6

76 8 0
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Drapp

Drapp

Drapp

Derap langkah kaki yang bergerak cepat itu membelah lautan manusia yang berada disana.

Mereka yang juga tengah menyambangi bangunan besar itu entah untuk melakukan perawatan, berkunjung atau bahkan yang mungkin juga bekerja disana.

Renjun mencoba mengatur nafas nya yang memburu keras dikarenakan berlari.

Matanya mencari lokasi yang seharusnya, disanalah sang ibu berada.

Dan seketika matanya menangkap sosok wanita paruh baya yang duduk dikursi tunggu dengan sebuah ruangan dihadapannya.

Menatap ruangan dengan pandangan yang begitu kentara bahwa sosok paruh baya itu sedang harap-harap cemas.

"Bibi..."

Panggilan itu membuat sosok paruh baya itu menoleh.

Berdiri dengan raut wajah khawatir sembari kaki lemah nya ikut menghampiri sosok pemuda yang kini juga tengah berjalan kearahnya.

"Renjun-ah...." Gumamnya dengan raut wajah sedih.

"Bibi, apa yang terjadi?" Tanya Renjun begitu ia sampai dihadapan sosok yang ia sebut bibi itu.

"Aigo.. Renjun-ah maafkan aku, aku terlalu terlambat menemukan nya." Sahut si Bibi dengan penuh penyesalan.

Renjun tak menjawab, matanya hanya terus terarah kearah pintu dimana ibunya tengah ditangani oleh medis saat ini.

"Aku mampir untuk membawakan beberapa cemilan untuk kalian, tapi begitu aku tiba aku melihat ibumu dimana pun. Dan begitu aku mencari kedalam kamarnya dia sudah tak sadarkan diri dilantai kamarnya." Jelas si bibi dengan amat hati-hati.

Karena wanita paruh baya itu tidak ingin membuat pemuda manis itu semakin mengkhawatirkan ibunya.

"Maafkan aku Renjun-ah...."

Mata sipit yang telah memerah bahkan sebelum ia mendapat kabar bahwa ibunya itu telah dilarikan ke rumah sakit pun mengedip pelan, seolah ia tengah berusaha air mata nya agar tak jatuh.

Ia mencoba kuat untuk dirinya sendiri dan sang ibu.

Ia tahu bahwa ibunya akan baik-baik saja.

SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang