak ayam panggang juga? Hmm, boleh juga," ujar Li Lianhua menendang batu kecil di hadapannya hingga melompat ke atas, dan dengan cepat menangkapnya. Dalam sekejap dia melempar batu itu ke arah salah satu ayam peliharaannya hingga tak bergerak, kemampuan membunuh Li Lianhua tanpa memberikan rasa sakit pada musuh benar-benar tidak berubah.

Dari kejauhan dia melihat Di Feisheng memasuki vila bambu, tapi kenapa dia hanya seorang diri?

"Eh, memangnya Xiao Bao tidak pergi denganmu?" tanya Li Lianhua mulai panik.

"Sebentar lagi dia sampai. Aku tidak mungkin meninggalkannya seorang diri, sebaiknya kau mandi. Penampilanmu ini sangat tidak pantas untuk menyambut tamu," balas Di Feisheng menatap Li Lianhua dari kepala sampai ujung kaki, tatapan sinisnya itu memang tidak bisa lepas darinya.

"Tamu? Kau membawa orang ke sini?" kata Li Lianhua tidak percaya. Dia mulai berkacak pinggang dan berniat melempar keranjang sayurnya ke wajah Di Feisheng.

"Kenapa? Kau mau bertarung denganku?" tanya Di Feisheng sambil menyeringai.

Sebelum Li Lianhua mengeluarkan jurusnya, dia mendengar celotehan dan tawa dari gerbang vila. Dia menghela napas lega dan mengurungkan niatnya untuk meninju Di Feisheng. Sebaiknya dia menyuruh pria garang itu untuk mencabuti bulu ayam dan memotongnya menjadi beberapa bagian agar bisa dia masak. Namun pemandangan di depan sana membuatnya mengrenyitkan dahi, "Xiao Bao?"

"Ya," jawab dua suara itu secara serempak.

"Eh, kenapa kau menyahut juga? Itu panggilanku!" kata pria yang lebih besar.

"Hehe." Bocah itu hanya menunjukkan sebuah cengiran dan mengayunkan tangan kecilnya yang tengah di genggam oleh orang yang baru saja memberikan protes padanya.

Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang