Bab.2

596 32 5
                                    

Aku masih tak percaya, sekarang ini aku berubah jadi perempuan dan besok ayah menyuruhku untuk menikah dengan orang yang aku gak tahu siapa? aku benar-benar frustasi jika harus mengingatnya.
karena itu, hari ini aku putuskan untuk mengakhiri hidupku sekarang juga.

Dari atas, aku bisa lihat beberapa mobil dan motor yang lalu lalang melintas di jalanan kampus. aku berniat untuk melompat dari atas gedung Kampusku yang dulu. Mungkin tingginya sekitar 30 meter. jika aku jatuh, pasti langsung mati kan.
benar sekali, aku ingin mati. apa gunanya hidup jika aku musti terkekang dengan keinginan egois ayah.

"Salsa, Ibu maafkanlah aku. aku belum sempat membuat kalian bahagia." Gumamku meyakinkan diri untuk berjalan ke tepi gedung.

Detak jantungku berdegup kencang ketika berada di tepi gedung Kampus yang tinggi. tubuhku pun juga gemetaran saat menoleh ke bawah gedung. dan aku mulai memejamkan mata dan bersiap untuk melompat. saat hendak menjatuhkan diri, tiba-tiba ada seseorang yang menarikku ke belakang.

Bruk!!!

Aku dan dia terjatuh menjauh dari tepi gedung.

"Woi, Lo gila ya! ngapain Lo berdiri di sana. mau mati lo!"

Orang itu memarahiku. tapi ia benar aku memang mau mati. dan tiba-tiba aja mataku terbelalak saat melihat wajah dari orang yang memarahiku.

"Loh, kok elu?" kataku mengacungkan jari kepadanya.

"Lo kenal gue?" tanya dia bingung.

mana mungkin aku lupa, dia itu orang yang menabrak mobilku kemarin. ternyata dia kuliah di kampus ini!

"Woi, gue nanya! malah diem. Lo pasti salah satu fans gue ya. makanya Lo lihat gue terus bengong gitu!" Serunya yang seenaknya nuduh.

Aku menghela nafas, dan berusaha membalasnya. "Enggak gue gak tahu Lo itu siapa. Lo itu kenapa ganggu gue sih?"

"Siapa yg ganggu Lo, gue cuma gagalin Lo yg mau terjun bebas dari sini. Lo mau lompatkan?" ucapnya yg kemudian berdiri.

"bukan urusan Lo, harusnya Lo itu biarin gue lompat. gue emang mau mati."

"Ya, boleh aja. tapi jangan disini dong. di bawah tuh rame. mayat Lo bisa jadi tontonan ntar." sahutnya.

"Dih, suka-suka gue mau mati dimana aja. siapa Lo berani ngelarang-ngelarang!" timpalku.

Dia lalu menyodorkan tangannya. "Gue Kevin, gue akan melarang siapapun yg mau coba bunuh diri di depan gue."

Gue diam tak menghiraukannya, sementara dia malah duduk di sebelah gue.

"Dih, suka-suka gue mau mati dimana aja. siapa Lo berani ngelarang-ngelarang!" timpalku.

Dia lalu menyodorkan tangannya. "Gue Kevin, gue akan melarang siapapun yg mau coba bunuh diri di depan gue."

Gue diam tak menghiraukannya, sementara dia malah duduk di sebelah gue.
"Ya ampun jutek amat jadi cewek. Lo kenapa mau bunuh diri? dan keliatannya Lo masih sekolah. kenapa Lo kepikiran mau terjun disini sih, kenapa gak di sekolahan Lo aja?"

"Bukan urusan Lo!" ketusku sinis ke dia.

Dia kayaknya gak nyerah ngulik sesuatu tentangku. Dia malah ngasih nasehat.
"Gue kasih tau ya! Orang bunuh diri itu matinya mengenaskan. Lo gak bakalan di terima di surga. lo mau masuk neraka Jahanam?"

"Sok tahu Lo, emang ada buktinya kalo bunuh diri itu masuk neraka?" sahutku membantah teorinya.

Tanpa kuduga, dia malah ngacak-acak rambutku buat jawab. "Yee, di kasih tahu malah ngenyel. makanya Lo itu ngaji biar tahu."

CURSE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang