Chapter 4

397 50 38
                                    

"Makasi loh Gas, aku udah ngerepotin ka--"

"Tolong ya Al, gak ngerepotin." Aleta tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Yaudah aku deluan ya, sampai jumpa lagi." Saat pintu unit Aleta tertutup barulah Bagas berbalik berjalan menuju unitnya. Dengan senyuman yang lebar pria itu terus mengingat bagaimana saat mereka bermain di mall tadi.

Saat menjemput pulang Aleta, pria itu mengajak Aleta untuk bermain sebentar mumpung hari masih siang menjelang sore, Aleta yang memang lagi kosong pun mengiyakan ajakan Bagas dengan senang hati.

Bermain di timezone, makan dan bermain ice skeating. Hari ini benar-benar sangat menyenangkan bagi Bagas, tentu bagi Aleta juga.

Seandainya saja waktu masih lama mungkin mereka masih ada di luar untuk sekedar jalan-jalan ataupun melakukan kegiatan lainnya. Yah seandainya, sayangnya Bagas masih tau diri membawa perempuan hingga larut malam.

Bagas yang baru saja menutup pintu apartemennya kembali berbalik tatkala terdengar suara ketukan di luar sana yang cukup kuat dan cepat, apakah Aleta? pikirnya.

Tangannya terangkat membuka pintu dan berjalan beberapa langkah ke depan melihat siapakah yang mengetuk pintu.

Menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, Bagas mengangkat sebelah alisnya karena tak melihat siapa-siapa di luar. "Al?" Karena tak ada jawaban, Bagas kembali masuk ke unitnya dan menutup pintu.

Baru saja pintu tertutup bahkan tangannya pun masih berada di gagang pintu, suara ketukan keras itu kembali terdengar membuat jantung Bagas berdetak kencang karena kaget.

Ia kembali membuka pintu dan menoleh kanan kiri, "Aleta." Panggilnya sekali lagi tapi tak ada yang merespon sama sekali.

Karena panik, ia kembali menutup pintu dan lagi, suara ketukan itu terdengar lagi, kali ini bahkan lebih keras.

Sialan.

Dengan keberanian yang tersisa, ia kembali membuka pintu dan memanggil nama Aleta lagi. Ini Aleta sedang mengerjainya atau bagaimana?

Tangannya pun bergerak merogoh handphonenya yang berada di kantong celananya, ia akan menghubungi Aleta sekarang. Seandainya benar perempuan itu mengerjainya, ia bersumpah akan mengigit tangan Aleta karena kesal.

"Halo, kamu ngetuk pintu Al?" tanya Bagas tanpa basa basi.

"Gak nih, kenapa? ada yang ngetuk pintu kamu?" Tanya Aleta di seberang sana.

"Iya, mana keras banget lagi."

"Oi, Gas." Bagas yang masih berada di luar pintu menoleh saat mendengar suara dari arah kirinya, rupanya Aleta yang keluar dari unitnya. Perempuan itu berjalan mendekat ke arah Bagas sembari mematikan sambungan teleponnya.

"Beneran ada yang ngetuk?" Tanya Aleta memastikan.

"Iya, udah tiga kali Al aku bolak-balik keluar tapi gak ada siapa-siapa, kupikir kamu yang ngerjain aku tapi gak mungkin juga, kamu tau sendirikan aku gimana?"

"Ngapain juga aku ngerjain kamu, aku gak segabut itu yah!"

"Itu dia, aduh, kok suasananya jadi horor gini sih? Sialan." Aleta tertawa terbahak-bahak melihat komuk Bagas yang ketakutan. "Napa ketawa sih? Aelah." Bagas jadi malu sendiri.

Masih saja, ini bukan pertama kalinya Bagas panik ketakutan seperti ini, sahabat lama Aleta ini memang sudah penakut dari dulu. Entahlah, sama siapapun dia berani kecuali hantu.

Pernah sekali Bagas menelpon Aleta yang memang kebetulan satu kompleks perumahan dengannya karena ketakutan akibat lampu padam, saat itu Bagas lagi sendiri karena orang tuanya pergi ke kondangan dan meninggalkan dirinya sendiri.

HER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang