Pelatihan

1.2K 155 23
                                    

Setelah cukup beristirahat, Li Lianhua segera membereskan barang bawaannya dan berniat untuk melanjutkan perjalanan pulang bersama siluman rubah. Pagi ini dia sengaja pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan makanan dan cemilan untuk Xiao Bao. Meskipun anak itu tidak pernah mengeluh, Li Lianhua takut kalau dia akan bosan. Jadi, dia pergi turun gunung dengan memakai mili. Beberapa orang mengira dia adalah seorang wanita cantik yang sengaja menggunakan topi bertirai untuk menyembunyikan kecantikannya. Lagipula tubuhnya yang kurus dan rambutnya yang bersinar memang terlihat cantik.

"Paman Huahua!" panggil suara yang tidak asing saat Li Lianhua memasuki gerbang vila bambu miliknya.

Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, berpikir kalau Xiao Bao sedang bersembunyi di suatu tempat untuk mengagetkannya.

"Paman, di sini!" kata Xiao Bao lagi.

Li Lianhua mendongak dan menemukan Xiao Bao tengah terikat dengan posisi tubuh terbalik. Kepalanya di bawah dan kakinya di atas.

"Paman, jangan!" kata Xiao Bao saat melihat Li Lianhua akan melompat untuk menolongnya.

"Apa Paman Ah Fei yang melakukannya padamu?" kata Li Lianhua dengan gigi gemeletuk karena kesal.

"Paman Ah Fei bilang kalau aku bisa melepaskan diri, dia akan mengajariku Teknik Tujuh Belati," balas Xiao Bao yang juga menyilangkan kedua tangan di depan dada ketika melihat Li Lianhua melakukan hal yang sama.

"Tampaknya Paman Ah Fei benar-benar menyayangimu, aku bahkan tidak tahu kalau ada teknik seperti itu. Tapi, sebenarnya kau bisa melepaskan diri atau tidak? Biarkan Paman Huahua membantumu," tanya Li Lianhua masih mendongak.

"Tentu saja bisa, aku sudah bisa melepaskan diri dari sepuluh menit yang lalu, tapi Paman Ah Fei belum pulang-pulang juga. Kepalaku sudah pusing, aww." Xiao Bao tiba-tiba mengaduh saat sebuah kerikil mengenai pelipisnya.

Ah Fei sudah muncul di samping Li Lianhua, dengan salah satu tangan di belakang punggung.

"Kau ini darimana sih? Bajumu kotor sekali?" Li Lianhua menepis tanah dari bahu Di Feisheng.

"Oh, nanti aku akan mandi dan ganti baju," balas Di Feisheng langsung memeriksa bagian bajunya yang lain.

Syut!

Entah bagaimana Xiao Bao sudah berhasil melepaskan ikatan di kakinya dan mendarat di hadapan mereka, lalu menampakkan cengiran lucu.

"Pintar sekali. Ini," kata Li Lianhua menyuapi Xiao Bao permen.

Sudah dua minggu Xiao Bao hidup bersamanya dan hal itu cukup menganggu pikirannya. Sebenarnya ada apa dengan ayah anak ini? Kenapa belum juga menjemputnya?

"Biarkan Paman Huahua menyiapkan makan siang. Ayo." Di Feisheng mengulurkan tangan kirinya pada Xiao Bao.

Li Lianhua tersenyum, tapi ini memang sisi lembut Di Feisheng yang jarang sekali orang-orang lihat.

Xiao Bao mengangguk, lalu meraih tangan Di Feisheng. Mereka pun berjalan bersama menuju taman bambu, tempat Li Lianhua biasanya berlatih.

***

Malamnya setelah Xiao Bao terlelap, Li Lianhua keluar dari kamar si kecil untuk menemani Di Feisheng yang tengah minum arak prem di bawah pohon persik.

"Kenapa kau tidak memakai mantelmu? Cuacanya sedang dingin, ck!"

Di Feisheng mendecakkan lidah, kemudian pergi meninggalkan Li Lianhua. Dalam sekejap, dia sudah kembali dan memakaikan mantel bulu angsa pada Li Lianhua. Tidak lupa dia menyalurkan sebagian kecil tenaga dalamnya pada Li Lianhua untuk menambah energi. Mungkin tak berefek banyak, tapi cukup membuat Li Lianhua hangat.

"Terima kasih," kata Li Lianhua menyodorkan gelas kecil ke hadapan Di Feisheng.

"Apa keadaan pemerintahan saat ini sedang pelik?" tanyanya kemudian.

Di Feisheng tak menjawab, malahan meneguk segelas arak yang belum Li Lianhua minum.

"Kaisar berniat membuat Fang Duobing naik tahta, karena dia tidak punya anak laki-laki. Tentu saja sebagian Menteri tidak setuju, mengingat dia adalah anak Shan Gudao. Meskipun masalah itu sudah bertahun-tahun selesai, beberapa orang masih mencoba mencari celah untuk menjatuhkan Fang Duobing."

Li Lianhua mengangguk.

"Jangan merasa bersalah begitu. Bagaimanapun juga, dia adalah Menteri Ketahanan Negara dengan prestasidan latar belakang yang tidak biasa. Apalagi dia satu-satunya murid Li Xiangyi, tidak ada yang berani macam-macam dengannya."

"Apa kau baru saja menyindirku?" balas Li Lianhua meneguk arak prem langsung dari botolnya hingga tak bersisa.

Mereka terdiam untuk beberapa saat. Lalu Di Feisheng mengeluarkan sebuah tas kain beludru berwarna hijau zamrud, di dalamnya terdapat tujuh belati yang berkilau. "Bagaimana menurutmu?"

"Kau benar-benar akan mengajari Xiao Bao Teknik Tujuh Belati? Aku kira kau mengada-ada saja tentang teknik itu," balas Li Lianhua mengamati salah satu pisau kecil itu dengan saksama.

Di Feisheng terkekeh. "Aku yang menciptakan teknik itu."

"Kau khusus menciptakan teknik itu khusus untuk Xiao Bao? Hebat sekali! Paman Ah Fei memang bisa diandalkan.

"Apa dia akan menyukainya?" tanya Di Feisheng agak ragu.

"Aiyoo, Ah Fei. Sejak kapan kau memikirkan apa yang orang pikirkan tentangmu? Apa kau tidak lihat betapa bersemangatnya dia saat menunggumu pulang untuk mengajarinya teknik itu? Dia bahkan melupakan cemilan yang sengaja aku beli dari pasar untuknya. Dia lebih menyayangimu daripada aku," kata Li Lianhua tampak cemburu.

"Tetap saja dia selalu memuja-mujamu saat latihan denganku, dia bilang Paman Huahua tidak pernah terlihat jelek. Paman Huahua selalu tersenyum. Paman Huahua ini, Paman Huahua itu. Berisik sekali," balas Di Feisheng.

Mereka berdua tertawa, setidaknya vila bambu terasa lebih hidup dengan adanya Xiao Bao di sini. Anak itu suka sekali mengekor di belakang Li Lianhua, saat Di Feisheng sedang tidak ada. Dia pernah jatuh ke kolam lumpur karena dia tidak berpegangan dengan benar saat ingin memetik bunga teratai mekar. Li Lianhua yang panik segera turun ke kolam, tapi dia terdiam saat Xiao Bao memberinya bunga yang dia petik tadi. Anak itu, sekujur tubuhnya sudah dipenuhi lumpur hitam yang bau hingga hanya tinggal kedua matanya yang terlihat. Dia menyunggingkan senyuman lebar, memamerkan sederetan gigi putih rapi sambil berkata, "Bunga yang cantik untuk paman yang cantik."

"Ceroboh sekali. Lihat, bagaimana aku akan mengembalikan warna bajumu seperti semula?" Meskipun mengomel, Li Lianhua tetap menerima bunga teratai itu dan menggendong Xiao Bao untuk naik.

Ketika bersama Di Feisheng, Xiao Bao akan memasang ekspresi tangguhnya. Dia akan membusungkan dada seperti jagoan, berlatih sekeras mungkin hingga Paman Ah Fei menepuk-nepuk kepalanya. Jika Li Lianhua mengajarkannya berkebun, meracik obat dan urusan kebersihan rumah. Di Feisheng sering mengajaknya keluar vila bambu. Kadang mereka pergi ke sungai untuk menangkap ikan, ke hutan untuk berburu ayam hutan atau berbaring bersama di paviliun teratai untuk menikmati semilir angin. Li Lianhua pernah melihat Xiao Bao tertidur di atas Di Feisheng setelah selesai berlatih, membuat gurunya itu tidak bisa bergerak selama satu jam lebih karena takut akan membangunkannya.

Li Lianhua merasa, ada bagusnya juga dia bisa terus hidup sampai saat ini. Kapan lagi dia bisa melihat keajaiban seperti ini, iya kan?

Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang