Chapter 8

251 29 5
                                    

"Halo Aleta, kabarnya gimana hari ini?"

"Baik kakak dokter," Aleta dengan senyuman cerianya membalas sapaan pria dengan Snelli putih di hadapannya, Arsyanendra Gibran. Dokter muda yang sudah menemani hari-hari Aleta selama di rumah sakit saat Raina sedang bekerja.

Kakak dokter sendiri merupakan panggilan khusus dari Aleta untuk Gibran, bukan tanpa alasan mengapa harus ada kata kakak pada panggilannya-Gibran, dokter muda itu yang meminta Aleta untuk memanggilnya kakak saja daripada harus memanggilnya dokter, katanya kayak orang asing padahal memang asing kan? Hahaha... Aleta kadang masih tertawa mengingat bagaimana ekspresi Gibran saat ia mengatakan hal tersebut.

Kita kan memang gak kenal Dok, kok gitu?

Sempat ada perdebatan untuk nama panggilan saja, akhirnya kakak dokter pun menjadi pilihan mereka sebagai akhir debatnya mengenai nama. Sepele memang...

"Obatnya sudah diminum belum?" Dokter muda itu bertanya sembari memberikan Aleta sebuah notebook mini berwarna merah muda dengan corak buah-buahan.

"Sudah dong, tapi kakak dokter, ini apaan?"

"Bukan apa-apa, hanya hadiah kecil sebagai tanda perpisahan, kan hari ini kamu sudah bisa pulang."

"Hah? Beneran?!" Aleta tampak antusias membuat Gibran tersenyum gemas melihat binar bahagia dari pasiennya ini.

"Iya, senang banget kulihat."

"Iyalah! Udah empat hari di rumah sakit, bosan tau...."

"Iya ngerti makanya jangan sakit dong." Aleta tersenyum dan mengangguk semangat. Ia kembali mengucapkan terimakasih kepada Gibran dan mengucapkan banyak kata-kata seakan hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu, padahal...

"Tapi pulang dari sini, kamu harus tetap datang untuk kontrol ya? Seminggu tiga kali, boleh?"

"Ngapain kontrol kak? Kan aku sehat-sehat aja, maksudnya gak ada penyakit yang harus di pantau kan?"

"Sok tau." Gibran mencubit gemas hidung Aleta dan tertawa. "Nurut, ya? Nanti minta tolong sama Rain di anterin ke sini, gak lama kok paling setengah jam."

"Baik kakak dokter, nanti kalau Rain udah balik aku tanya dia dulu." Gibran mengacungkan jempolnya dan mengelus lembut surai panjang Aleta-Usapan lembut tangan Gibran terhenti dikala suara pintu terbuka terdengar dari indra pendengarannya. Rupanya Raina lah yang datang dengan seorang pria yang Gibran tak ketahui siapa.

"Pak Jevan?" Celetuk Aleta dengan kepala yang dimiringkan karena terhalang tubuh kekar Gibran.

"Kabar kamu gimana?" Jevan bertanya.

"Alhamdulillah udah baik Pak." Jevano tersenyum dan beralih menatap pria yang sudah menarik perhatiannya saat baru masuk ke dalam ruangan Aleta.

Mengerti dengan tatapan Jevan, Aleta memegang lengan kanan Gibran seraya memperkenalkan dokternya kepada Jevano. "Ini dokter Gibran Pak Jev, dokter yang udah rawat dan nemenin saya selama di rumah sakit." Gibran mengadakan tangannya ke depan ingin memperkenalkan dirinya yang di balas baik oleh Jevan, kedua pria itupun saling berkenalan dan sedikit berbincang-bincang mengenai kesehatan Aleta.

Berbeda dengan Jevan dan Gibran yang masih asik mengobrol, Rain dan Aleta kini sibuk beberes barang-barang milik Aleta karena hari ini Aleta sudah diperbolehkan pulang, "kok Pak Jevan ikut Rain?"

"Bapak nawarin mau anterin kamu, tadi udah ku tolak tapi bapak ngotot banget."

"Aku tau bapak baik banget, tapi gak baik gini juga." Raina tertawa kecil. Benar apa yang dikatakan Aleta, Pak Jevano tuh memang baik banget sama karyawannya tapi gak gini juga sampai rela nunda pertemuannya dengan investor luar hanya karena tau kalau hari ini Aleta sudah bisa pulang ke rumah.

HER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang